Pesan Dari Konsumen

Asuransi

Bank

Telepon & Ponsel

Perjalanan

Mobil & Motor

Toko & Restoran

Properti & Hotel

Jasa Pengiriman

Penerbangan

Elektronik

Listrik & Air

Kesehatan

Ragam Pesan

 

SITUS MITRA

Daftar Alamat

Punya Masalah?

Logo Bisnis

Biografi Anda

Pustaka eBook

Kliping Media

Mailing List

Kliping Surat Pembaca Dari Berbagai Media Massa

 

 

Toko & Restoran (6)

1| 2| 3| 4| 5| 6| 7|

 

Undian Makan Berhadiah

Selama beberapa bulan, di Gading Food City Kelapa Gading, Jakarta Utara, ada undian makan berhadiah, yang berlangsung dari 19 Agustus 2002 sampai dengan 15 Januari 2003. Kami mendapatkan hadiah ke-2, yaitu berupa sepeda motor "Modenas" dari Malaysia. Hadiah yang disediakan masing-masing hadiah ke 1 berupa 1 unit mobil Karimun, hadiah ke 2 berupa 2 unit sepeda motor "Modenas, dan hadiah ke 3 berupa hand phone dan paket tur ke Bali.

Pada waktu itu kami merasa gembira, meski harus membayar pajak hadiah 25 persen dari harga sepeda motor tersebut. Kegembiraan berubah menjadi kekecewaan karena yang dijanjikan oleh Ibu Monic maupun Bapak Koko sebagai pimpinan dealer "Modenas" yang mengurus surat-surat kendaraan beserta nomor kendaraan, tidak menjadi kenyataan. Sudah beberapa kali Ibu Monic dan beberapa stafnya hanya memberikan janji, dari awal kami menerima hadiah tersebut (awal Maret 2003) hingga saat ini.

Sepeda motor tersebut belum ada pemakainya di Jakarta. Yang mengherankan, mengapa Ibu Monic sebagai pimpinan dealer "Modenas" dari Malaysia yang belum punya nama di Jakarta, dan belum siap melengkapi syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai dealer sepeda motor baru, nekat dan berani bekerja sama dengan Gading Food City untuk memberikan hadiah kepada mereka yang makan. Sebenarnya sebagai hadiah atau hanya promosi merek baru? Untuk apa memiliki sepeda motor tanpa kelengkapan surat dan nomor kendaraan? Mohon tanggung jawab dealer "Modenas" dan Gading Food City.


Salah Tangkap di Matahari

Saya akan menceritakan pengalaman saya saat berbelanja di Matahari Department Store Blok M Plaza. Pada Sabtu tanggal 22 Maret 2003 sekitar pukul 18.00 WIB, tepatnya di lantai 3, saya melihat-lihat VCD karena kebetulan di lantai tersebut ada counter VCD. Tidak tahu mengapa tiba-tiba saya dihampiri oleh seorang pramuniaga yang bernama Pandu. Tanpa alasan yang jelas, kemudian saya dibawa ke ruangan security. Saya coba untuk bertanya, maksudnya apa saya dibawa ke ruangan tersebut, pramuniaga itu hanya menjawab, "Sudah, ikut saya saja ke sini."

Kemudian pramuniaga tersebut keluar ruangan security dengan memanggil nama seseorang yang kebetulan saya tidak jelas mendengarnya. Beberapa menit kemudian pramuniaga tersebut masuk kembali ke ruangan security sambil "cengar-cengir" dan menepuk pundak saya sambil berkata, "Salah orang."

Yang saya sayangkan, kenapa pramuniaga tersebut tidak mau menjelaskan apa alasan saya dibawa ke ruangan security dan juga tidak ada kata maaf yang diucapkan pramuniaga itu.

Setahu saya seorang pramuniaga itu tugasnya adalah melayani pembeli, sopan, dan ramah. Namun, kenyataannya yang saya dapat hanyalah kekecewaan. Saya mengimbau kepada pihak Matahari Department Store yang bersangkutan, tolong jangan sampai kejadian ini terulang lagi. Karena dengan adanya kejadian ini, terus terang sangat mengganggu privacy saya untuk berbelanja, terutama di Matahari Department Store Blok M Plaza.


Bonus Habis di Carrefour

Pada 14 September 2003 sekitar pukul 10.00, saya dan istri berbelanja bulanan di Hipermarket Carrefour di Jalan MT Haryono, Cawang, Jakarta. Yang dibeli antara lain Fitti Diapers Jumbo Pack M-70's sebanyak 1 pak, dan setelah lengkap berbelanja, kami pulang dan sempat mengambil brosur belanja Carrefour yang disediakan dengan gratis. Setelah sampai di rumah, kami memeriksa kembali belanjaan dan membaca brosur itu yang tercantum, setiap pembelian Fitti Diapers Jumbo Pack M-70'A mendapatkan bonus 1 kimono baby, dan brosur tersebut berlaku sampai 21 September 2003.

Karena mempunyai bayi dan merasa itu adalah hak, maka sore harinya saya kembali ke Carrefour Cawang untuk menanyakan hal tersebut, tetapi oleh petugas di konter mengatakan bahwa persediaan kimono sudah habis dan memang tidak dibuat pengumuman/ pemberitahuan kepada konsumen atas keterangan yang ada pada brosur tersebut. Cara kerja seperti itu mengecewakan karena bukan nilai atau bentuk hadiahnya. Begitukah pelayanan Carrefour dan produsen Fitti Diapers kepada konsumen? Mohon perhatian pihak Carrefour dan produsen Fitti Diapers karena dari informasi petugas, saya yakin pasti banyak pelanggan yang kecewa.


Dituduh Mencuri di Makro

Pada tanggal 15 Juni 2002, pukul 15.00, saya pergi ke Makro Kelapa Gading, Jakarta Utara. Sewaktu mencari sesuatu barang, saya merasa diikuti oleh seorang pria yang bermuka seram, dan saya sangat takut. Dalam pikiran saya, orang ini mau berbuat jahat, lalu saya pindah ke blok berikutnya. Tiba-tiba lelaki tersebut berbicara dengan saya: "Buka baju (maksudnya bagian kantung celana). Barang apa itu, maaf" dengan perasaan kaget, langsung saya keluarkan dompet dan handphone dari kantung celana, dan saya merasa tersinggung. Karena telah menuduh, maka saya marah. Dan, rupanya ia seorang keamanan, kemudian minta maaf dan langsung mau pergi. Tetapi, saya menahan orang tersebut, karena merasa harga diri sebagai konsumen Makro sudah di injak-injak. Pihak keamanan Makro (Bapak "A Y") sudah menuduh saya seenaknya, tanpa menganalisa terlebih dahulu. 

Saya menjadi anggota Makro sejak Makro Kelapa Gading tersebut dibuka. Di Makro tidak diperbolehkan membawa tas, maka konsumen pasti akan membawa handphone dan dompet di kantung celana. Menurut saya, agar makro/keamanan tidak mereka-reka atau sembarang menuduh orang mencuri, lebih baik menggunakan fasilitas alat/scanner televisi agar lebih jelas dan akurat. Agar pihak Makro memakai pihak keamanan yang lebih profesional, bukan yang asal menuduh pembeli sebagai pencuri. Kasus ini sudah disampaikan kepada pihak Makro dan koordinator keamanan Makro Kelapa Gading saat itu juga.


Time Zone Matahari Semarang 

Saya bersama empat anak (anak dan keponakan, berusia antara enam-delapan tahun) pergi ke Time Zone Matahari lantai IV Simpang Lima, Semarang, (5/5) sekitar pukul 10.00 sampai 11.00. Mulanya saya memperhatikan keponakan perempuan didekati oleh seorang laki-laki berbatik lengan panjang dan berkopiah (usia sekitar 25 tahun, tinggi 158 cm), berwajah ramah, berusaha tampak akrab, yang semula saya pikir kenalan (sopir) keponakan. Kemudian laki-laki itu juga mendekati dua anak perempuan saya, yang sedang bermain pada mesin permainan yang agak jauh dari mesin permainan keponakan perempuan. Tampaknya yang didekati oleh laki-laki itu hanya anak-anak perempuan saya, karena satu orang keponakan laki-laki tidak didekati. 

Oleh karena anak-anak merasa terganggu, saya gandeng keempat anak, tetapi dengan terang-terangan laki-laki tersebut masih terus mendekati dan berusaha ngobrol terus dengan anak-anak. Ke mana kami melangkah, laki-laki tersebut selalu mengikuti. Kemudian kejadian ini saya laporkan ke pramuniaga wanita di counter penukaran tiket/hadiah Time Zone, dan pramuniaga tersebut juga telah melaporkan kejadian tersebut ke supervisornya. Setelah itu saya langsung pulang menuju tempat parkir di lantai dasar, anak-anak saya gandeng dan laki-laki tersebut terus berjalan bergabung, dan berusaha ngobrol terus dengan anak-anak. 

Saat sampai di lantai II, saya bentak dia, "Kalau Bapak masih mendekati anak-anak saya, saya laporkan ke satpam." Kemudian dia sudah tidak berani berjalan bersamaan, tapi tetap mengikuti. Sampai di lantai dasar, saya melihat wartel, dan banyak taruna akademi polisi sedang di dalam wartel. Akhirnya kami masuk ke wartel tersebut untuk berlindung. Semula dia masih menunggu kami beberapa saat di luar wartel dan kemudian tidak tampak lagi. 

Saya interogasi anak-anak, dan ternyata laki-laki tersebut selain tampak berusaha akrab dan berbuat baik ke anak-anak, dia juga mengelus pipi dan mengembuskan napas ke telinga anak-anak berkali-kali. Entah apa yang mendasari dia berbuat seperti itu, tampaknya harus dipikirkan modus operandi kejahatan yang mungkin bisa terjadi pada anak-anak, sekali pun orangtua sudah mendampingi anak-anak di dalam arena permainan tersebut.


Berbelanja di Gunung Agung

Saya dan adik berbelanja di Toko Buku Gunung Agung Cabang Citraland, Jakarta Barat (20/7). Saat sedang melihat di bagian novel, tiba-tiba saya ditegur oleh seorang petugas toko ("F") dengan mengatakan, "Maaf, tadi Ibu memasukkan apa ke dalam tas." Saya terkejut, dan langsung tas saya buka di hadapan petugas itu, dan ternyata di dalam tas memang tidak terdapat apa-apa. Petugas itu dengan gaya arogannya dan tidak sopan hanya mengatakan, "Oh, Ibu memasukkan HP." Padahal saya tidak membawa HP saat itu. 

Hal itu merugikan dan membuat malu di hadapan pengunjung lain, karena secara langsung petugas tersebut menuduh saya mencuri. Dari petugas tidak ada permintaan maaf, dan dari pihak manajemen toko pun tidak ada tindak lanjut. Apakah tidak ada cara lain dalam menegur konsumen yang dicurigai, dengan lebih halus dan sopan? Bagaimana cara manajemen Toko Buku Gunung Agung menyeleksi dan mendidik karyawannya.


Bunga Nol Persen Carrefour

Saya tertarik pada iklan lewat brosur Carrefour yang berlaku 19-30 Maret 2003 tentang membeli TV dengan bunga nol persen. Saya berniat membeli TV merek Philips (tipe 43PP8420) ukuran 43 inci digital sesuai yang tercantum di brosur Carrefour seharga Rp 15.239.000. Dengan cicilan tanpa bunga (nol persen) senilai Rp 1.269.971 dikalikan 12. Berhubung harga TV cukup tinggi, saya lebih hati-hati sebelum membeli. Saat akan bertransaksi di Carrefour ITC Cempaka Mas, Jakarta, kebetulan saya cross check harga TV dimaksud dengan harga di toko elektronik di Lantai 4 ITC Cempaka Mas.

Alangkah terkejut ketika mengetahui harga terakhir (lowest price) dari toko tersebut hanya Rp 13.000.000. Berarti, harga Carrefour yang mengklaim penjualan dengan bunga nol persen untuk cicilan 12 bulan ternyata lebih mahal Rp 2.239.000. Dengan kejadian itu dapat disimpulkan, ternyata kolaborasi/ kerja sama Carrefour dengan Sumber Kredit memang beraroma promosi barang murah, padahal sebenarnya Carrefour "menipu" masyarakat. Yang sebenarnya harga jual sudah di- mark up 10 persen, tetapi diiklankan oleh Carrefour beli TV dengan bunga nol persen. Jangan langsung percaya promosi yang kelihatan murah saat diiklankan, tetapi kenyataannya lebih mahal dibandingkan harga di pasaran.


Pengelola Pondok Indah Mall

Hari Minggu saya beserta keluarga berjalan-jalan ke Pondok Indah Mall. Betapa kecewanya saya terhadap pengelola mall yang terkenal ini.

1. Ketika masuk dan akan mengambil karcis Parkir, tertulis: mulai tanggal 2 Juni 2003 tarif parkir sebesar Rp. 1500/jam.

2. Karena masuk waktu sholat Maghrib, saya bermaksud sholat. Ternyata di Mall yang megah ini hanya disediakan ruangan Mushola yang bercampur dengan tempat wudlu, untuk pria dan wanita masing-masing seluas 4 x 2,5 m. Lokasinya pun di lantai dasar.

Dari kedua point di atas, mohon adanya perhatian dari pengelola dan juga Gubernur Jakarta (khususnya masalah tarif parkir, yang menurut aturan tarif parkir Rp.1000). Pengelola telah melanggar aturan Pemda. Sedangkan untuk tempat ibadah, buatkanlah tempat ibadah yang layak dan sesuai dengan "megahnya" mall tersebut. Halaman parkir masih luas. Jangan hanya mencari keuntungan di negara yang mayoritas penduduknya muslim.


Sentra Mebel Bintaro

Untuk kedua kalinya saya dikecewakan Sentra Mebel Bintaro. Tanggal 11 Mei 2003, saya membeli tempat tidur merek Hollywood (CB 85718) dan matras Superland tipe favorit ukuran 180 x 200 Bahari, dengan dibantu SPG (Sukma). Sesuai perjanjian, kedua barang itu akan diantar empat hari kemudian karena harus dipesan di pabrik. Dan, empat hari kemudian yang kebetulan jatuh hari libur (Sabtu/Minggu), ternyata barang tidak bisa diantar dengan alasan pabrik libur. Kabar ini saya ketahui setelah berinisiatif telepon ke Sentra Mebel pagi harinya. Akhirnya dengan beberapa kali pembicaraan di telepon yang melelahkan dan membuat marah, ternyata pokok permasalahannya adalah pabrik pembuat tempat tidur ada di Riau dan butuh waktu satu bulan untuk pembuatan tempat tidur sesuai tipe yang dipesan.

Informasi tentang jauhnya pabrik dan lamanya waktu pembuatan, yang baru saya tahu belakangan, jelas membuat kecewa dan merasa tertipu karena tidak sesuai dengan informasi awal yang diberikan SPG saat memesan tempat tidur. Karena uang muka tidak dapat dikembalikan, solusi yang ditawarkan manajer toko adalah mendapatkan tempat tidur dengan tipe yang lebih bagus, tetapi dengan harga sesuai perjanjian awal. Itu pun dengan syarat tambahan, bila tempat tidur pesanan sudah jadi akan ditukar kembali. Solusi ini saya terima karena manajer toko ngotot dengan dalih ingin memberi servis sebaik-baiknya dan tidak ingin mengecewakan pelanggan. Tetapi, sebagai pelanggan saya sudah kecewa.

Kekecewaan kedua, saat pembelian lemari pakaian merek Graver (tipe BI1105) tanggal 19 Juli 2003. SPG mengatakan, untuk lemari pakaian harus dipesan lebih dulu di pabrik dan akan dikirim tiga hari kemudian. Ternyata pada hari yang dijanjikan saya dikirimi lemari yang sudah agak kotor dan pintunya miring sebelah. Menurut pengantar barang, itu adalah lemari yang sudah lama dipajang di toko. Lebih parah lagi dikirim pada pukul 21.30, saat semua orang di rumah sudah tertidur. Karena tidak sesuai janji maka saat itu saya meminta kepada pengantar barang untuk mengembalikan lemari ke toko. Berbeda dengan kasus pertama yang langsung dicari solusinya. Dalam kasus kedua, sepertinya SPG maupun manajer toko lepas tangan dan langsung menawarkan mengembalikan uang muka ke rumah.


Pengalaman Buruk di Es Teller 77

Hari Minggu, 28 Juli sekitar pukul 14.00 WIB, saya dan teman ke Es Teller 77 Arion Plaza, Jakarta Timur. Makanan yang dipesan terdiri dari bakso kuah, mi pangsit, es kelapa, dan teh botol. Ketika es kelapa saya tinggal setengah gelas, dan pangsit goreng teman tersisa sebuah, datang seorang pelayan ke meja. Dia mengambil nampan alas makanan, dan ketika ditanya, apakah menyuruh pergi padahal makanan belum habis, pelayan itu dengan ketus menjawab, terserah. 

Begitukah pelayanan restoran sekelas Es Teller 77 yang sudah membuka cabang di mana-mana? Itu cara mengusir tamu dengan halus, tapi tidak sopan.


 

Sumber Kliping: Kompas - Media Indonesia - Suara Pembaruan - Republika - Suara Karya - TEMPO interaktif - Gatra - Kompas Cyber Media - Bisnis Indonesia

Bahan Kliping: Forum Pemerhati Masalah Konsumen

 

 

1
Hosted by www.Geocities.ws