Pesan Dari Konsumen

Asuransi

Bank

Telepon & Ponsel

Perjalanan

Mobil & Motor

Toko & Restoran

Properti & Hotel

Jasa Pengiriman

Penerbangan

Elektronik

Listrik & Air

Kesehatan

Ragam Pesan

 

SITUS MITRA

Daftar Alamat

Punya Masalah?

Logo Bisnis

Biografi Anda

Pustaka eBook

Kliping Media

Mailing List

Kliping Surat Pembaca Dari Berbagai Media Massa

 

 

Telepon & Ponsel (4)

1| 2| 3| 4| 5| 6| 7| 8| 9| 10| 11

 

Purnajual HP Motorola

Tanggal 7 Maret 2004, saya membeli hand phone (HP) Motorola (tipe E365 nomor IMEI 351876-00-085059) di Roxy, Jakarta Pusat, dengan garansi resmi dari Motorola. Seminggu kemudian masalah mulai timbul, SMS sering macet dan di inbox muncul pesan dengan bahasa Mandarin sehingga hang dan kemudian HP langsung restart (PIN langsung terisi otomatis). Hal ini terjadi apabila ada SMS yang dihapus.

Tanggal 27 Maret, saya membawa HP tersebut ke PT Karlindo Ikatama, service center Motorola di Roxy Mas Lantai I. Oleh petugas diinformasikan bahwa software-nya bermasalah dan harus di-install ulang. Ia juga menginformasikan, install menyebabkan semua data phone book di HP hilang. Karena tidak ada jalan lain, terpaksa data saya dihapus sebab pihak service center tak menyediakan USB port maupun driver-nya.

Setelah berjalan normal sampai bulan Juli, HP bermasalah lagi dengan masalah yang sama. Tanggal 11 September 2004, saya bawa kembali ke PT Karlindo Ikatama. Petugas di sana menjelaskan, masalah tersebut dialami oleh semua Motorola E365 dan tidak bisa diperbaiki lagi. Karena saya ngotot, petugas berusaha memperbaiki lagi dengan install ulang software, dengan risiko data di phone book hilang lagi. Namun, upaya itu tidak membawa hasil dan sampai sekarang HP masih saya pakai karena dijual hanya laku sekitar Rp 500.000.

Sebagai konsumen, saya dirugikan dengan kualitas produk dan pelayanan dari Motorola. Mohon penjelasan tentang kualitas produk yang buruk dan merugikan konsumen.


Pulsa Gagal Harus Bayar

Saya memiliki kartu Mentari yang akan habis masa aktifnya pada tanggal 20 September 2004. Pada tanggal 19 September saya membeli pulsa elektronik Mentari di Ceria Mart, Tanjung Gedong, Grogol, Jakarta Barat. Setelah pegawai Ceria Mart melakukan proses pengisian pulsa elektronik, ternyata pulsa tidak masuk di nomor Mentari saya, begitu juga setelah dicoba dengan melakukan panggilan ke nomor tersebut diperoleh jawaban bahwa nomor Mentari saya sudah tidak aktif lagi. Meski mengetahui bahwa pengisian pulsa elektronik tersebut gagal, pegawai Ceria Mart tetap memaksa saya untuk membayar pulsa tersebut dengan alasan bahwa pulsa tersebut sudah masuk ke nomor saya, setruk pembelian sudah tercetak, dan sebelum kejadian dengan saya Ceria Mart pernah mengalami kejadian serupa dengan konsumen lain dan tetap membayar.

Pegawai itu meminta saya untuk menghubungi Nusapro sebagai pihak yang mengurus pulsa elektronik Mentari, tetapi saya tidak pernah berhasil menghubungi Nusapro. Saya juga sudah berkali-kali menghubungi call center Mentari, tetapi juga tidak pernah berhasil. Saya tidak mengerti dengan sistem pengisian pulsa antara Mentari, Nusapro, dan Ceria Mart yang jelas-jelas merugikan konsumen.

Untuk Mentari, masa aktif nomor saya adalah tanggal 20 September 2004, tetapi mengapa pada tanggal 19 September pukul 20.45 nomor saya sudah tidak aktif lagi? Untuk Ceria Mart, mengapa pengisian pulsa elektronik yang jelas-jelas gagal tetapi konsumen tetap harus membayar? Dan yang lebih buruk lagi adalah Ceria Mart pernah mengalami kasus serupa dengan konsumen lain tetapi tidak satu pun pegawai Ceria Mart yang menginformasikan tentang hal tersebut.


Waspada Memakai IM3

Saya adalah pelanggan kartu prabayar IM3 (0856254xxxx). Sebelumnya tertarik memakai IM3 karena tarif yang murah dan voucher yang lebih murah. Kesetiaan terusik sampai suatu ketika merasa pulsa berkurang sangat cepat, padahal saya hanya memakai untuk SMS. Setelah menghitung SMS yang saya lakukan hari itu dikalikan dengan Rp 350, ternyata pengurangannya tidak wajar.

Tanggal 25 Oktober 2004 saya mengisi pulsa Rp 100.000 dan mulai mencoba penelusuran dengan melakukan SMS kepada adik. Setiap kali SMS pulsa dicek dan begitu pula sewaktu menerima. Alangkah terkejut karena setiap menerima SMS pulsa saya berkurang Rp 350.

Hal yang sama terjadi ketika saya melakukan SMS dengan teman. Ternyata kecurigaan saya terbukti, operator IM3 melakukan kebohongan publik. Saya sangat terkejut operator dengan nama besar Indosat melakukan praktik bisnis yang tidak etis. Setahu saya, pengguna kartu seluler hanya dikenai biaya apabila mengirim SMS karena di buku panduan juga tidak diberitahukan apabila menerima SMS akan dikurangi pulsa sebesar Rp 350.

Jangan-jangan iklan bebas roaming nasional juga tidak benar. Mudah-mudahan pelanggan IM3 (yang berkaitan dengan Indosat, yaitu Mentari dan Matrix) terbuka matanya dan membuktikan apa yang saya alami tersebut.


HP Philips Mengecewakan

Pada tanggal 1 November 2003 saya membeli handphone Philips tipe 330 (model flip) pada Pameran Produk Philips di Jakarta Convention Center seharga Rp 1.150.000. Awalnya bangga memakai HP tersebut, namun seminggu kemudian saya mengecek harga di ITC Roxy Mas, Jakarta, ternyata HP tersebut hanya berharga Rp 1.000.000 (bayangkan selisih harga Rp 150.000) padahal dibenak saya jika perusahaan besar seperti Philips berpromosi melalui pameran maka harga yang ditawarkan akan jauh lebih murah. Kekecewaan bertambah ketika baru empat bulan digunakan, tepatnya pada tanggal 20 Maret 2004, flip HP tersebut mengalami keretakan (hampir patah), padahal HP tersebut tidak pernah jatuh/tertindih sesuatu yang berat.

Ketika saya bawa ke Philips Center di ITC Roxy Mas lantai 3 pada tanggal 22 Maret 2003, ternyata seorang bapak di sebelah saya juga mengalami kerusakan yang sama pada HP Philips tipe 330 miliknya yang baru dipakai sekitar enam bulan. Hal ini membuktikan bahwa kerusakan terjadi bukan karena kelalaian konsumen, tetapi lebih karena kualitas barang yang kurang bagus. Sayangnya kerusakan tersebut tidak ter-cover garansi, konsumen harus membayar biaya perbaikan sebesar Rp 155.000, (itu pun harus menunggu hingga awal bulan April 2004 karena flip pengganti tidak tersedia di Indonesia). Mohon pelayanan purna jual yang memuaskan dari Philips karena barang tersebut cukup mahal harganya.


Modus Operandi Simpati

Sebagai pemakai kartu Simpati (08131041xxxx), saya membaca iklan berturut-turut selama tiga hari di Kompas sebesar satu halaman penuh bahwa kartu telepon seluler Simpati bebas roaming nasional. Ketika saya pulang kampung ke Sumatera Utara pada tanggal 1 Juli 2004 dan ada teman menelepon dari Jakarta, ternyata pulsa saya habis. Kemudian saya melihat iklan Simpati di televisi yang menyebutkan bahwa Simpati bebas roaming dengan sesama Simpati saja, tetapi dengan huruf kecil. Saya kecewa dan ini merupakan puncak kekecewaan sehingga tidak memperpanjang lagi masa berlaku kartu Simpati itu.

Saya kecewa karena merasa dibohongi, yaitu Simpati menyebutkan tarif Rp 350 per SMS. Ini kalau hanya satu lembar pertama. Kalau mengirim SMS panjang dua lembar sekaligus, maka tarif untuk lembar pertama dikenai biaya Rp 350, sedangkan untuk lembar kedua dikenai biaya Rp 700. Dengan demikian, kedua lembar yang dikirim sekaligus itu dikenai biaya Rp 1.050. Cukup itu semua bagi saya untuk berkata: "Selamat Tinggal Simpati." Modus operandi yang dilakukan Simpati sangat merugikan konsumen.


Kartu Halo, Aktivasi yang Mengecewakan

Sebagai pelanggan Kartu Halo, 0811900xxx, saya melakukan penggantian kartu halo menjadi kartu halo navigator pada 28 April 2004 di Grapari Fatmawati. Dijanjikan akan aktif 1x24 jam. Namun hingga surat ini dikirimkan tanggal 2 Mei 2004, kartu saya tetap belum bisa aktif. Hal ini sudah ditanyakan ke nomor 111, namun oleh customer care Telkomsel selalu dijawab akan diusahakan secepatnya. Jawaban klise yang belum terealisasikan dan tidak pernah memberikan alasan yang sebenarnya kenapa aktivasi memerlukan waktu yang tidak diketahui lamanya. Bahkan diminta untuk mengirimkan faksimili melalui nomor 3860811 dan 5223811.

Apakah tidak mengaktifkan faksimili merupakan strategi baru dari customer care untuk menghindari pelanggan? Apakah kompensasi bagi pelanggan atas keterlambatan ini? Tidak ada. Janganlah selalu pelanggan yang disalahkan. Jujurlah kepada pelanggan. Mohon pihak Telkomsel konsisten dengan mottonya.


Garansi Sonny Ericsson Mengecewakan

Baru satu bulan membeli T610, hp-nya sudah banyak sekali masalah. 'Hang', ketika 'online' tiba-tiba terputus berkali-kali (bukan karena kartu GSM nya), dan mengeluarkan bunyi 'ringtones' sendiri dan tidak bisa berhenti kecuali baterainya dicopot. Mengecewakan!

Tapi lebih mengecewakan lagi, pelayannya! saya bawa ke servis sonny ericsson di SCBD, dijanjikan 2-3 hari. Ketika hari ketiga ditelepon mereka tidak sanggup memperbaiki dan harus dibawa ke pusatnya. Mereka minta waktu 1 minggu lagi.

Sekarang sudah 2 minggu, mereka pun belum bisa memperbaikinya, alasannya macam-macam sekali dan minta waktu 1-2 minggu lagi. Saya minta diganti yang baru, mereka bilang harus melalui prosedur? Prosedurnya seperti apa mereka tidak memberitahu!. Beli resmi dengan BM hampir gak ada bedanya!!


Ratelindo Hanya Janji

Saya pelanggan Ratelindo (Esia) dengan nomor (021) 9107724 selama lima tahun, sudah dua kali pindah lokasi dan dalam waktu tiga hari telepon langsung bisa digunakan. Pada tanggal 22 April 2004, saya kirim berkas melalui fax kepada Ibu Eli (relokasi) untuk pindah lokasi. Besoknya saya dihubungi untuk menunggu teknisi yang akan datang. Setelah ditunggu teknisi belum juga datang, dan baru pada tanggal 14 Mei 2004 perangkat telepon dipasang dan sampai sekarang telepon belum bisa digunakan.

Selama lebih dari tiga minggu menunggu saya sering menghubungi Esia baik melalui telepon maupun fax, tapi jawabannya selalu dalam proses. Bagian Relokasi (Eli) dan CS (Ayi dan Luki) menyalahkan teknisi, dan sebaliknya teknisi (Dedi dan Indra) menyalahkan CS dan administrasi. Saya juga dapat nomor HP teknisi, tapi setiap dihubungi tidak mau menjawab. Ternyata Esia hanya bisa bikin janji tapi tidak bisa merealisasikan.


Waspada Migrasi SimPATI

Pada tanggal 27 Mei 2004 melalui kurir kantor kami mengajukan permohonan migrasi SimPATI menjadi HALObebas di Grapari Telkomsel Wisma Alia, Gambir, Jakarta. Pada tanggal 11 Juni Sim Card SimPATI kami dibawa ke Grapari Wisma Alia (dilayani Saudari Terry), dan saat itu sisa itu pulsa masing-masing Rp 143.421, Rp 73.750, dan sekitar Rp 90.000. Setelah itu, selain kartu Sim Card SimPATI kami yang lama dikembalikan, kami pun mendapat satu Sim Card HALObebas yang baru. Pada saat itu diinformasikan, Sim Card HALObebas akan aktif pada tanggal 13 Juni 2004. Sore hari tanggal 1 Juni 2004, tiba-tiba baik SimPATI maupun HALObebas kami tidak berfungsi sehingga pada tanggal 12 Juni 2004 kami ke Grapari MTA, Jakarta dan setelah dicoba oleh petugas customer service ternyata HALObebas sudah berfungsi.

Pada saat itu kami mendapat penjelasan bahwa sisa pulsa SimPATI kami telah dihapuskan. Kami sudah berusaha beberapa kali menghubungi customer service di Grapari Wisma Alia (Saudari Terry), tetapi tetap saja pulsa yang jelas-jelas merupakan hak kami tidak dapat dikembalikan. Kami merasa terjebak dengan cara kerja Telkomsel dan tidak menyangka perusahaan besar seperti Telkomsel dapat berbuat demikian. Dengan sistem komputerisasi canggih tentu Telkomsel tahu bahwa dalam Sim Card kami masih terdapat sisa pulsa dan dapat mengkreditnya ke dalam tagihan HALObebas (seperti yang dilakukan perusahaan GSM lain), tetapi ternyata Telkomsel lebih memilih untuk mengambil hak pelanggannya.


Layanan Telkom Bojonegoro

Tagihan telepon kakak saya (Rumali) di Tambakrejo, Bojonegoro, pada bulan September dan Oktober 2004 melonjak menjadi sekitar Rp 320.000 dan Rp 347.000. Pada tagihan pertama dilakukan keberatan kepada Telkom Padangan, Bojonegoro, dengan mendatangi langsung loket dan sekaligus minta bukti cetakan percakapan. Dari salinan percakapan terdapat keanehan, terjadi sambungan secara berulang hingga puluhan kali ke beberapa nomor yang sama dan tidak dikenal. Saat itu juga dilaporkan adanya induksi, dan apabila telepon masuk tidak berbunyi kemudian masuk dalam mail box. Tagihan pertama dengan berat hati dibayar karena takut dicabut dengan harapan ada perbaikan.

Pengaduan masalah tersebut telah diulang hingga tiga kali dengan mendatangi langsung loket Telkom Padangan, tetapi hingga dua bulan tidak pernah ada petugas perbaikan yang datang hingga keluar tagihan yang kedua. Pada tanggal 27 November kami melaporkan masalah tersebut ke nomor 147 (Kandatel Madiun), setelah itu baru ada perbaikan.

Menurut petugas teknisi yang datang, terjadi kerusakan pada gardu telepon. Teknisi membawa fotokopi bukti cetakan percakapan yang dikatakan untuk laporan, tetapi hingga saat ini tidak jelas hasilnya dan telepon tersebut akan diputus. Apakah gangguan yang terjadi pada gardu telepon menjadi tanggung jawab pelanggan? Bagaimana standar pelayanan Telkom Padangan/Bojonegoro menanggapi pengaduan pelanggan?


 

Sumber Kliping: Kompas - Media Indonesia - Suara Pembaruan - Republika - Suara Karya - TEMPO interaktif - Gatra - Kompas Cyber Media - Bisnis Indonesia

Bahan Kliping: Forum Pemerhati Masalah Konsumen

 

 

1
Hosted by www.Geocities.ws