Pesan Dari Konsumen

Asuransi

Bank

Telepon & Ponsel

Perjalanan

Mobil & Motor

Toko & Restoran

Properti & Hotel

Jasa Pengiriman

Penerbangan

Elektronik

Listrik & Air

Kesehatan

Ragam Pesan

 

SITUS MITRA

Daftar Alamat

Punya Masalah?

Logo Bisnis

Biografi Anda

Pustaka eBook

Kliping Media

Mailing List

Kliping Surat Pembaca Dari Berbagai Media Massa

 

 

Bank (12)

1| 2| 3| 4| 5| 6| 7| 8| 9| 10| 11| 12| 13| 14

 

Saldo Berkurang di ATM BRI

Saya melakukan transaksi penarikan di ATM BRI Cikarang sebesar Rp 300.000 (24/12/2002) sekitar pukul 08.15. Pada tampilan akhir transaksi tertulis "Anda Gagal", uang tidak keluar, dan tampilan berikut "Maaf ATM dalam Perbaikan". Saat itu juga saya ke ATM Bersama untuk mengecek saldo. Ternyata, Rp 300.000 sudah hilang.

Setelah buku di-print, ternyata ada penarikan Rp 300.000, padahal uang tak keluar dari ATM. Yang mengherankan, sebelum saya, ada orang transaksi penarikan di ATM BRI itu dan bisa. Ketika giliran saya transaksi, jangankan uang, slip dari ATM saja tidak keluar. Mohon pihak BRI kembalikan uang itu karena itu adalah hak dan hasil jerih payah saya.


Pelayanan Citibank Mengecewakan

Saya pemegang kartu kredit Citibank Gold Card sejak tahun 1995. Pada Januari 2002, saya melunasi tagihan terakhir dan memutuskan hubungan dengan cara kontak customer service, dan mengirimkan faksimile. Ternyata Februari masih muncul tagihan sekitar 0,945 persen dari tagihan Januari, yang setelah ditanya, dijelaskan nilai tersebut belum masuk pada tagihan Januari 2002. Saya sampaikan tagihan itu akan saya bayar, kalau point reward tag yang menjadi hak saya, sudah ditukar dengan barang sebagaimana janji Citibank selama ini. Custo-mer service menjanjikan akan segera dikirim brosur agar dapat memilih barang, tetapi sampai sekarang tidak muncul. 

Yang datang setiap bulan, adalah tagihan dengan jumlah yang terus membengkak, dan setiap kali dikontak customer service selalu menjanjikan, akan segera dikirim tetapi tidak pernah datang. Pernah dikontak bagian penagihan dan setelah dijelaskan masalahnya juga berjanji akan mengirim brosur barang untuk dipilih, tetapi lagi-lagi kosong. Mendapatkan tagihan bulan Juli, yang jumlahnya sudah hampir tujuh kali lipat tagihan semula, saya kontak kembali ke bagian penagihan (bicara dengan Saudara Sapto) untuk penyelesaian dan menjelaskan bahwa Citibank di samping menagih hak, juga harus bertanggung jawab atas kewajibannya terhadap nasabah. 

Ternyata kontak tersebut hanya menimbulkan rasa marah, dengan gayanya yang menggurui, dan keluarnya statement agar masalah reward diminta ke customer service, karena urusannya hanya penagihan dan disarankan agar tagihan dibayar saja. Sama sekali tidak mengerti bahwa yang menjadi masalah bukan nilai tagihan ataupun reward, tetapi kepuasan nasabah bahwa Citibank memperhatikan hak-hak nasabah, dan bukan hanya hak Citibank. Sayang perusahaan sebesar Citibank dengan iklan-iklannya yang sangat gencar untuk menarik nasabah baru, tidak memberikan perhatian memadai terhadap nasabah lama.


Ambil Uang di Bank Danamon

Saya kecewa atas pelayanan Bank Danamon Cabang Bekasi. Bermula pada 13 April 2002 sekitar pukul 11.00, saya mengambil uang sebesar Rp 12 juta dengan rincian satu bundel @ Rp 50.000 senilai Rp 5 juta, dua bundel @ Rp 20.000 senilai Rp 4 juta, dan tiga bundel @ Rp 10.000 senilai Rp 3 juta. Namun, sampai di rumah, saya mendapatkan dalam satu bundel @ Rp 20.000 terdapat empat lembar uang pecahan Rp 10.000. Padahal waktu di kasir sudah dihitung dengan mesin sebanyak dua kali, dan saya percaya karena uang telah dibundel dengan tulisan Rp 2 juta @ Rp 20.000 dengan tulisan Bank Danamon Cabang Bekasi, dan langsung dimasukkan ke dalam amplop. Dengan kejadian ini, saya langsung telepon ke Bank Danamon dan dijawab oleh kepala operasionalnya, tentang ciri-ciri dari teller yang melayani, dan akan mengkonfirmasikan kembali. Tapi, kenyataannya tidak ada jawaban sampai sekarang.


Citibank 1 Bill Mengecewakan

Berawal dari keinginan memanfaatkan kemudahan yang ditawarkan Citibank untuk membayar tagihan HP melalui kartu kredit Citibank. Bulan Januari 2002 kami mendaftarkan nomor HP istri untuk dibayarkan tagihannya melalui kartu kredit saya (No 4541 7830 1100 53xx). Percaya bahwa tagihan akan selalu dibayar tepat waktu oleh Citibank, karena selama ini tagihan HP saya yang dibayarkan melalui Citibank tidak ada masalah. Bulan pertama (Februari 2002) setelah pendaftaran, tagihan berjalan lancar dan Citibank membayarkan tagihan HP istri saya. Tetapi, bulan kedua, tiba-tiba HP istri saya terblokir dan ketika ditanyakan pihak provider HP, ternyata memang tagihan untuk nomor tersebut belum dibayar.

Saya coba meminta penjelasan melalui petugas Citibank melalui "phone banking" dan mendapat jawaban bahwa tidak tercatat adanya permintaan untuk melakukan pembayaran tagihan HP atas nama istri saya tersebut. Aneh, karena jelas-jelas program sebelumnya hal tersebut telah dilakukan. Dan, saya belum pernah melakukan pencabutan intruksi kepada Citibank, baik melalui telepon maupun tertulis. Jangan sampai kejadian serupa terulang pada nasabah lain.


Saldo Tertera di ATM BCA

Pada tanggal 28 Juli 2003 pagi, saya mengambil uang melalui ATM BCA di Jalan Juanda, Bogor. Biasanya setelah uang keluar, ATM akan mengeluarkan print out bukti penarikan sekaligus memberitahukan saldo terakhir. Tetapi pagi itu ATM tidak mengeluarkan bukti penarikan, hanya saja di layar monitor tertera saldo terakhir. Saya berpikir mungkin ATM tersebut kehabisan kertas. Waktu itu keadaan di ruang ATM sepi. Siangnya saya mengambil uang lagi melalui ATM BCA di tempat yang sama. Ruang ATM berbentuk memanjang dengan 4 buah mesin ATM berjajar penuh sesak dengan orang yang antre. Giliran saya untuk mengambil uang, dan bukti pengambilan ATM juga tidak ada.

Yang membuat terkejut, jumlah saldo tabungan tertera gamblang di layar monitor ATM dan disaksikan beberapa pasang mata yang menunggu giliran di belakang saya. Ini kejadian yang tidak nyaman bagi nasabah. Seharusnya pihak BCA memikirkan jauh ke depan dampak dari kebijakan itu karena hal ini sangat tidak aman, yaitu orang lain dapat melihat jelas berapa besar tabungan nasabah. Berapa banyak kejahatan dengan modus operandi memaksa orang untuk mengambil uang di ATM, dan sekarang peluang itu semakin dipermudah oleh pihak BCA. Mohon BCA meninjau kembali kebijakan tersebut.


Menunggu Tebusan dari BTN

Kami membeli rumah di Perumahan Permata Duta, Depok (Pengembang PT Sarana Duta Asihindoputra) melalui KPR BTN Cabang Bogor. Sertifikat hampir seluruh rumah yang ada, telah diagunkan oleh pengembang ke Bank Aspac. Karena Bank Aspac dilikuidasi oleh BPPN, maka sertifikat disita oleh BPPN. Kemudian dijual ke salah satu grup Bank Danamon. 

Kami sudah menggugat masalah ini sejak tahun 1997, dan telah dimenangkan oleh pengadilan. Namun, setelah dicek ke Danamon (Bapak Lilik/ Parto), ternyata sertifikat-sertifikat itu masih disimpan, dan menunggu tebusan dari pengembang (BTN) sebesar Rp 2,3 milyar. 

Setelah tebusan dipenuhi, maka semua sertifikat akan dikembalikan ke BTN Bogor. Berulang kali kami datang ke BTN Cabang Bogor, namun hanya janji tidak jelas yang diberikan. Bagaimana tanggung jawab BTN, yang seharusnya melindungi konsumen, ternyata malah bekerja sama dengan pengembang, sehingga membiarkan pengembang mengagunkan sertifikat tersebut. Padahal sebagian dari kami telah melunasi KPR, dan memerlukan sertifikat rumah tersebut.


Teror dari Visa Mandiri

Sudah sebulan ini, kenyamanan rumah kami menjadi sangat terganggu karena telepon dari debt collector Visa Mandiri. Sudah kami jelaskan bahwa orang yang mereka cari sudah lama tidak tinggal di rumah kami. Orang tersebut memang pernah kami tolong untuk tinggal sementara di rumah. Tetapi, ternyata yang bersangkutan menggunakan alamat kami untuk aplikasi kartu kredit Visa Mandiri tanpa seizin dari kami. Penjelasan yang kami berikan dengan baik selalu ditanggapi sangat kasar oleh penelepon. Bahkan, anak-anak kami dihujat dengan kata-kata kasar. 

Hal itu sangat keterlaluan, padahal nomor handphone orang yang bersangkutan sudah berkali-kali kami berikan. Apabila orang tersebut memang belum melunasi tagihan Visa Mandiri, mengapa kami yang harus menanggung risiko? Mengapa pihak Bank Mandiri tidak melakukan analisa calon debitornya dengan benar? Yang bersangkutan jelas tidak memiliki KTP dengan alamat rumah kami. Dan kami juga tidak pernah memberikan surat keterangan, bahwa benar yang bersangkutan tinggal di rumah kami. Dalam hal ini kami telah menjadi korban. Mohon menjadi perhatian bagi Visa Mandiri/Bank Mandiri. Yuni Budiastusi Jl Keuangan Raya Cilandak, Jakarta SelatanTeror dari Visa Mandiri 

Sudah sebulan ini, kenyamanan rumah kami menjadi sangat terganggu karena telepon dari debt collector Visa Mandiri. Sudah kami jelaskan bahwa orang yang mereka cari sudah lama tidak tinggal di rumah kami. Orang tersebut memang pernah kami tolong untuk tinggal sementara di rumah. Tetapi, ternyata yang bersangkutan menggunakan alamat kami untuk aplikasi kartu kredit Visa Mandiri tanpa seizin dari kami. Penjelasan yang kami berikan dengan baik selalu ditanggapi sangat kasar oleh penelepon. Bahkan, anak-anak kami dihujat dengan kata-kata kasar. 

Hal itu sangat keterlaluan, padahal nomor handphone orang yang bersangkutan sudah berkali-kali kami berikan. Apabila orang tersebut memang belum melunasi tagihan Visa Mandiri, mengapa kami yang harus menanggung risiko? Mengapa pihak Bank Mandiri tidak melakukan analisa calon debitornya dengan benar? Yang bersangkutan jelas tidak memiliki KTP dengan alamat rumah kami. Dan kami juga tidak pernah memberikan surat keterangan, bahwa benar yang bersangkutan tinggal di rumah kami. Dalam hal ini kami telah menjadi korban. Mohon menjadi perhatian bagi Visa Mandiri/Bank Mandiri.


Tiket dengan Kartu Kredit

Bulan Juli 2002, karena tertarik promosi paket Singapore Airlines bersama Citibank, kami memesan tiket ke Australia dengan menggunakan kartu kredit Citibank Visa (total transaksi Rp 22 juta). Untuk menghindarkan over limit, maka terlebih dahulu menyetor dana Rp 5 juta sebagai deposit, yang berarti pemakaian transaksi sebesar Rp 17 juta. Pada waktu penagihan bulan berikutnya, kami membayar Rp 10 juta, berarti tersisa tunggakan kredit Rp 7 juta. Ternyata pada tagihan selanjutnya, tertera tagihan Rp 11 juta termasuk bunga. 

Dalam ketentuan tercantum bunga 3,25 persen atas kekurangan pembayaran, maka kami protes besar bunga yang tidak sesuai sebagaimana tercantum di dalam ketentuan. 

Akan tetapi, terkejut setelah mendapatkan penjelasan bahwa bunga dikenakan untuk jumlah Rp 22 juta (meskipun kami telah mendeposito Rp 5 juta) plus pembayaran Rp 10 juta, yang notabene seharusnya transaksi sebesar Rp 22 juta, dan sudah dilunasi Rp 15 juta. Seharusnya bunga tidak masih dikenakan atas transaksi sebesar Rp 22 juta. Kesimpulannya, kalau kami membayar kekurangan pembayaran sampai seandainya tidak tersisa sesen pun, maka bunga masih akan tetap dikenakan dari transaksi Rp 22 juta. Ini tidak adil dan menyesatkan, karena hal itu secara sepihak dipaksakan kepada para pengguna kartu kredit. Waspada terhadap penggunaan kartu kredit Citibank.


Transaksi Bank Permata

Kami nasabah Bank Permata (eks Bank Universal) Cabang Wisma AKR Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Kepada nasabah atau calon nasabah agar berhati-hati dalam melakukan transaksi, dan membaca rekening koran yang dikirim kepada nasabah. Kami mengalami pendebetan di rekening, padahal tidak pernah melakukan transaksi yang dimaksud (kesalahan pihak bank). Juga penolakan giro yang berkali-kali, tanpa konfirmasi nasabah bersangkutan, sementara dana mencukupi. Penolakan ini mengganggu hubungan kami dengan supplier, sampai urusan yang kecil dan sepele tetapi amat menguras waktu, tenaga, dan pikiran.

Bank yang seharusnya menjadi institusi kepercayaan (karena menitipkan uang pada bank) menjadi tidak dapat dipercaya dan menimbulkan kecurigaan. Memang dari pihak bank mulai dari Area Head, Branch Manager, sampai customer service officer pontang- panting berusaha menyelesaikan masalah ini, namun kekecewaan yang sudah terjadi tidak dapat dilupakan begitu saja, dan lebih parah, hilangnya kepercayaan terhadap bank itu. Untuk itu bagi nasabah Bank Permata berhati-hati dan teliti semua transaksi, mana tahu ada transaksi "siluman" yang bila tidak teliti akan menjadi beban.


ATM BII Sering Rusak

Saya nasabah Bank Internasional Indonesia (BII) KCP Cikampek, Jawa Barat. Sekitar tiga bulan terakhir ini, BII KCP Cikampek sering menghentikan operasional mesin ATM, dan hal ini berlangsung cukup lama bisa mencapai sekitar sembilan hari. Kejadian terakhir bulan Agustus 2002 (tanggal 27 Agustus sampai 4 September 2002) ATM ditutup/tidak beroperasi, padahal ATM tersebut cukup bermanfaat bukan hanya untuk mengambil uang tunai, tetapi ba-nyak fasilitas lainnya. Saya telah konfirmasi ke pihak BII Cikampek, dan alasan yang dikemukakan adalah mesin rusak. 

KCP BII Cikampek, hanya mempunyai satu mesin ATM, sehingga apabila ATM tersebut rusak, maka nasabah harus pergi ke ATM BII di kota Ka-bupaten Karawang, yang jaraknya cukup jauh. Seharusnya pihak BII Cikampek mempunyai dua mesin ATM, atau kerusakan yang sudah rutin (setiap tanggal 27 sampai dengan batas waktu yang tidak menentu) dapat diatasi. Mu-dah-mudahan keluhan ini dapat ditanggapi oleh pihak manajemen BII Cikampek, serta memberikan pelayanan yang lebih baik.


 

Sumber Kliping: Kompas - Media Indonesia - Suara Pembaruan - Republika - Suara Karya - TEMPO interaktif - Gatra - Kompas Cyber Media - Bisnis Indonesia

Bahan Kliping: Forum Pemerhati Masalah Konsumen

 

 

1
Hosted by www.Geocities.ws