Pesan Dari Konsumen

Asuransi

Bank

Telepon & Ponsel

Perjalanan

Mobil & Motor

Toko & Restoran

Properti & Hotel

Jasa Pengiriman

Penerbangan

Elektronik

Listrik & Air

Kesehatan

Ragam Pesan

 

SITUS MITRA

Daftar Alamat

Punya Masalah?

Logo Bisnis

Biografi Anda

Pustaka eBook

Kliping Media

Mailing List

Kliping Surat Pembaca Dari Berbagai Media Massa

 

 

Elektronik (2)

1| 2| 3| 4

 

Servis Electrolux Mengecewakan

Saya sebagai konsumen mesin cuci Electrolux (tipe EW 862 F) kecewa dengan pelayanan Electrolux Service Center (ESC) Jalan KH Hasyim Ashari No 17, Jakarta. Pihak ESC lepas tanggung jawab atas kerusakan motor pada mesin cuci saya akibat penggantian suku cadang yang direkomendasikan oleh teknisi Electrolux. Tanggal 21 Januari 2004, dengan pertimbangan agar memperoleh kualitas perbaikan yang baik serta jaminan yang memuaskan, saya menghubungi ESC dengan keluhan mesin cuci berbunyi berisik. Saya dijadwalkan untuk dikunjungi teknisi Electrolux (Bpk Ari) tanggal 29 Januari 2004 (jadwal kunjungan untuk wilayah Cilegon hanya hari Kamis dan Jumat). Tanggal 6 Februari 2004, teknisi Electrolux yang dimaksud datang ke rumah saya dan setelah memeriksa ia menyampaikan bahwa terjadi kerusakan pada bearing (crosspiece).

Setelah memperoleh informasi perkiraan harga, saya setuju untuk mengganti suku cadang yang rusak. Tanggal 4 Maret 2004, petugas teknisi yang sama datang lagi untuk mengganti suku cadang. Juga menyarankan untuk mengganti carbon brush di bagian motor yang sudah pendek dan belt yang sudah kendur. Menurut dia, bila carbon brush tidak diganti akan mengakibatkan kerusakan pada motor. Saya setuju dengan saran itu, bahkan memesan dudukan mesin cuci untuk mengurangi getaran, sehingga total biaya yang saya keluarkan Rp 1.310.000, dengan rincian crosspiece Rp 770.000, sepasang carbon brush Rp 160.000, belt Rp 75.000, dan washing stand Rp 130.000, dan customer contract service tipe CSP-LD selama setahun Rp 175.000.

Belum seminggu mesin cuci dipakai, listrik di rumah saya tiba-tiba padam akibat korsleting pada mesin cuci tersebut. Saya segera melaporkan hal ini ke ESC. Tanggal 11 Maret 2004, teknisi kembali berkunjung ke rumah saya dan menurut dia, korsleting itu terjadi karena kabel di bagian motor meleleh, tetapi tidak menyebutkan penyebabnya. Kemudian mengganti kabel tersebut. Baru dua hari mesin cuci berfungsi, drumnya tidak mau berputar. Hal ini segera saya laporkan lagi ke ESC. Tanggal 19 Maret 2004, teknisi datang lagi dan dijelaskan bahwa motornya rusak tanpa bisa menjelaskan penyebabnya. Solusinya mengganti motor seharga Rp 990.000 atas biaya saya. Padahal, saya masih dalam contract service selama setahun dan carbon brush yang semula ditengarai bisa menyebabkan kerusakan motor sudah diganti.

Tanggal 23 Maret 2004 saya menghubungi atasan Pak Ari di ESC (Bpk Bambang) untuk mendapatkan solusi yang lebih baik. Analisisnya, kerusakan motor terjadi karena penggantian carbon brush. Ironis sekali karena penggantian ini justru atas rekomendasi petugas teknisi. Kebijakan yang ditawarkan Bpk Bambang hanya berupa penundaan pembayaran motor selama seminggu dan garansi motor selama sebulan. Mengecewakan karena pihak Electrolux tidak memberikan kompensasi material apa pun atas kerugian yang saya alami yang notabene atas rekomendasi teknisi Electrolux. Ternyata merek ternama seperti Electrolux bukan jaminan kepuasan pelanggan.


Kamera Digital Sony

Pada bulan Juli 2004, kami membeli kamera digital merek Sony (tipe DSC F 828) dan dipakai sesuai dengan petunjuk di buku manual tanpa ada permasalahan dan cukup memuaskan hasilnya. Sampai pada akhir bulan Juli 2004, ketika kami hendak memasang kembali baterai (Ada waktu jeda yang menurut hemat kami baterai perlu dilepas) dengan prosedur yang benar sesuai manual, sebagaimana biasa kami lakukan, tetapi ketika baterai terpasang tiba-tiba tuas penahan baterai putus. Tidak habis mengerti, mengapa hal ini bisa terjadi. Ketika kami bawa ke salah satu pusat servis resmi Sony di dekat rumah dinyatakan, salah pemakaian dan garansi tidak berlaku.

Nama besar Sony, yang kualitas kontrol produknya begitu bagus, ternyata mutu tuas penahan baterainya tidak memuaskan, dan begitu gampangnya pihak customer service Sony menyalahkan konsumen. Padahal, bukan sekali ini saja kami membeli peralatan foto, dan bila membeli peralatan foto kami mesti membaca manualnya dengan saksama, sehingga berkeyakinan tidak melakukan kesalahan. Sejak dibeli, peralatan itu tidak pernah dipinjamkan, selain kami pegang sendiri. Apakah pihak Sony sudah sedemikian yakin, produknya terbebas dari adanya cacat? Padahal, Sony DSC F 828 merupakan produk yang tergolong masih baru.


Kerusakan TV Philips

Saya kecewa dengan kualitas televisi (TV) 29 inci merek Philips yang baru dibeli, namun harus mengeluarkan dana hingga jutaan rupiah untuk servis. TV Philips (tipe 29pt6021/69r dengan nomor seri bz00012783106) yang dibeli sekitar 1,5 tahun lalu tiba-tiba gambarnya meredup dan mati. Ketika dibawa ke service centre resmi Philips di Tanah Abang, Jakarta, PT Gading Sari Elektronik, harus membayar biaya Rp 800.000 karena kartu garansi hilang. Setelah diservis, gambar tidak seperti semula (tidak normal), bagian pojok selalu seperti kaca cembung/melenceng. Saya masih rela menerima, tetapi sialnya baru beberapa bulan digunakan, TV kembali mati dan harus membawanya lagi ke service centre resmi yang sama, dengan membayar lagi sekitar Rp 200.000.

Baru beberapa bulan digunakan, gambarnya tidak normal dan mati (16/8) sehingga harus membayar biaya servis lagi sekitar Rp 300.000. Namun, baru beberapa hari digunakan, akhirnya rusak lagi dan dibetulkan lagi. Baru sehari sudah rusak lagi. Bisa dibayangkan dalam kurun waktu sekitar 1,5 tahun dari pembelian, TV sudah diservis lima kali dan dana yang dikeluarkan sudah hampir Rp 1.500.000. Saya curiga pesawat tersebut sebenarnya ada masalah (gagal produksi) karena dengan pengalaman beberapa merek TV, tidak ada yang di bawah 5 tahun waktu pemakaiannya. Alasan yang diberikan service centre, penyebab kerusakan karena voltase listrik PLN tidak stabil. Ini tidak masuk akal karena di rumah TV ada tiga unit, dan kalau memang karena listrik tidak stabil, mengapa hal ini tidak menyebabkan kerusakan pada TV maupun alat elektronik lain di rumah. Mohon penjelasan Philips Indonesia.


Biaya Perbaikan Sony Digicam

Saya membeli digital-camera (digicam) merek Sony (DSC-F77) dengan garansi resmi pada tanggal 14 Februari 2003. Saya memberanikan diri membeli barang itu karena mengandalkan merek Sony. Digunakan secara normal dan merawatnya dengan baik. Namun sebulan lalu, kamera tersebut tidak berfungsi karena tidak bisa di charge baterainya. Padahal kamera tidak pernah jatuh atau rusak karena kelalaian penggunaan. Akhirnya barang tersebut dikirim dan diperiksa pihak Authorized Service Center Sony di Jl Wahid Hasyim, Jakarta.

Dijelaskan oleh petugas yang menerima kamera itu, karena sudah lewat masa garansi, saya diharuskan membayar Rp 1.900.000 untuk biaya perbaikan, dan kamera harus dibawa ke Singapura. Saya sangat terkejut karena harus membayar 50 persen dari harga kamera tersebut untuk mutu barang yang jelek. Saya kecewa telah membuang uang dengan percuma karena kamera tersebut kini tidak berfungsi. Konsumen jangan terkecoh dengan merek Sony jika tidak ingin mengalami kekecewaan seperti yang saya alami.


Pengalaman Servis di Skylab

Mencari tempat servis peralatan elektronik yang jujur dan terpercaya di Jakarta ternyata bukan perkara mudah. Saya punya pengalaman menarik. Pada tanggal 20 April 2004, saya membawa radio-tape recorder Sony Compo (FH L300) yang mengalami kerusakan, yaitu fungsi tape-nya tidak jalan, ke tempat reparasi cukup terkenal, Skylab Sony Service Center, di Jalan Supomo, Tebet, Jakarta. Sekitar tiga hari kemudian saya dikabari, harus diganti motornya, capdola, setbelt, dan roller. Biayanya cukup mahal, Rp 390.000, kata teknisi melalui telepon, dan saya setujui dengan pemikiran motornya rusak harus diganti serta ongkos jasanya yang tinggi karena jaminan keterkenalan nama.

Saya datang ke tempat servis tersebut (24/4) untuk mengambil tape compo yang sudah selesai diperbaiki (resi No 00198 T). Ketika membayar biayanya, saya minta agar suku cadang bekas disertakan. Sekilas petugas tampak terkejut serta wajahnya kelihatan aneh. Dan ketika saya terima ternyata suku cadang berupa motor tipe 313 tak seperti aslinya. Saya protes, tetapi si petugas ngotot bahwa itu suku cadang bekas dari tape compo dimaksud. Yang bersangkutan cuma bisa berkilah macam-macam ketika saya jelaskan bahwa motor yang ada di dalam tape compo itu sesungguhnya sudah saya tandai sebelumnya dan itu saya lakukan untuk mengecek diganti tidaknya suku cadang.

Sedangkan yang saya terima sebagai motor bekas itu bukan aslinya, tak berciri yang saya tandai. Dan benar, ketika tape compo itu saya buka kembali, motor yang asli dengan ciri yang saya tandai masih tetap di tempatnya, tidak berganti yang lain. Dengan pengalaman yang membuat kecewa ini, saya akhirnya yakin bahwa omongan beberapa teman yang bilang bahwa mendapatkan tempat servis untuk memperbaiki peralatan elektronik yang jujur dan terpercaya bukanlah hal yang mudah di Jakarta ini. Tempat servis seperti Skylab yang terkenal pun tidak menjamin berbuat jujur. Saya punya bukti.


Electronic City Mengecewakan

Saya membeli DVD Player merek Sony (MHC WZ 8D) pada tanggal 1 Mei 2004 dengan No Invoice 0010-15-04-002-008426 di Electronic City Kelapa Gading, Jakarta. Sekitar tiga bulan pemakaian, DVD itu sudah rusak, yaitu tidak ada suara yang keluar, kemudian saya membawa ke Electronic City untuk diservis dan diterima tanggal 18 Agustus 2004 (No Invoice ECG AB 1137) dan selesai pada tanggal 23 Agustus 2004. Namun, saya kecewa karena baru dua minggu DVD tersebut sudah rusak lagi dan bertambah parah, kali ini tidak keluar suara dan gambar. Akhirnya saya bawa kembali ke Electronic City pada tanggal 6 September 2004 (Invoice No ECG AB 1187) dengan janji paling tidak dua minggu untuk diservis.

Karena setelah dua minggu tidak ada kabar, saya menelepon ke Electronic City untuk mengecek (diterima Ibu Melanie) yang menjelaskan, memang belum selesai dari Sony Center. Karena sudah kesal, saya menanyakan alamat Sony Center dan nomor telepon. Saya kemudian diberitahukan untuk menghubungi Ibu Fitri (telepon 651 6117) di Sunter. Saya heran karena, menurut Ibu Fitri, barang baru diterima pada tanggal 16 September 2004. Saya bingung, kenapa barang baru diterima Sony Center pada tanggal tersebut, padahal saya sudah mengirimkan dari tanggal 6 September 2004.

Berarti barang dimaksud dua minggu dibiarkan begitu saja, dan saya tidak habis mengerti mengapa pengiriman dari Kelapa Gading ke Sunter yang berjarak sekitar 20 menit bisa mengambil waktu yang begitu lama. Mohon perhatian dari pihak manajemen Electronic City Kelapa Gading, apakah memang begitu untuk pelayanan purnajualnya. Sampai saat ini barang saya masih ada di Sony Center, entah untuk berapa lama lagi. Saya juga menyampaikan rasa kecewa kepada pihak Sony karena dengan reputasi yang begitu bagus ternyata barang yang saya beli tidak bertahan lama, padahal jarang memutar film dan kalau pun diputar selalu memakai DVD asli bukan bajakan.


Servis Samsung Mengecewakan

Kami pengguna lemari es dan mesin cuci Samsung. Tertarik iklan "Samsung Clinic" 4- 9 Mei 2004 di media, kami langsung menghubungi pusat servis untuk memperbaiki lemari es (tipe SR 230), yaitu kerusakan keran dispenser air yang mampet sehingga keran air yang ada di badan pintu tidak berfungsi. Akhirnya pihak servis Samsung Cabang Depok memperbaiki pada 6 Mei 2004. Tetapi sayang, baru satu hari dipakai, keran malah bocor dan didapatkan teknisi merusak penutup plastik mesin kompresor kecil yang berfungsi menyedot air keluar.

Atas hal itu, kami langsung komplain (8/5) dan dijanjikan akan diperbaiki 10 Mei. Karena teknisi tidak datang pada tanggal yang dijanjikan, kami telepon ulang pada 12 Mei dan dijanjikan akan diperbaiki 17 Mei. Pada pagi hari (17/5) pihak pusat servis Samsung mengonfirmasikan, petugas akan datang sebelum pukul 15.00, tetapi ternyata mangkir kembali. Kami jadi jenuh dengan ulah pusat layanan Samsung yang kurang profesional dan cenderung mengirim teknisi kurang pengalaman guna mengejar program "Samsung Clinic" yang bertujuan peduli akan kebutuhan konsumen. Namun kami merasakan sebaliknya, yaitu mengecewakan konsumen.


Hati-hati Beli Produk Elektronik Bergaransi BGS

Pada bulan Maret 2002 saya mereparasi DVD merk Samsung pada BGS. Setelah 1 bulan belum juga selesai saya memutuskan untuk menbeli yg baru. DVD Samsung saya baru selesai direparasi setelah 7 bulan lamanya! Saya bingung, DVD Samsung yg begitu banyak di pasaran butuh waktu 7 bulan untuk mengganti sparepart yg rusak.!

Dan ternyata hasil servisnya pun belum sempurna, dimana untuk DVD dual layer tidak bisa ditonton. Saya kembali ke BGS untuk meminta servis ulang, ternyata saya akan dikenakan biaya kembali sebesar Rp. 100.000,- dengan alasan sudah tidak dalam masa garansi. Saya meminta kebijaksanaan tapi tetap ditolak.

Jadi untuk pambaca lain harap memperhatikan barang elektronik yang anda beli apakah bergaransi BGS atau bukan, karena jika barang anda rusak anda pun akan bernasib sama seperti saya!


Notebook Toshiba Buruk

Saya membeli notebook merek Toshiba ("Satellite 2410-S203") sekitar satu setengah tahun lalu, dengan kondisi baru dan bergaransi resmi. Namun, setelah masa garansi berakhir, berakhir juga masa pakai notebook itu karena kerusakan yang cukup parah. Petugas teknisi Toshiba menyatakan, kerusakan terjadi pada main board yang suku cadang penggantinya tak ada. Suku cadang yang tak tersedia di Indonesia itu harus didatangkan dari luar negeri, dengan biaya cukup tinggi, yaitu Rp 5.700.000, dan membutuhkan waktu sekitar satu bulan untuk mendatangkannya.

Karena kerusakan bukan kesalahan pemakaian dan biaya perbaikan cukup mahal, saya memutuskan membeli barang sejenis yang baru dengan merek lain. Tidak disangka perusahaan sebesar Toshiba memproduksi notebook dengan kualitas buruk dan rendah jika dibandingkan dengan harga yang harus saya bayar untuk membeli barang dimaksud. Mohon perhatian dari agen resmi Toshiba di Indonesia, agar menjaga kualitas terhadap barang yang dijual.


Dispenser Sanken Mengecewakan

Saya membeli satu unit dispenser Sanken di Makro Pasar Rebo, Jakarta Timur (29/6). Baru seminggu dipakai, pada 5 Juli 2004, dispenser rusak (suhu panas dan dingin tidak berfungsi). Setelah beberapa kali telepon ke Service Center Sanken, 8 Juli 2004, teknisi datang memperbaiki. Akan tetapi, karena tidak bisa dikerjakan di rumah saya, baru pada 10 Juli 2004 dispenser dibawa untuk diperbaiki selama sekitar satu minggu. Tanggal 16 Juli 2004 dispenser dikembalikan, tetapi saya sangat kecewa karena baru dipakai empat hari, tepatnya pada 21 Juli 2004, dispenser kembali mengalami kerusakan yang sama.

Saya menghubungi Service Center Sanken lagi. Baru pada 30 Juli 2004 dispenser diambil untuk diperbaiki. Namun, hingga 9 Agustus 2004 (satu minggu lebih) dispenser belum dikembalikan dengan alasan belum selesai diperbaiki. Mohon perhatian PT Sanken Indonesia yang dalam promosinya berjanji, kepuasan pemakai/konsumen adalah hal paling diutamakan. Mengapa harus menunggu sampai berhari-hari untuk dapat mempergunakan dispenser yang telah saya beli?


 

Sumber Kliping: Kompas - Media Indonesia - Suara Pembaruan - Republika - Suara Karya - TEMPO interaktif - Gatra - Kompas Cyber Media - Bisnis Indonesia

Bahan Kliping: Forum Pemerhati Masalah Konsumen

 

 

1
Hosted by www.Geocities.ws