Pesan Dari Konsumen

Asuransi

Bank

Telepon & Ponsel

Perjalanan

Mobil & Motor

Toko & Restoran

Properti & Hotel

Jasa Pengiriman

Penerbangan

Elektronik

Listrik & Air

Kesehatan

Ragam Pesan

 

SITUS MITRA

Daftar Alamat

Punya Masalah?

Logo Bisnis

Biografi Anda

Pustaka eBook

Kliping Media

Mailing List

Kliping Surat Pembaca Dari Berbagai Media Massa

 

 

Telepon & Ponsel (8)

1| 2| 3| 4| 5| 6| 7| 8| 9| 10| 11

 

Sambungan Langsung Internasional

Saya pelanggan Telkom (No 72588xx) dengan Sambungan Langsung Internasional (SLI). Dalam dua bulan terakhir, saya mendapat tagihan Telkom atas penggunaan jasa telepon yang tidak pernah saya lakukan, yaitu SLI ke Amerika Serikat. Pada bulan pertama setelah melihat print-out dari Telkom, saya langsung nyatakan, tidak pernah menggunakan jasa SLI ke AS, karena tidak ada keluarga atau hubungan bisnis. Jawaban dan penjelasan Telkom tidak memuaskan.

Bulan berikutnya, hal yang sama terjadi lagi. Pada tagihan Januari 2003, dari print-out selama periode 28 November-28 Desember 2002, telepon saya digunakan SLI ke AS sebanyak 17 kali, sehingga saya ditagih Rp 1.848.567. Pertanyaan kepada Telkom, dalam era teknologi komunikasi yang kian canggih sekarang ini, apa Telkom tidak mungkin mendeteksi, agar tidak terjadi penyalahgunaan semacam itu. Apa upaya Telkom untuk melindungi pelanggan dari ulah penelepon bergaya preman semacam itu.


Pelayanan Buruk Sony Ericsson

Saya merasa dipermainkan oleh Sony Ericsson dalam pelayanannya kepada konsumen. Tanggal 14 April 2003, saya membeli HP merek Sony Ericsson T100 kondisi baru dan bergaransi (No Imei 350464-373617-6) seharga Rp 900.000 di Istana Phone Matahari, Simpanglima, Semarang. Tanggal 27 Mei, pesawat tiba-tiba mati tidak bisa dipakai. Tanggal 28 Mei, saya ke bagian pelayanan Sony Ericsson, di toko SELL Phone Mal Ciputra, Semarang. Dijanjikan dalam waktu dua hingga tiga hari untuk mengambil kembali pesawat yang akan diperbaiki. Waktu yang dijanjikan, Sabtu (31/5), ternyata jawaban petugas mengecewakan, yaitu tidak bisa diperbaiki di Semarang dan harus dikirim ke pusat (Surabaya) dengan biaya pengiriman Rp 15.000 dibebankan kepada konsumen.

Biaya kirim saya bayar saat itu juga, dan ketika ditanya kerusakannya dijelaskan akibat terlalu lama charge baterai. Tanggal 28 Juni, saya menelepon untuk menanyakan sudah bisa diambil, tetapi dijawab belum ada kiriman dari Surabaya, dan dijanjikan tanggal 1 Juli, karena pengiriman baru akan sampai di Semarang pada tanggal tersebut. Tetapi, pada tanggal yang dijanjikan saya dibohongi dengan jawaban serupa, dan dijanjikan tanggal 7 Juli 2003. Terakhir saya menelepon tanggal 7 dan 8 Juli 2003, tetapi jawaban selalu sama, yaitu belum ada kiriman dari Surabaya. Seharusnya sudah bisa memprediksi berapa lama barang yang diperbaiki bisa diambil. Mohon kebijaksanaan dan tanggung jawab Sony Ericsson.


Dirugikan Matrix Satelindo

Saya adalah pelanggan Matrix-Satelindo yang dirugikan manajemen Matrix yang tidak profesional. Menurut informasi tarif pada menu komputer dengan akses 222 (menu sudah hilang sejak Mei 2004), tarif telepon termahal ke zona 3 setiap hari antara pukul 22.00-08.00 dan pada hari Minggu serta hari libur adalah � Rp 1.200 per menit. Berdasarkan informasi ini, saya melakukan banyak panggilan ke luar kota. Tetapi, betapa kaget ketika saya menerima tagihan yang membengkak (tarif mencapai Rp 3.000 per menit).

Saya sudah melakukan komplain tertulis ke Layanan Purnajual Bintaro tempat saya mengajukan aplikasi. Setelah dipingpong berhari-hari, saya diberi daftar harga yang katanya berlaku sekarang dan jauh lebih mahal dari harga pada menu komputer. Karyawan di tempat itu mengaku tidak tahu-menahu tentang menu tarif 222.

Bagaimana Satelindo bisa mendidik karyawan sehingga tidak tahu menu akses 222? Apakah ini cara Satelindo menangguk keuntungan dengan memberi informasi yang merugikan pelanggan? Mohon penjelasannya.


Kartu Hoki Membingungkan

Saya membeli kartu perdana HOKI dari Telkomsel (0813 1549 2124). Tertera di sampul bagian belakang: "Masa berlaku kartu s/d 31 Agustus 2004." Tetapi sewaktu diaktifkan pada tanggal 12 Juli 2004 ternyata masa berlaku kartu tersebut habis tanggal 30 Juni 2004. Setelah saya konfirmasi ke customer service, ternyata memang kartu tersebut telah habis masa berlakunya.

Saya merasa tertipu karena masa berlaku tidak sesuai dengan yang tertulis di sampul. Pembeli hanya melihat masa berlaku yang tertera, tetapi Telkomsel ternyata punya pengertian sendiri, bukan pengertian umum yang tidak akan pernah dimengerti oleh pembeli. Saya merasa dipermainkan oleh Telkomsel.


Pasang Telepon Dikoordinasi

Slogan PT Telkom Committed 2 U ternyata hanya isapan jempol. Saat mengurus pemasangan baru di Perumahan Permata Biru, Cileunyi, Bandung, saya merasa dipersulit. Ketika menghubungi nomor telepon 147 (Bandung), operator mengarahkan untuk menghubungi kantor Pelayanan Telepon (Yantel) Ujung Berung. Saya kecewa saat menghubungi kantor Yantel, yang ternyata tidak menerima pendaftaran secara langsung, karena di perumahan tempat saya tinggal sudah ada orang yang mengkoordinasi.

Saya pun terpaksa menghubungi orang dimaksud. Kekecewaan saya dapatkan saat orang dimaksud menetapkan harga jauh di atas harga resmi (Rp 1.050.000).

Bahkan untuk mencapai kediaman saya di Blok AF-23, tarif bisa mencapai Rp 1.500.000. Tebersit pertanyaan, mengapa PT Telkom dengan mudah "lepas tangan" memercayakan proses pendaftaran calon pelanggan kepada seseorang? Yang terjadi, harga dapat dipermainkan dengan berbagai alasan. Bukankah ini sama dengan praktik percaloan? Atau justru ada "permainan" dengan orang dalam?


SMS Satelindo Matrix

Saya pelanggan setia Satelindo, namun sampai sekarang masih sering dibuat kesal oleh Satelindo (Matrix). Mulai dari pengiriman SMS yang terlambat sampai (malam hari kirim, sampai besok pagi sekitar pukul 08.00). Apakah mengirim SMS dengan Satelindo harus dua sampai empat kali baru bisa masuk, belum lagi SMS yang saya kirim ternyata not sent dan dari report tertulis "Service unavailable. Cannot deliver Smid 64600668 (sender: operator)." Mohon perhatian operator Satelindo jangan hanya iklan yang dibesar-besarkan di media massa, dengan adanya program "The Freedom to be you", tetapi jika tidak segera memperbaiki pelayanan kepada konsumen, maka saya akan berpikir untuk menggunakan Satelindo.


Pengalaman dengan Telkom Flexi

Pada 1 September 2003 pukul 11.00 saya membayar rekening telepon flexi no 02170727194 di Bank Mandiri GCC Telkom tapi pukul 14.00 telepon saya diisolir 'out going', sore hari saya lapor CCC 147 dikatakan, paling lama 1x24 jam isolir akan dibuka besok pagi atau siang sudah bisa digunakan lagi.

Tapi keesokan harinya masih dalam kodisi isolir, dan saya lapor lagi ke CCC 147, jawabannya masih sama dalam 1x24 jam isolirnya akan dibuka tunggu saja besok sudah bisa digunakan. 3 September saya masih lapor lagi jawabannyapun masih sama, tanggal 4 saya lapor lagi tapi jawabannya masih sama juga dan sampai saat surat ini ditulis tanggal 6 Semptember pukul 23.30, flexi saya masih jadi pendengar yang setia.

Pertanyannya apakah telkom flexi di bawah komando Pak Alex Sinaga masih mencari SDM yang profesional dan ahli membuka isolir atau harus merekrut EXPAT dari luar negri yang spesialis untuk membuka isolir dengan cepat. Karena SDM yang ada sekarang tidak dapat membuka isolir dalam 1x24 jam, jadi sepertinya moto telkom yaitu 'COMMITTED 2 U' rasanya belum pantas untuk di gunakan.


Sony Ericsson dan Mentari

Saya mengalami masalah, HP Sony Ericsson T310 dalam kondisi baru tidak dapat digunakan dengan kartu prabayar Mentari yang juga baru. Pesawat telepon genggam itu akan loading terus atau hilang service center-nya dari Mentari sehingga tidak dapat untuk komunikasi (telepon dan SMS). Saya mencoba menyelesaikan masalah itu dengan datang ke Service Center Sony Ericsson di ITC Roxy Mas, Jakarta, Senin (19/5), ternyata hasilnya tidak memuaskan, yaitu belum ada jawaban yang pasti apakah Kartu Mentari bisa digunakan dalam HP T310. Telah dicoba di-upgrade, hasil tetap belum bisa digunakan.

Diberi solusi untuk menurunkan memori kartu Mentari. Saya langsung ke kantor Satelindo di Roxy saat itu juga. Oleh petugas customer service diberi jawaban bahwa aktivasi perlu waktu 1-3 hari dan hasilnya tetap belum pasti. Saya tidak melakukan hal ini. Seharusnya antara pihak Sony Ericsson dan Satelindo (Mentari) menyelesaikan dahulu secara bersama bagaimana solusinya. Apabila memang tidak ada solusinya maka dalam iklan-iklan yang dibuat diberi keterangan yang jelas. Iklan Sony Ericsson diberi keterangan HP T310 tidak bisa memakai kartu Mentari dan Iklan Mentari diberi keterangan kartu Mentari tidak bisa digunakan dengan HP T310 sehingga memberikan informasi yang benar kepada masyarakat.


SMS Valentine Telkomsel

Tanggal 12 Februari 2003, kami tertarik iklan di Kompas tentang Kartu ucapan Valentine via SMS. Lalu kami mengirim SMS, sesuai petunjuk yang ada pada iklan itu. Namun, saat dicek ke alamat yang dituju, ternyata sampai 16 Februari, kartu ucapan yang sudah dijanjikan itu belum diterima. Kami lalu menyampaikan pengaduan ke 116, dan petugas penerima, akan melaporkan pengaduan ke kantor pusat. Namun, ternyata sampai minggu kedua Maret 2003, kartu valentine itu belum juga diterima. Kami lalu komplain lagi ke 116, diterima Lia, dan jawaban pun sama, yaitu nanti akan dicek tentang pengaduan yang disampaikan.

Apa pun alasannya sebagai konsumen dan pemakai kartu Simpati, saya amat kecewa dengan kejadian ini dan merasa dirugikan. Karena tawaran iklan itu, kami kehilangan sekian rupiah. Apa artinya jika kartu itu baru kemudian dikirimkan, setelah hampir satu bulan. Kalau memang ada kesalahan atau keterlambatan, mestinya Telkomsel bisa mengabarkan kepada kami. Namun, hampir satu bulan tidak ada. Apakah karena ini dianggap masalah kecil (karena kami rugi sekian ribu rupiah saja) sehingga tidak perlu ditanggapi? Bagaimanapun Simpati telah melakukan pelanggaran seperti diatur dalam UU No 8 Tahun 1999, tentang Perlindungan Konsumen. Karena itu, kami minta pertanggungjawaban manajemen Telkomsel (Kartu Simpati).


Tertipu Tarif TelkomSave

Pada buku putih Petunjuk Telepon tahun 2003 tertera beberapa tarif untuk komunikasi SLI (sambungan langsung internasional) dengan menggunakan TelkomSave dan Telkom Global 017. Saya telah mengonfirmasikan perihal fasilitas ini kepada staf PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom Indonesia) melalui nomor telepon 147.

Karena tertarik pada TelkomSave berkode akses 17017, yang memberikan tarif paling murah, pada 20 Agustus 2003 saya membeli satu kartu TelkomSave di salah satu toko handphone (HP) dengan nilai nominal Rp 100.000. Pada hari itu juga saya langsung menggunakan kartu telepon tersebut untuk telepon ke pesawat HP di Inggris.

Menurut tabel yang tertera pada buku putih Petunjuk Telepon tahun 2003, tarif untuk percakapan SLI tersebut adalah Rp 3.000 per menit. Namun, tarif yang dikenakan oleh PT Setia Media Telesindo selaku penerbit kartu TelkomSave ternyata lebih mahal, yakni sebesar Rp 4.466 per menit (sesuai dengan perincian pemakaian yang mereka berikan). Waspada sebelum membeli kartu telepon TelkomSave agar tidak tertipu dengan iklan yang menyesatkan. Pihak Telkom pun harus menjelaskan hal ini kepada masyarakat.


 

Sumber Kliping: Kompas - Media Indonesia - Suara Pembaruan - Republika - Suara Karya - TEMPO interaktif - Gatra - Kompas Cyber Media - Bisnis Indonesia

Bahan Kliping: Forum Pemerhati Masalah Konsumen

 

 

1
Hosted by www.Geocities.ws