Pesan Dari Konsumen

Asuransi

Bank

Telepon & Ponsel

Perjalanan

Mobil & Motor

Toko & Restoran

Properti & Hotel

Jasa Pengiriman

Penerbangan

Elektronik

Listrik & Air

Kesehatan

Ragam Pesan

 

SITUS MITRA

Daftar Alamat

Punya Masalah?

Logo Bisnis

Biografi Anda

Pustaka eBook

Kliping Media

Mailing List

Kliping Surat Pembaca Dari Berbagai Media Massa

 

 

Toko & Restoran (1)

1| 2| 3| 4| 5| 6| 7|


Kita sebagai konsumen selalu berada pada posisi yang lemah dan tidak berdaya. Oleh karena itu, tak ada salahnya kita lebih berhati-hati sebelum membeli atau menggunakan jasa untuk apapun yang kita butuhkan. Jangan terlalu terburu-buru mengambil keputusan. Pelajari dulu  pengalaman konsumen lain. Simak dan teliti sebelum Anda menjadi kecewa dan dirugikan. Semuanya kami kliping di sini. Detail nama dan alamat pengirim, sumber dan tanggal pemuatan dapat Anda minta di email. Kami juga menerima kiriman bahan kliping dari Anda.


 

Hati-hati: Optik Melawai

Hati-hati memeriksakan mata Anda, bahkan di optik besar dengan peralatan canggih sekalipun. Salah periksa, Anda sendiri yang harus menanggung akibatnya. Pengalaman saya dengan Optik Melawai mungkin bisa dijadikan pelajaran.

Akhir Agustus 2002 saya memeriksakan mata saya di Optik Melawai Jalan Melawai, Jakarta. Hasil pemeriksaan menunjukkan, mata saya mengalami kelainan 'baru' dan dianjurkan mengganti kacamata saya sebelumnya dengan lensa baru. 

Semula saya ragu karena hasil pemeriksaan tersebut sangatlah lain dibanding kelainan mata saya sebelumnya. Tapi karena percaya dengan nama besar mereka, saya setuju saja. Saya direkomendasikan memilih lensa kualitas terbaik dengan harga yang sangat mahal. Untungnya, semua biaya bisa saya lunasi pada saat itu juga.

Tetapi aneh, saat pertama menggunakan lensa baru tersebut, apapun yang tampak di depan saya jadi berubah. Saya serasa bertubuh sangat tinggi dan semua yang ada di depan saya jadi kelihatan jauh. Hal tersebut saya kemukakan kepada petugas. Menurutnya, itu hal biasa. Untuk lensa baru, katanya, diperlukan proses adaptasi satu hingga dua hari.

Dua hari kemudian, saya datang lagi ke optik tersebut dengan keluhan yang sama. Menurut petugas, terkadang proses adaptasi makan waktu seminggu bahkan bisa lebih lama lagi. Tak ada keinginan untuk coba memeriksa ulang kelainan mata saya. Saya hanya dianjurkan untuk terus menggunakan kacamata.

Hingga tiga bulan kemudian, mata saya tetap tidak bisa beradaptasi. Karena tak tahan dengan keadaan tersebut (perut saya sering terasa mual jika menggunakan kacamata), saya coba melakukan pemeriksaan ulang ke Jakarta Eye Center dengan penanganan Dr. Vidyapati W. Mangunkusumo, seorang spesialis mata. Hasil pemeriksaannya sungguh mengejutkan: ternyata kelainan mata saya berbeda dengan kelainan yang dideteksi Optik Melawai.

Hari itu juga saya datang ke optik tersebut dengan maksud melakukan konfirmasi sekaligus complain. Saya diterima oleh Bpk. Ratno. Menurutnya, kasus seperti ini hanya bisa dibicarakan dengan Bpk. Sigit yang kebetulan hari itu tidak masuk kerja. Ia meminta saya menelepon dulu sebelum datang. Saya juga meninggalkan nomor telepon dan minta dihubungi jika yang bersangkutan sudah masuk kerja. 

Hingga beberapa hari kemudian saya tetap tidak dihubungi. Saat saya hubungi, jawaban yang sama yang saya selalu terima bahwa bersangkutan tidak masuk kerja. Ada kesan mereka seolah-olah mencoba lari dari tanggung jawab.

Belakangan saya diberitahu oleh Bpk Ratno untuk menghubungi Customer Service(CS). Seperti saya duga, ini tindakan melarikan masalah. Buktinya, saya sudah coba berkali-kali menghubungi CS-nya, hanya ada dua kemungkinan: telepon tidak diangkat atau diterima oleh mesin penjawab. Sungguh sangat disayangkan. Optik sebesar, semahal, dan secanggih itu memiliki pelayanan yang sangat tidak profesional dan berkesan amburadul.


Pasaraya, Pengalaman Pemasok

Pengalaman kami berurusan dengan PT Pasaraya Toserjaya (Pengelola Pasar Raya) mungkin bisa berguna bagi yang lain. Sebelumnya, kami sudah diingatkan oleh beberapa mitra bisnis kami, hati-hati berhubungan bisnis dengan toko, stan, atau apapun yang ada di Pasaraya. Pengelolaan keuangan mereka akan ditangani oleh pihak PT Pasaraya Toserjaya. Dan jika sudah berurusan dengan PT Pasaraya Toserjaya, berbagai 'pengalaman buruk' akan Anda alami.

Kami tidak begitu saja percaya dengan peringatan tersebut. Maka, pada 7 Oktober 2003, kami coba menitipkan buku-buku kami di toko buku Maruzen Pasaraya Blok M dengan sistem konsinyasi (pembayaran di belakang) dan jumlah yang sengaja kami batasi. Pada 18 November 2003, kami lakukan pemasokan kedua disusul pemasokan ketiga pada 11 Desember 2003.

Buku-buku kami ternyata laku keras. Dari hasil pengecekan, tanggal 3 Maret 2004, kami menyerahkan kuitansi penagihan. Kepada kami diserahkan surat tanda terima tagihan dengan janji sebelum 20 Maret uang hasil penjualan akan ditransfer oleh PT Pasaraya Toserjaya. Kami juga diberikan nomor telepon 7260270 ext. 2131 untuk menghubungi jika hingga tanggal tersebut uang belum juga ditransfer (belakangan kami baru tahu bahwa nomor telepon itu hanyalah nomor telepon "bo'ongan" yang jika dihubungi tidak akan pernah ada yang mengangkat).

Karena lewat tanggal 20 Maret uang belum juga ditransfer, kami melakukan pengecekan lagi. Dari bagian keuangan (Ibu Wiwi) diperoleh informasi, bahwa uang baru akan ditransfer setelah satu bulan dari tanggal kuitansi, jadi tanggal 3 April 2004. Tapi hingga tanggal 12 April 2004, uang belum juga ditransfer. Petugas kami yang bolak-balik melakukan pengecekan, dilempar sana-sini untuk minta persetujuan orang dalam (mulai dari Bapak Made, Paulus, Rudi, Urip, hingga Bapak Hasan) yang seharusnya bukan urusannya, persis seperti orang di ''posma'' yang diwajibkan meminta tanda tangan seniornya. Toh, itu pun tidak membawa hasil dengan alasan "belum ada dana". Bahkan ketika kami meminta kepastian kapan uang kami akan ditransfer, tak ada satu pun yang bisa menjawab.

Terpaksa kami harus tersenyum pahit. Semua peringatan dari mitra bisnis kami ternyata benar. Modus operandi yang bisa kami pelajari dari kasus tersebut, pihak PT Pasaraya Toserjaya akan menahan uang selama dan sebisa mungkin agar bisa mendapat keuntungan dari bunga bank. Bahkan, jika mungkin tidak akan membayar sama sekali. Kalau hanya dari kami, hitungannya memang kecil. Tapi coba hitung, berapa jumlah penyuplai dan berapa jumlah uang yang sengaja ditahan tanpa ada kepastian kapan akan dibayarkan. Dari bunga banknya saja, mungkin mereka menambah gedung-gedung baru yang setara dengan gedung-gedung yang sudah ada, tanpa merasa bersalah kepada kami yang dirugikan. Moga-moga pengalaman ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi yang lain.


Keju Makro Berjamur

Tanggal 3 Mei 2004 saya dan istri belanja di Makro Pasar Rebo, Jakarta Timur. Namun, saya kecewa karena pada tanggal 6 Mei 2004 salah satu produk makanan, yaitu keju (Cheesy Processed Chesse by PT Dairy Gold Indonesia No Registrasi DepKes MD 606210004418 dengan Expire Dates 9/9/2004), ternyata bagian dalamnya sudah berjamur dan berbau busuk. Pada hari itu juga barang saya bawa ke Makro lagi. Oleh petugas Makro diterima dengan baik dan barang itu dianggap return dan uang dikembalikan.

Masalahnya, bagaimana mungkin terjadi pada produk yang tanggal kedaluwarsanya 9 September 2004, berjamur dan berbau busuk. Untuk perlindungan konsumen, siapa yang bertanggung jawab. Makro telah memilih barang-barang yang akan dijual yang katanya bagus/pilihan, ternyata jeblok. Mohon tanggapan yang berwenang.


Waspada Kartu Belanja Carrefour

Saya pengguna KB (kartu belanja) Carrefour (5189 4390 1263 9805). Pada tanggal 12 Juli 2004, saya melakukan pembayaran via BCA sebesar Rp 700.000 sebelum lembar tagihan datang. Pada 25 Juli tagihan datang, tapi karena sudah melakukan pembayaran maka saya tidak membayar sampai jatuh tempo 31 Juli 2004. Pada tanggal 5 Agustus 2004, petugas bagian penagihan menelepon menanyakan pembayaran itu, dan menjelaskan paling lambat pembayaran harus sudah diterima sebelum 8 Agustus 2004 agar tidak dikenakan biaya keterlambatan. Tanggal 6 Agustus 2004, saya membayar di Carrefour sebesar Rp 200.000.

Tapi alangkah kagetnya, pada tanggal 25 Agustus 2004 ketika menerima lembar tagihan ternyata tertulis biaya keterlambatan dan bunga harian keterlambatan dihitung sejak 16 Juli hingga 6 Agustus (padahal lembar tagihan diterima 25 Juli) karena tidak membayar penuh tagihan tersebut. Saya telepon customer service tapi tidak bisa menerima keberatan/komplain, dan mempersilakan untuk menulis keluhan di media massa. Jika begini caranya saya sangat menyesal menggunakan KB Carrefour. Untuk apa slogan "Kartu Tanpa Iuran Tahunan" kalau menjebak seperti itu. Selama ini saya tidak pernah mengalami masalah dengan kartu kredit yang lain.


Petugas Berdiri di Matahari

Setiap kali masuk Department Store Matahari, baik Matahari Atrium Senen, Jakarta, atau WTC Matahari Serpong, Tangerang, saya melihat ada dua atau satu orang wanita mengenakan selendang abu-abu, terus berdiri tanpa bersandar, dan tidak berpegangan tembok atau lainnya (mungkin tidak boleh). Kalau tidak salah, itu namanya welcome person, atau apalah namanya. Saya melihat hal itu beberapa bulan lalu.

Ketika pada 10 September 2004 pergi ke Matahari di Atrium Senen, saya masih melihat hal itu. Saya amat iba terhadap orang-orang yang mendapat tugas seperti itu, sepertinya para manajer Department Store Matahari tidak berperasaan. Saya bukannya senang masuk Department Store Matahari, tetapi malah merasa iba, sedih, sekaligus jengkel melihat hal itu.

Hal itu membuat saya malas untuk berbelanja di sana. Jika, misalnya, ada seorang welcome person yang berdiri di situ pingsan, mungkin pihak manajemen baru berpikir. Atau mungkin bila manajernya disuruh berdiri di situ selama berjam-jam tanpa boleh bersandar atau berpegangan, pasti tidak mau. Kalaupun mau, pasti minta gaji 200 kali lipat dari gaji semula. Sungguh hal itu telah amat memilukan hati. Diharapkan agar pihak manajer menghapuskan program welcome person. Atau masih menggunakannya, tetapi tidak perlu sampai berjam-jam, hanya setengah jam lalu bergantian. Semoga mendapat tanggapan dari manajemen Department Store Matahari.


Tertipu Sumber Kredit di Giant

Tertarik dengan program electronic fair gratis tiga kali angsuran yang diadakan oleh Giant Hypermart bekerja sama dengan Sumber Kredit, pada tanggal 2 Mei 2004 saya mendatangi Giant Hypermart Serpong, Tangerang, untuk membeli Samsung handycam (VP-D241) seharga Rp 4.479.000 dengan cicilan Rp 398.800 per bulan (sesuai yang tercetak dalam brosur yang saya dapat).

Tetapi, kenyataannya, setelah saya mendatangi costumer ser- vice Sumber Kredit untuk ikut program tersebut, dengan entengnya mereka mengatakan bahwa Handycam tidak masuk dalam program. Mengapa Giant Hypermart dan Sumber Kredit yang sudah terkenal reputasi baiknya bisa menipu konsumen (pemegang kartu Sumber Kredit No 8888-9910-1166-xxx)?


Hypermart dan Samsung Murah

Saya membeli TV Samsung 29 inci di Hypermart WTC Matahari Serpong (30/5), di mana dengan harga yang dikatakan "Murah Banget", pembeli masih diberikan DVD player merek Samsung dengan gratis pula, dengan syarat karena DVD player itu gratis, maka tidak ada garansi. Karena percaya dengan merek Samsung, saya membelinya. Dalam hati produk murahan buatan China saja bisa tahan satu-dua tahun, sesial-sialnya DVD player Samsung yang terkenal itu umurnya akan sama dengan DVD player murahan buatan China minimum setahun, dan apabila itu terjadi akan menganggap buang sial (karena gratis). Tidak disangka baru sekitar dua minggu DVD player Samsung tersebut sudah rusak.

Sangat kecewa, karena begitu saja memercayai slogan murahan "Murah Banget" Hypermart & Samsung DigitAlly Yours. Pengalaman ini agar menjadi peringatan bagi mereka yang mau membeli barang di Hypermart dan produk Samsung. Hati-hati dengan slogan "Murah Banget" Hypermart karena harga sudah di-mark up terlebih dahulu. Memang dengan bonus DVD Samsung gratis terkesan "Murah Banget", tapi coba cek di tempat lain bisa dapatkan kedua barang dengan merek dan tipe yang sama (TV 29 Samsung dan DVD player Samsung dengan harga yang sama/lebih murah plus sewa gratis DVD selama 1 tahun, dan tentu saja bergaransi.


Pelayanan Buruk McDonald's

Tanggal 5 September pukul 21.45 kami membeli makanan di McDonald's Plaza Marina TIJA, Jakarta utara, melalui drive-thru. Saat itu kami memesan satu paket Panas dan dua McFlurry yang isinya Oreo. Ternyata McFlurry berisi Oreo sudah lama tidak ada, kami tidak tahu karena gambarnya masih terpasang di papan menu. Saat memesan, pegawai yang bertugas menjawab dengan tidak sopan dan tidak ramah, "Pesan McFlurry atau Cone." Padahal, dengan jelas dan kami ulangi tiga kali, ingin memesan McFlurry dengan isi Oreo. Pegawai itu membentak, McFlurry dengan Oreo sudah tidak ada. Akhirnya kami mengganti dengan McFlurry isi Milo.

Kekesalan kami belum reda dengan perlakuan pegawai yang memberikan pesanan. Ketika kami menerima dua McFlurry, sekali lagi karena ketidaktahuan, kami bertanya di mana serbuk Milonya karena tidak tampak sama sekali. Pegawai itu menjawab dengan kasar, Milo sudah tercampur di dalamnya sambil berkata, "Dirasakan, mbak..! Dirasakan!" Dia lalu meninggalkan kami mengambil pesanan lain. Kami sudah beberapa kali menulis kritik dan saran untuk McDonald's di Plaza Marina mengenai pelayanan yang kurang menyenangkan, yaitu saat kami memesan Sundae Cokelat (melalui drive-thru) dan pegawai di tempat pengambilan pesanan memberikan McFlurry bekas yang sudah dimakannya, sambil tertawa (saat itu ada 4-5 pegawai laki-laki).

Kalau berniat bercanda kami rasa ini kurang sopan dilontarkan. Kesalahan kami pada dua kejadian itu kami tidak melihat nama pegawai. Kami merasa tidak ada perubahan signifikan menanggapi kritik dan saran yang kami sampaikan. Sebaiknya manajemen tidak hanya memberi keterampilan tetapi juga pelatihan perilaku dan etika dalam melayani.


Penataan Barang di Metro

Tanggal 23 Februari 2004, saya dan keponakan ke Mal Taman Anggrek, Jakarta Barat, untuk membeli hadiah ulang tahun dan yang lain. Saya ke Metro yang lagi sale untuk melihat dan mencari souvenir. Tiba-tiba ada barang pecah belah yang jatuh dan pecah, mungkin karena tersenggol. Saya heran melihat manajemen Metro yang tidak memerhatikan lay out (penataan) dengan meletakkan barang-barang plastik yang lagi sale berhadapan dengan display barang pecah belah yang harganya sekitar Rp 300.000 per buah (dengan jarak yang relatif dekat), dan bila pengunjung lewat meski bukan anak kecil pasti tersenggol juga. Hal itu saya sampaikan kepada seorang pramuniaga di lokasi kejadian, dan dia mengatakan, memang settingnya seperti itu. Apakah demikian strategi manajemen Metro dalam mengelola usaha?

Seharusnya sebuah pusat perbelanjaan memberikan rasa aman dan nyaman kepada konsumen untuk bersaing dengan lainnya yang sejenis yang ada di dalam mal tersebut untuk menarik konsumen, apalagi perusahaan besar seperti Metro. Saya kecewa karena untuk barang-barang yang pecah tersebut harus dibayar sebesar Rp 457.000 (setelah diskon sesuai program yang ada) untuk dua buah barang (piring dan mangkok). Kepada orangtua, apalagi yang membawa anaknya ke mal, hati-hati ketika berada di Metro karena saya yakin hal serupa pasti akan terjadi lagi dan akan merugikan.


Barang Kosong di BAM Hero

Saya membaca iklan Hero di Kompas (4/11) tentang banting akhir minggu (BAM) yang antara lain mencantumkan buah mangga harum manis dengan harga yang ditawarkan benar- benar dibanting, yaitu Rp 199 per 100 gram. Begitu pulang kerja, saya yang biasa melalui jalur Lebak Bulus-Parung menyempatkan diri mampir ke Hero Pamulang, Tangerang. Begitu tiba di Hero Pamulang sekitar pukul 18.15, iklan BAM Hero yang dimuat di surat kabar terpampang besar pada spanduk di pintu masuk. Namun begitu masuk ke konter fresh fruit, ternyata buah mangga harum manis dimaksud tidak ada. Ketika ditanyakan kepada petugas bagian fresh fruit, ia menjawab bahwa tidak pernah ada mangga yang dimaksud.

Saya segera melihat ke konter mangga sekali lagi, dan memang tidak ada tempat untuk mangga yang dimaksud dan juga daftar harganya bila buah itu benar-benar telah habis. Saya menjadi yakin dengan perkataan petugas tersebut bahwa mangga yang harganya dibanting tersebut benar tidak ada. Ketika bertanya kepada kasir, rupanya kasir lebih diplomatis dengan mengatakan bahwa mangga dimaksud sudah habis diborong seorang pembeli. Padahal di iklan jelas-jelas ditulis: "Tidak Dijual dalam Partai Besar".

Bagaimana Hero sebagai perusahaan ritel berskala nasional dapat bertindak begitu ceroboh? Diharapkan manajemen Hero untuk tidak mengiklankan barang di koran bila ternyata tidak mampu untuk menghadirkan barang dimaksud. Tidak perlu menipu untuk menarik pelanggan.


 

Sumber Kliping: Kompas - Media Indonesia - Suara Pembaruan - Republika - Suara Karya - TEMPO interaktif - Gatra - Kompas Cyber Media - Bisnis Indonesia

Counter

Bahan Kliping: Forum Pemerhati Masalah Konsumen

 

 

1
Hosted by www.Geocities.ws