Pesan Dari Konsumen

Asuransi

Bank

Telepon & Ponsel

Perjalanan

Mobil & Motor

Toko & Restoran

Properti & Hotel

Jasa Pengiriman

Penerbangan

Elektronik

Listrik & Air

Kesehatan

Ragam Pesan

 

SITUS MITRA

Daftar Alamat

Punya Masalah?

Logo Bisnis

Biografi Anda

Pustaka eBook

Kliping Media

Mailing List

Kliping Surat Pembaca Dari Berbagai Media Massa

 

 

Bank (2)

1| 2| 3| 4| 5| 6| 7| 8| 9| 10| 11| 12| 13| 14

 

Kartu Citibank Berbahaya

Saya, nasabah kartu kredit Citibank (No 45xx xxxx xxxx xxxx), sangat kecewa atas pelayanan yang diberikan Citibank. Pada 24 Juni 2004, ada transaksi penarikan tunai sebesar Rp 200.000 dari ATM Bank BCA dan pada 7 Juli 2004 kembali ada penarikan uang tunai Rp 200.000 dari ATM yang sama.

Saya tak pernah melakukan penarikan uang tunai pada tanggal-tanggal tersebut. Saya sudah konfirmasi dengan Customer Service Citibank (Judith dan Nabila) yang meminta saya mengisi formulir surat pernyataan penolakan pemegang kartu. Setelah diisi, di-fax ke Citibank pada 4 Agustus 2004, tetapi sampai saat ini tidak ada konfirmasi tindak lanjut dari pihak Citibank.

Kejadian kembali terjadi pada tagihan bulan Agustus 2004, ada transaksi penarikan Rp 100.000 dari ATM BCA. Saya merasa kecewa dan marah, kenapa masalah yang sama sebelumnya tidak ditanggapi dan diproses. Lalu saya menelepon kembali ke customer service (Nico) dan hanya dijanjikan masalah saya akan diselesaikan. Hal ini seperti sewaktu saya menelepon bulan sebelumnya.

Mohon Citibank dapat menyelesaikan masalah. Saya adalah nasabah yang tidak pernah terlambat untuk membayar tagihan setiap bulan. Namun, jika saya ada masalah, Citibank tak berusaha untuk menyelesaikan. Ternyata kartu kredit Citibank berbahaya dan mengecewakan.


Janji Palsu HSBC

Saya sebagai pemegang kartu Visa No. 4544.9300.2463.5172 merasa tertipu dengan janji/promosi dari HSBC, dimana pada bulan Sep'2002 diberikan penawaran untuk kartu tambahan dengan janji apabila disetujui akan mendapat hadiah berupa tas. Dan aplikasi saya disetujui tgl 1 Oktober 2002 tetapi s/d sekarang (sudah hampir 5 bulan) hal tsb tidak terrealisir.

Saya sudah menghubungi HSBC sebanyak lima kali, dua diantaranya adalah supervisor (sdr Yudy dan Sdri Heti). Untuk sdri Heti, keluhan saya ditanggapi dengan tidak simpatik, dengan lagak seorang boss, dan yang bersangkutan mengatakan "kok bapak telp-telp kesini sih kan bisa dilayani oleh CS" .....Aduh saya nyesek dikatain begitu ...lha wong bagian CS-nya enggak bisa menyelesaikan kok terus dioper ke supervisor tapi ditanggapi begini. Saya sebagai nasabah credit card bank asing yg lain tidak pernah diperlakukan begini ...ironis memang.

Semoga kebebalan oknum HSBC atau managemen HSBC ini dapat diperbaiki sehingga citra bank bonafit dapat terbukti (Sungguh memalukan jika nama Bank Asing disandang tetapi hanya omong kosong).


Kartu Belum Tagihan Datang

Sayang sekali Niaga Visa Gold sudah kampanye cukup kuat, tetapi tidak didukung oleh pelayanan. Saya awalnya memang belum tertarik menambah kartu kredit dari bank lain karena sudah cukup puas dengan kartu kredit dari bank di luar Niaga. Tetapi salesman yang cukup bagus dari Bank Niaga membuat saya mau tambah kartu kredit lagi (Niaga Visa Gold). Namun, kartu belum diterima (mungkin terselip), tagihan sudah datang (tagihan nol).

Saya sudah melaporkan masalah itu lewat telepon (14041) yang disediakan Bank Niaga, tapi sudah berminggu-minggu dan berganti-ganti petugas operator (mulai dari Surin, Lina, Tika, terakhir Wita) jawaban tetap: "...dari card center belum ada beritanya". Saya kecewa lalu membatalkan menjadi pemegang Niaga Visa Gold. Kasihan sales yang sudah kerja keras mendapat nasabah, tetapi menjadi gagal karena kecewa terhadap pelayanan yang lamban. Gatot Priady Kel Makasar RT 011 RW 001, Jakarta TimurKartu Belum Tagihan Datang

Sayang sekali Niaga Visa Gold sudah kampanye cukup kuat, tetapi tidak didukung oleh pelayanan. Saya awalnya memang belum tertarik menambah kartu kredit dari bank lain karena sudah cukup puas dengan kartu kredit dari bank di luar Niaga. Tetapi salesman yang cukup bagus dari Bank Niaga membuat saya mau tambah kartu kredit lagi (Niaga Visa Gold). Namun, kartu belum diterima (mungkin terselip), tagihan sudah datang (tagihan nol).

Saya sudah melaporkan masalah itu lewat telepon (14041) yang disediakan Bank Niaga, tapi sudah berminggu-minggu dan berganti-ganti petugas operator (mulai dari Surin, Lina, Tika, terakhir Wita) jawaban tetap: "...dari card center belum ada beritanya". Saya kecewa lalu membatalkan menjadi pemegang Niaga Visa Gold. Kasihan sales yang sudah kerja keras mendapat nasabah, tetapi menjadi gagal karena kecewa terhadap pelayanan yang lamban.


Mencairkan Dana di BCA

Membuka tabungan sangat mudah, namun untuk mencairkan dana sangat sulit. Pada tanggal 1 Agustus 2001 kami (Dahmir Dahlan dan Yusuf Amir Ahmad) membuka tabungan Tahapan BCA di KCU Depok (No 8690174040) sebagai Ketua dan Bendahara Panitia Pembangunan Masjid Raya ISTN. Namun pada bulan Ramadhan bertepatan dengan bulan Desember 2001, bendahara panitia (Yusuf Amir Ahmad) meninggal dunia. Pada tanggal 4 Oktober 2004, saya bersama istri almarhum mendatangi BCA KCU Depok bermaksud mencairkan uang dari tabungan dimaksud yang akan digunakan merapikan Masjid Raya ISTN dalam rangka menyambut datangnya bulan Ramadhan.

Namun pencairan dana (Rp 11.000.000) ditolak oleh petugas walaupun sudah menunjukkan fatwa waris yang ditandatangani camat, dengan alasan fatwa waris harus disahkan oleh Pengadilan Agama. Dengan kejadian ini kami merasa tertipu, paling tidak terperangkap karena klausul tentang pencarian dimaksud baru diberitahukan saat pencairan dan bukan saat pembukaan rekening.


Cek Perjalanan BRI

Saya berniat mencairkan CEPEBRI (Cek Perjalanan Bank Rakyat Indonesia) dengan nomor CPF 719107 di BRI KCP Kelapa Gading Boulevard (30/7). Pada awalnya petugas teller menerima dengan baik CEPEBRI tersebut sambil meminta identitas diri saya (KTP). Namun, setelah mengadakan pengecekan ke sistem on line, CEPEBRI itu ditolak dengan alasan cabang yang mengeluarkan belum melakukan up date nomor CEPEBRI dimaksud ke sistem on line BRI.

Oleh manajer bank itu saya diminta mencairkannya di BRI Cabang Tanah Abang (yang mengeluarkan), dan ini cukup jauh dari tempat saya bekerja. Hal ini sangat mengecewakan saya sebagai pelanggan BRI karena beberapa minggu sebelumnya saya pernah mencairkan CEPEBRI dengan jumlah nominal dan berasal dari cabang yang sama ke BRI Cut Meuthia tanpa ada masalah.

CEPEBRI tersebut setelah saya lihat tanggal pembeliannya (cetak print komputer di halaman belakangnya) tertera tanggal 19 Juli 2002. Bukankah ini suatu alasan yang aneh dan tidak masuk akal jika selama dua tahun data cek tersebut tidak di-up date ke komputer. Selain itu, karena namanya cek perjalanan, sesuai dengan janjinya, semestinya bisa dicairkan di BRI mana saja di seluruh Indonesia tanpa ada masalah. Kalau memang ada masalah internal di BRI, jangan pelanggan yang dipersulit, dan selesaikan urusan internal. Sebagai bank yang baru saja go public, bentuk pelayanan terhadap pelanggan seperti ini sangat mengecewakan dan dapat mengurangi kepercayaan publik terhadap bank tersebut. 


Pengalaman Buruk ATM BCA

Saya menjadi nasabah Bank Central Asia (BCA) sekitar 20 tahun, di BCA Cabang Pecenongan, Jakarta Pusat. Tanggal 14 Juli 2004 sekitar pukul 14:10 WIB, saya mentransfer uang Rp 300.000 ke rekening 34223357031, setelah itu ingin membayar rekening PLN (No pelanggan 54110-1371-322), tetapi setelah memasukkan nomor pelanggan, di layar tertulis "tidak dapat diproses, kartu tarik kembali." Saya mencoba sekali lagi dengan hasil sama, dan setelah itu saya tarik kartu (6019.0010.2956.0178) dan langsung print buku Tahapan kepada petugas (Ibu Olivia). Ternyata di buku tercetak, selain mentransfer uang sebesar Rp 300.000 saya juga mengambil uang Rp 1.250.000. Lalu saya tanyakan kepada Ibu Olivia yang kemudian menyarankan, saya menulis surat keluhan dan berjanji akan diberi kabar dalam waktu dua minggu.

Tanggal 4 Agustus 2004, saya menerima surat No 1866/BHB/VIII/2004 dari BCA yang menyatakan, bahwa telah mengambil uang Rp 1.250.000 pada saat hal itu terjadi. Saya tidak puas dengan hal ini, lalu diusulkan oleh Ibu Olivia untuk menelepon Halo BCA (52999888), yang pada hari itu diterima Bpk Rafi dan mengatakan, bahwa laporan saya nomor 1380168 sudah diterima dan akan diselidiki lagi, dan dijanjikan dikabari dalam waktu tujuh hari. Saya juga diterima oleh Bpk Yuki, Ibu Intan, Ibu Christine, Bpk Albert, dan Ibu Nimo. Janji tinggal janji, sampai 20 Agustus 2004 saya tidak menerima telepon dari mereka.

Saya tidak mengerti, BCA dengan sistem komputernya yang canggih sungguh mengecewakan dalam hal pelayanan. Padahal sekarang sudah diberlakukan kenaikan biaya bulanan, bukannya bertambah baik pelayanannya malah merugikan.


BNI Pembayaran Telepon

Pengalaman ini bukan cuma kali ini tapi sudah berulang, termasuk pada saat kami klaim ke Telkom, ada empat kasus yang sama yaitu belum ditransfernya pembayaran dari pihak BNI ke Telkom.

Pertama, bulan lalu kami bayar untuk nomor telepon 021-889631xx, telepon diblokir karena pembayaran mengendap di BNI Roa Malaka sekitar 2 minggu. Kedua, kami membayar untuk nomor telepon 021-69298xx, 69271xx, 69123xx, 69115xx, 69190xx. Herannya kami melakukan pembayaran untuk lima nomor tersebut pada hari yang sama, namun BNI Roa Malaka hanya mentransfer ke Telkom satu nomor yang jumlah pembayarannya paling kecil. Sehingga empat nomor lagi sampai sekarang masih diblokir.

Pertanyaannya adalah, pertama, berapa lama transfer di BNI dilakukan setelah konsumen melakukan pembayaran? Kedua, mengacu pada pengalaman pertama, yaitu aturan di Telkom bahwa blokir akan dibuka paling cepat dua jam dan maksimum 24 jam setelah transfer diterima, apakah hal tersebut bisa direalisasikan secara otomatis tanpa kami harus bolak-balik ke Telkom? Ketiga, atas kasus tersebut, dapatkah konsumen menuntut kerugian?

Terima kasih semoga pengalaman ini jadi masukan untuk instansi tersebut di atas. Karena dari Telkom menyalahkan pihak bank dan pihak bank menyalahkan pihak Telkom, tapi tetap konsumenlah yang menanggung kerugian.


ATM LIPPO Hati-hati

Nomor rekening saya 53810297129. Pada 28 Juni 2004 saya hendak mengambil uang melalui ATM Lippo di Arion, Rawamangun, Jakarta Timur, sebanyak Rp 1.000.000. ATM tidak berjalan normal, uangnya tidak keluar. Sehingga saya coba pindah ke ATM Lippo yang satunya lagi sebanyak Rp 1.000.000. Transaksi berjalan normal, tetapi betapa kagetnya ternyata saldo telah berkurang sebanyak Rp 2.000.000. Yang berarti transaksi pertama telah terdebet walaupun uangnya tidak keluar. Kemudian saat itu juga saya mengajukan klaim melalui cabang Arion Ramawangun. Petugas Lippo menjanjikan prosesnya selama 10 hari. Setelah 10 hari saya menunggu, melalui Costumer Response Centre Lippo, klaim saya ditolak dengan alasan semua transaksi berjalan normal. Sungguh saya sangat dirugikan karena nyata-nyata pada transaksi pertama ATM tidak berjalan normal dan ini pun dibenarkan oleh petugas di Arion bahwa ATM tersebut sering mengalami kerusakan. Demikian mohon pihak Lippo Bank lebih profesional.


Mandiri Visa, Sulit Mengundurkan Diri

Suami saya pemegang Mandiri Visa atas nama Haznan Abimanyu, account number 4137180301xxxxxx. Karena beliau sedang di luar negeri untuk waktu agak lama, sebagai istri saya telah melunasi semua kewajiban pembayaran atas kartu lama yang berakhir Agustus 2003. Pada bulan itu juga datang kartu baru, dan saya langsung mengembalikan kartu baru tersebut, berikut pernyataan mengundurkan diri mewakili suami saya melalui kilat khusus ke alamat surat yang tercantum pada lembar penagihan yaitu, Bank Mandiri Consumer Cards Groups, Plaza Bapindo Mandiri Tower Lantai 11, Jl Jenderal Sudirman Kav. 54-55, Jakarta 12190.

Tapi sampai bulan ini setiap bulan saya masih menerima lembar penagihan, sehingga setiap bulan saya harus mengirim surat sanggahan ke alamat di atas dengan kilat khusus terhitung sudah 4 kali. Ketika saya konfirmasi lewat telepon pada 29 Februari 2004, petugas di sana meminta saya mengirim surat pengunduran diri melalui fax. Sehingga kartu suami saya baru ditutup pada 1 Maret 2004. Akibatnya suami saya diwajibkan membayar semua iuran keanggotaan sampai bulan Februari 2004 berikut biaya keterlambatan pembayaran atas kartu yang sudah saya kembalikan sejak Agustus 2003. Dengan alasan Mandiri Visa belum pernah menerima surat pengunduran diri yang saya kirimkan ke alamat di atas.

Ini merupakan suatu keanehan jika ada surat sampai 4 kali dikirimkan dengan alamat yang jelas melalui kilat khusus tidak sampai di alamat. Bahkan saya sebagai konsumen dipersalahkan karena baru mengecek melalui telepon pada 29 Februari 2004. Dan diharuskan membayar semua tagihan yang jatuh sebelum 1 Maret 2004.

Saya merasa dirugikan oleh pelayanan yang tidak profesional ini. Untuk apa Mandiri Visa mencantumkan alamat surat di atas jika tidak difungsikan dengan semestinya. Padahal untuk credit card milik suami yang dikeluarkan oleh bank lain dengan 1 kali berkirim surat sudah langsung ditutup, bahkan bank tersebut dengan proaktif menelepon saya untuk mengecek keberadaan suami saya.

Semoga dengan dimuatnya surat ini Mandiri Visa dapat lebih mengoptimalkan pelayanannya.


ABN Amro Hanya Janji

Pada tanggal 15 April, saya dan isteri datang ke ABN Amro Cabang Puri Indah, Jakarta Barat untuk mengambil kertu ATM isteri (Ervi Yanti) yang "tertelan" mesin ATM. Setelah mengambil kartu, saya minta untuk penggantian kartu dan PIN baru. Namun karyawan ABN Amro menyarankan untuk telepon ke phone banking. Saya telepon "phone banking" ABN Amro dan disarankan ke ABN Amro Cabang Puri, karena penggantian kartu dan PIN dilakukan oleh Cabang ABN bukan lewat phone banking Akhirnya saya kembali ke ABN Amro Cabang Puri Indah (10/5) dengan hati kesal karena harus ijin tidak masuk kerja lagi. Di ABN Cabang Puri Indah bertemu dengan Ibu Jessy (CS ABN), dan menyerahkan formulir penggantian kartu dan PIN dengan membayar administrasi Rp 25.000.

Petugas CS ABN itu mengatakan, agar meenunggu dan kartu akan dikirim paling lambat 10 hari. Namun 10 hari kemudian kartu tersebut belum juga dikirim, dan saya menghubungi Ibu Jessy yang menyarankan untuk telepon ke phone "banking ABN. Kemudian saya telepon ke phone banking ABN namun jawabannya, bahwa saya belum bayar administrasi Rp 25.000. Akhirnya saya hubungi Ibu Jessy kembali, namun jawabannya nanti dikonfirmasi. Setelah ditunggu-tunggu ABN tidak pernah konfirmasi saya. Tanggal 17 Juli, saya telepon ke ABN dengan Ibu Jessy yang jawabannya masih sama nanti dikonfirmasi. Karena kecewa akhirnya saya minta untuk bicara dengan manajernya, tapi jawabnya masih sama. Sebenarnya status kartu isteri saya di mana, dan ABN hanya memberi janji saja bukan memberikan bukti.


 

Sumber Kliping: Kompas - Media Indonesia - Suara Pembaruan - Republika - Suara Karya - TEMPO interaktif - Gatra - Kompas Cyber Media - Bisnis Indonesia

Bahan Kliping: Forum Pemerhati Masalah Konsumen

 

 

1
Hosted by www.Geocities.ws