Pesan Dari Konsumen

Asuransi

Bank

Telepon & Ponsel

Perjalanan

Mobil & Motor

Toko & Restoran

Properti & Hotel

Jasa Pengiriman

Penerbangan

Elektronik

Listrik & Air

Kesehatan

Ragam Pesan

 

SITUS MITRA

Daftar Alamat

Punya Masalah?

Logo Bisnis

Biografi Anda

Pustaka eBook

Kliping Media

Mailing List

Kliping Surat Pembaca Dari Berbagai Media Massa

 

 

Elektronik (1)

1| 2| 3| 4


Kita sebagai konsumen selalu berada pada posisi yang lemah dan tidak berdaya. Oleh karena itu, tak ada salahnya kita lebih berhati-hati sebelum membeli atau menggunakan jasa untuk apapun yang kita butuhkan. Jangan terlalu terburu-buru mengambil keputusan. Pelajari dulu  pengalaman konsumen lain. Simak dan teliti sebelum Anda menjadi kecewa dan dirugikan. Semuanya kami kliping di sini. Detail nama dan alamat pengirim, sumber dan tanggal pemuatan dapat Anda minta di email. Kami juga menerima kiriman bahan kliping dari Anda.


 

Servis Panasonic Mengecewakan

Pada tanggal 11 Agustus 2004 saya memperbaiki tape VCD merek Panasonic (SC AK 88 nomor seri DSOFB 16019) di divisi servis resmi PT National Panasonic Gobel, Jalan Ahmad Yani No 16 B, Bandar Lampung, dengan kerusakan tidak berfungsi. Berdasarkan analisis petugas servis, karena IC regulatornya mati. Pada tanggal 3 September 2004 dijanjikan selesai diperbaiki, namun kenyataannya belum juga selesai, dan diberi penjelasan ada kerusakan yang belum ditemukan. Dijanjikan pada tanggal 3 Oktober 2004 akan selesai.

Akan tetapi, pada tanggal itu belum juga selesai, dengan alasan ada komponen yang harus dipesan ke pusat (PT National Panasonic Gobel subdivisi customer service di Jakarta). Padahal, saya membeli produk PT National Panasonic Gobel dengan harapan jaminan kepuasan mutu dan layanan servis, tetapi kenyataannya sangat mengecewakan karena keterangan yang bertanggung jawab, ada barang sejenis yang sudah satu tahun di servis belum juga selesai. Konsumen berharap beli Panasonic dengan jaminan kepuasan. Semoga pengguna produk PT National Panasonic Gobel yang lain tidak mengalami kekecewaan serupa.


TV Tua

Betapa miris hati saya melihat seorang ibu tua ingin membelikan anaknya pesawat televisi (TV) bekas 14 inci (eks trade in) seharga Rp 300.000. Pasti karena keterbatasan anggaran, ibu itu membeli pesawat TV bekas. Ibu itu tak tahu, TV tersebut sudah berusia 10 tahun lebih, beberapa suku cadangnya sudah jarang. Kalaupun ada, pasti mahal, bahkan ada yang hampir seharga TV bekas itu.

Kepada toko-toko elektronik besar atau hypermarket yang sering menggelar trade in agar memusnahkan saja barang-barang yang 95 persen rusak.

Memang akan mengurangi keuntungan, tetapi akan memutus rantai barang elektronik bekas yang jelas-jelas menyusahkan masyarakat yang bodoh dan miskin. Saya yakin, dengan bantuan produsen elektronik yang budget iklannya saja miliaran rupiah, hal itu bisa terwujud. Angka 95 persen tentang barang-barang itu rusak, saya dapat dari pengalaman pribadi. Saya pernah membeli satu lot dari electronic superstore.

Menurut saya, barang eks trade in tidak pantas diperbaiki lalu diperjualbelikan lagi karena rusak parah, banyak suku cadang tak ada lagi di pasaran, terlalu tua, sulit diperbaiki.

Semoga tidak ada lagi ibu tua yang kecewa karena uangnya terbuang percuma membeli barang yang sudah saatnya dimusnahkan.


Garansi Televisi Bukan Jaminan

Pesawat televisi kami merek Toshiba (tipe 29VZ6DE dengan nomor seri 99HO7938 dan nomor garansi 20022053) mengalami kerusakan, yaitu tidak mengeluarkan gambar dan hanya suara (10/9). Keesokannya kami menghubungi Toshiba Authorized Service Center perwakilan Bogor untuk melaporkan kerusakan tersebut. Tidak lama kemudian teknisi datang memeriksa. Disimpulkan bahwa lampu layar pesawat putus dan harus diganti. Teknisi menyatakan bahwa komponen (berikut layar pesawat) tersebut Rp 3.700.000. Kami kaget mendengar biaya sebesar itu karena selama ini televisi dimaksud digunakan sesuai dengan petunjuk (selalu memerhatikan dengan saksama yang tertera pada buku petunjuk penggunaan). Voltase listrik di rumah selalu stabil.

Televisi tersebut kami beli pada tanggal 7 Maret 2003 (tertera pada kartu garansi) di sebuah toko elektronik di Bogor. Masa garansinya telah habis pada Mei 2004 (tertera pada kartu garansi). Jadi umur pesawat televisi tersebut hanya 1 tahun 6 bulan yang merupakan "umur terpendek" untuk sebuah merek terkenal. Artinya, garansi resmi bukan jaminan untuk mendapatkan pelayanan dengan harga relatif murah setelah masa garansi berakhir. Kami sampaikan kepada Toshiba, khususnya Toshiba Visual Media Network Indonesia, kami saat ini tidak tahu bagaimana mengatasi pesawat televisi yang rusak tersebut. Kami menjadi trauma terhadap merek-merek Toshiba, khususnya untuk pesawat televisi.


Produk Bosch Mengecewakan

Hati-hati membeli mesin cuci merek Bosch karena kami alami setahun lalu ketika memutuskan untuk membeli mesin cuci merek Bosch (WFL2000 SG). Setelah setahun pemakaian, bagian top cover tanpa sebab yang jelas mengalami keretakan, yang semula seperti retak rambut lalu kemudian memanjang lebih dari 20 sentimeter dengan celah sekitar dua milimeter. Padahal, peletakan unit tersebut sudah sesuai dengan petunjuk, yakni tidak diletakkan pada area basah/kena panas secara langsung. Untuk kejadian tersebut, kami sudah komplain kepada PT Prima Dunia Elektronik dan sudah dikirim teknisi untuk mengecek kebenaran hal tersebut.

Akan tetapi, sangat disayangkan, jawaban yang kami peroleh dari yang bersangkutan menyatakan bahwa hal tersebut baru pertama kali terjadi, dan kalau tidak mau diganti, diplester saja dengan lakban. Sementara itu, sesuai informasi, untuk meng- ganti top cover tersebut, biayanya sekitar Rp 750.000, sedangkan garansi yang ada sudah lewat waktu. Tanpa solusi yang jelas, petugas teknisi tersebut meminta uang jasa kunjungan yang serta-merta kami tolak karena kunjungan tersebut bukan atas kemauan kami, dan sudah merupakan kewajiban distributor untuk mengetahui permasalahan produk di lapangan.

Keputusan memilih mesin cuci merek Bosch bukannya tanpa pertimbangan, selain harga yang fantastis dibanding dengan merek lain dengan produk sejenis, tetapi terlebih karena merek tersebut cukup ternama dan kami pikir akan membawa kepuasan pemakaian. Kami rasa produk Bosch bukan seperti produk-produk lain, yang hari ini beli lalu besok rusak pada bagian-bagian tertentu. Untuk itu, mohon berhati-hati dalam membeli sebuah produk.


Purnajual AC Panasonic

Saya fanatik dengan merek produk elektronik terkenal, paling tidak merek-merek terkenal seperti National/Panasonic. Jaminan kualitas dan servisnya akan memuaskan. Akan tetapi, ternyata apa yang saya bayangkan meleset dan akibatnya saya kecewa serta menjadi antipati. Pada tanggal 29 Januari 2004 saya membeli air conditioner (AC) Panasonic Organic Tipe CU-C79 KJ (nomor jaminan 100146667, nomor seri 36504774) di sebuah toko elektronik ME di Cibinong, plus biaya pasang secara kontan. Tanggal 31 Januari AC dipasang dan dingin. Tanggal 2 Februari pagi AC rusak, kemudian saya langsung menghubungi toko tempat saya membeli barang untuk meminta pertanggungjawaban.

Kemudian saya lanjutkan menghubungi service center Cawang dan Depok, tetapi pada 10 Februari teknisi Panasonic baru datang ke rumah. Teknisi hanya mencoba start AC lebih kurang 20 menit dan AC kembali dingin. Terus teknisi pamit pulang. Lebih kurang 10 menit ditinggal, AC mati lagi. Terus saya menghubungi lagi service center dan dijanjikan, teknisi akan segera datang. Namun, hingga 16 Februari teknisi belum datang juga.

Melihat kejadian seperti ini, bagaimana tanggung jawab Panasonic? Bagaimana dengan promosi yang gencar ditayangkan di media massa, tetapi purnajualnya buruk? Apakah konsumen harus pindah ke merek lain? Kepada calon atau konsumen, sebaiknya tidak terlalu fanatik dengan merek terkenal atau salah satu merek. Merek terkenal tidak menjamin kualitas dan servis yang bagus, berhati-hatilah.


Perbaikan "Handycam" Berlarut

Handycam Panasonic tipe NV-GS50EN yang baru saya pakai sekitar satu bulan mengalami kerusakan, kemudian saya bawa ke Panasonic Service Center di Pondok Indah, Jakarta Selatan karena kartu garansinya masih berlaku. Menurut teknisi, ada kerusakan pada bagian head unit dan harus diganti. Sudah empat bulan lebih perbaikan handycam saya belum selesai (masuk tanggal 15 Maret 2004), dan menurut teknisi dikarenakan suku cadang harus pesan dari Jepang. Sampai saat ini suku cadang itu belum datang dan tidak ada kejelasan kapan akan datang.

Untuk diketahui, saya membeli handycam tersebut dengan maksud agar dapat mengabadikan kelahiran anak pertama, tapi sekarang anak saya sudah berumur tiga bulan lebih, handycam tersebut belum selesai diperbaiki. Mohon penjelasan dari pihak Panasonic, sampai kapan saya harus menunggu datangnya suku cadang dimaksud? Kenapa tidak diganti saja dengan unit yang baru? Sebagai konsumen, saya merasa kecewa dan dirugikan atas kejadian ini.


Purnajual Sharp Mengecewakan

Tanggal 9 Juni 2004 istri saya membeli unit Magic Com merek Sharp (tipe KS-A18 STR) seharga Rp 340.000. Setelah digunakan belum sampai satu hari, nasi menjadi basi. Saya langsung komplain ke toko Pulau Indah, Serang, Banten tempat membeli. Saudara Alex yang menerima keluhan berjanji memperbaiki di tempat servis Sharp selama dua minggu. Setelah selesai diperbaiki, barang saya ambil, namun tidak ada perubahan, nasi tidak sampai sehari sudah basi.

Saya melakukan komplain lagi dan membawa ke tempat servis, namun sampai sekarang belum jelas apa kerusakannya. Saya merasa dirugikan dengan produk Sharp. Mohon tanggapan Sharp karena sudah berulang kali menghubungi pemilik toko untuk tukar barang atau ganti uang, namun hingga kini hanya janji saja. Barangkali saya dan keluarga harus berpikir ulang untuk membeli produk Sharp.


Harga Diskon Watch Gallery

Pada tanggal 7 Agustus 2004 sekitar pukul 20.30 WIB, saya membeli jam tangan Swiss Army (tipe HCC 8389 SA 307), di Watch Gallery Mall Taman Anggrek (MTA) lantai UG/U 45, Jakarta Barat. Dengan bangganya toko menawarkan diskon tinggi hingga 30 persen dari harga normal Rp 1.475.000. Setelah terjadi tawar menawar, diskon ditambah menjadi 40 persen sehingga terjadi harga Rp 885.000 untuk jam tangan dimaksud. Saya menegaskan kembali kepada karyawan toko, bahwa harga normal itu wajar karena rata-rata toko sudah mau tutup, dan saya tidak sempat mengecek harga ke tempat lain. Karyawan toko berjanji, apabila mendapatkan harga yang lebih murah di tempat lain maka bisa mengembalikan jam tangan tersebut.

Sekitar dua minggu kemudian saudara saya membeli jam tangan dengan tipe yang sama, di Mega Mall dengan harga Rp 350.000 dan dengan garansi yang sama. Setelah mengetahui hal itu, saya coba mengecek harga di toko-toko lain sekitar Watch Gallery MTA dan saya benar-benar marah karena harga yang saya dapat di tempat lain sebelum diskon jauh lebih murah dari harga yang saya beli (Rp 885.000). Kemudian saya mendatangi toko Watch Gallery untuk meminta pertanggung jawaban atas selisih harga tersebut. Tetapi penjaga toko dengan nada sinis, mengejek dan mengatakan: "Kami sebagai penjual selalu berusaha untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Mengapa kamu tidak mengecek dulu ke toko lain sebelum membeli."

Saya marah dan tertipu di toko jam tersebut, karena beranggapan toko yang berada di Mall Taman Anggrek tidak mungkin semena-mena melakukan penipuan dengan menaikkan harga di atas 200 persen dibanding dengan harga di mal lain. Bagaimana tanggung jawab pemilik Wacth Gallery, distributor Swiss Army, dan pengelola Mall Taman Anggrek? Hati-hati belanja di Watch Gallery Mall Taman Anggrek, jangan sampai kejadian yang sama terulang kembali.


Barang Elektronik di Columbia

Saya konsumen Toko Columbia di Jalan Sutisna Senjaya, Tasikmalaya, Jawa Barat, merasa tertipu. Beberapa bulan lalu saya mengambil barang elektronik berupa TV merek Toshiba 21 inci dengan pembayaran kredit. Setelah transaksi, akhirnya ada kesepakatan di antara saya sebagai pembeli dan pemilik toko. Sore harinya barang dikirim ke rumah, sedangkan jarak dari Toko Columbia ke rumah sekitar 12 kilometer. Pada waktu di toko, barang tersebut sudah saya teliti, memang dalam kondisi baru. Sewaktu dikirim ke rumah, tidak diketahui secara pasti barang itu dalam kondisi baru atau bekas.

Sesampai di rumah, barang itu saya coba dengan dibantu oleh petugas dari Columbia yang mengirim barang. Saya membayar uang muka sebesar Rp 600.000 karena percaya kepada pemilik Toko Columbia bahwa barang yang saya beli itu baru dengan harga baru. Setelah beberapa bulan, saya iseng meneliti keadaan barang sambil membersihkan dengan kain lap. Ternyata kedua segel bagian atas kiri dan kanan sudah terputus dan label di belakang TV tidak ada, ukuran label yang tidak ada berukuran lebar 1,5 cm, panjang 3,5 cm.

Berarti barang itu sudah tidak baru lagi, atau bekas. Ini merupakan penipuan terhadap konsumen. Saya merasa dirugikan. Sesudah ketahuan barang tersebut tidak baru lagi, saya datangi pemilik toko (Bapak Zulkipli). Pengaduan saya ditanggapi dan dicatat dalam buku keluhan konsumen. Katanya akan ditindak lanjuti. Toko Columbia di Tasikmalaya berdiri sekitar 1,5 tahun lalu, berarti sudah berapa puluh bahkan ratus barang elektronik yang terjual dan kemungkinan dengan cara yang serupa.


Toshiba Tidak Tanggung Jawab

Saya mempunyai pengalaman dengan televisi (TV) Toshiba yang tidak mengenakkan. Saya membeli pesawat TV bekas (model 32DW9UH) yang digunakan sekitar satu tahun dan gambarnya cukup bagus. Setelah itu, kalau TV panas (sekitar 30 menit dihidupkan), TV tiba- tiba mati total. Kalau didiamkan dan sudah dingin, bisa dihidupkan kembali dan normal. Demikian seterusnya, kalau dingin normal dan jika panas mati total.

Hal ini disebabkan safety relay yang bekerja mematikan TV kalau ada sesuatu yang tidak beres. Untuk proteksi, ini memang bagus. Setelah diperiksa teknisi Toshiba Service Centre (PT Topjaya Sarana Utama), ternyata gambar tabung gambarnya (CRT) short pada elektrode hijaunya.

Ketika saya menghubungi PT Toshiba Visual Media Network Indonesia untuk mencari support, dijelaskan model itu bukan untuk Asia Tenggara. Kemudian saya menghubungi bagian international procurement di Jepang via e-mail, dan ternyata disuruh menghubungi perwakilan Toshiba di Indonesia. Jadi, saya dipingpong, dan karena sudah letih, saya putuskan untuk didiamkan saja karena harga tabung gambar 90 persen dari harga TV baru.

Ternyata, kegagalan berfungsinya tabung gambar tidak didukung Toshiba Company. Begitu gampangnya perusahaan besar melepas tanggung jawab produknya. Memang, kerusakan tabung gambar kecil kemungkinannya, tetapi begitu mudah Toshiba cuci tangan dari tanggung jawab.


 

Sumber Kliping: Kompas - Media Indonesia - Suara Pembaruan - Republika - Suara Karya - TEMPO interaktif - Gatra - Kompas Cyber Media - Bisnis Indonesia

Counter

Bahan Kliping: Forum Pemerhati Masalah Konsumen

 

 

1
Hosted by www.Geocities.ws