Pesan Dari Konsumen

Asuransi

Bank

Telepon & Ponsel

Perjalanan

Mobil & Motor

Toko & Restoran

Properti & Hotel

Jasa Pengiriman

Penerbangan

Elektronik

Listrik & Air

Kesehatan

Ragam Pesan

 

SITUS MITRA

Daftar Alamat

Punya Masalah?

Logo Bisnis

Biografi Anda

Pustaka eBook

Kliping Media

Mailing List

Kliping Surat Pembaca Dari Berbagai Media Massa

 

 

Penerbangan (9)

1| 2| 3| 4| 5| 6| 7| 8| 9

 

Jadwal Pesawat Merpati Terlambat

Setelah berlibur di Pulau Lombok, kami (suami istri) bermaksud mengunjungi kerabat dan saudara di Surabaya. Kami membeli tiket pesawat Merpati dari Mataram ke Denpasar untuk tanggal 28 Mei 2002 (pukul 16.40), kemudian dilanjutkan dengan pesawat Bouraq pukul 18.00 dari Denpasar ke Surabaya. Kami pikir tenggang waktu 45 menit antara kedatangan di Denpasar sampai keberangkatan ke Surabaya cukup bagi kami untuk berpindah pesawat. Namun pesawat Merpati yang seharusnya pukul 16.00 sudah berada di Bandara Selaparang Mataram belum datang sesuai jadwal. Setelah menunggu 1 jam, pesawat baru berangkat pukul 17.20 dan tiba di Denpasar pukul 18.05. 

Pesawat berikutnya (Bouraq ke Surabaya) sudah tinggal landas begitu kami mendarat. Karena penerbangan berikutnya ke Surabaya tidak ada lagi pada malam itu, kami mengurus tiket agar bisa berangkat keesokan harinya. Dengan demikian, rencana-rencana kami di Surabaya batal dan terpaksa menginap di hotel di Denpasar satu malam, tentu dengan tambahan biaya ditanggung sendiri. 

Kami memang sering mengalami keterlambatan penerbangan pesawat Merpati, namun kali ini benar-benar kecewa karena jadwal acara jadi berantakan dan mengeluarkan biaya-biaya yang tidak perlu terjadi. Mohon perhatian PT Merpati untuk memperbaiki pelayanan.


Pengalaman Buruk Lion Air

Tanggal 28 September, saya mengantar istri dan anak (tiga bulan) ke Bandara Soekarno-Hatta untuk berangkat ke Medan menggunakan Lion Air (JT 384) yang dijadwalkan berangkat pukul 12.10. Ketika check-in, oleh petugas disebutkan bahwa pesawat di-delay sampai pukul 14.00, dan take off pukul 14.30. 

Perasaan kecewa muncul, karena harus menunggu dua jam lebih, sementara anak masih bayi. Namun, ternyata sampai pukul 15.00 tidak ada pengumuman apa pun. Kemudian saya mencoba mengecek ke konter check-in dan disebutkan bahwa pesawat akan berangkat pukul 16.00. 

Ternyata keberangkatan diundur lagi, sementara anak sudah mulai menangis karena kelelahan. Ketika saya menjelaskan kepada petugas konter, bahwa ada bayi dan sudah menunggu sejak pukul 11.00 sampai pukul 15.00, petugas hanya mengatakan bahwa pesawat mengalami kerusakan di Kuala Lumpur, tanpa menawarkan kompensasi apa pun. 

Kemudian saya coba menanyakan langsung ke representative officer Lion Air di Terminal II F. Dengan nada tidak simpatik seorang petugas mengatakan bahwa pesawat di-delay sampai pukul 16.00. 

Ketika saya jelaskan bahwa petugas di konter check-in menjanjikan pesawat di-delay sampai pukul 14.00, dengan nada tinggi petugas tersebut mengatakan: "Kata siapa pukul 14.00." Buruknya lagi, delay tersebut dilakukan tanpa ada pemberitahuan resmi, hanya dilakukan pada saat saya melakukan check-in.


Jadwal Pesawat Garuda

Tanggal 16 Agustus 2002, kami sekeluarga berlibur ke Bali dengan pesawat Garuda (404) dari Bandara Soekarno-Hatta dengan tujuan Denpasar. Pada tiket tertulis jadwal penerbangan pukul 11.00. Kami tiba di Bandara pukul 10.00, dan langsung ke konter Garuda. Namun, kecewa dengan jawaban petugas konter yang mengatakan penerbangan pukul 11.00 tidak ada, dan diubah menjadi pukul 13.30. Dengan terpaksa dan kesal kami menunggu di Bandara Soekarno-Hatta sampai jam yang dijanjikan. Setelah pukul 13.30 kami menanyakan lagi, ternyata jadwal diundur lagi menjadi pukul 14.00. Itu sudah ketiga kalinya kami gagal berangkat, dan harus menunggu lagi hingga pukul 14.45. 

Akhirnya kami datangi Duty Manager Garuda bersama penumpang lain, dengan tujuan protes. Sementara itu pada saat yang sama kami mendengar, bahwa penumpang pesawat Garuda 406 segera menaiki pesawat. Sedangkan pesawat yang seharusnya memberangkatkan kami terlebih dahulu ke Denpasar (Garuda 404), belum juga ada kepastian. Akhirnya pertengkaran terjadi antara penumpang yang kecewa dengan Duty Manager Garuda, yang mana kami menuntut kompensasi apa yang akan diberikan karena keterlambatan tersebut. Akhirnya seperti biasa Duty Manager Garuda Bandara Soekarno-Hatta hanya memberikan kompensasi berupa permintaan maaf. Akhirnya kami baru naik pesawat pada pukul 15.00. 

Ternyata sesampainya di pesawat, kami baru tahu kalau dijadikan satu dengan penumpang pesawat Garuda 406. Ini suatu penipuan terhadap penumpang. Sepulang dari Bali, kami juga dikecewakan oleh Garuda. Seharusnya berangkat tanggal 18 Agustus 2002 pukul 18.30, ternyata diundur sampai pukul 21.00.


Calo Bandara Juanda Surabaya

Saya sering mengadakan perjalanan dengan pesawat terbang, baik dari, ke, maupun transit di Bandara Juanda, Surabaya. Melihat kondisi Bandara Juanda Surabaya saat ini, saya prihatin dengan begitu banyak calo yang berkeliaran dengan bebas. Apakah calo itu legal (dari travel biro) atau ilegal, yang keberadaannya di bandara sangat mengganggu calon penumpang dan diketahui oleh petugas bandara. Ini mencerminkan bahwa bandara tersebut tidak tertib. Dapat diperhatikan pada counter check-in, selalu dipenuhi oleh calo-calo atau petugas travel biro yang memblokir counter, khususnya untuk penerbangan yang padat penumpang. 

Hal itu kadang-kadang sangat memperlambat antrean dan proses pelayanan check-in, yang membuat calon penumpang kesal. Dan tidak heran apabila penerbangan dinyatakan penuh, tetapi kenyataannya di atas pesawat masih banyak kursi yang kosong. Disayangkan kondisi bandara yang cukup bersih dan rapi tersebut, dirusak oleh ulah calo yang cukup mengganggu calon penumpang, sehingga dapat merusak citra bandara itu sendiri, apalagi sudah menjadi bandara internasional. Oleh karena itu, diimbau kepada pengelola bandara untuk menertibkan dan memberantas calo-calo tersebut.


Pesawat Garuda ke Singapura

Saya bersama rekan sekantor melakukan perjalanan dinas ke Singapura (14/1), menggunakan Garuda Indonesia (GA 828) pukul 14.55. Perjalanan yang seharusnya ditempuh satu jam 30 menit ternyata menjadi lebih dari delapan jam, setelah Garuda menyatakan tidak dapat mendarat di Changi Airport karena cuaca buruk (anehnya pesawat lain tidak masalah). Setelah menunggu sekitar 30 menit di udara terpaksa mendarat di Batam dengan pemberitahuan, penerbangan akan segera dilanjutkan setelah cuaca memungkinkan. 

Di Batam harus menunggu lebih dari lima jam tanpa pelayanan layak, sebelum akhirnya diberangkatkan menuju Singapura dengan feri melalui Sekupang. Selain tanpa tempat tunggu memadai, minuman apalagi makanan (meski ingin membeli dengan uang sendiri sudah tutup), para penumpang juga harus mengurus dan membawa sendiri barang-barang tanpa sedikit pun bantuan dari awak Garuda. Dalam cuaca dingin karena hujan dan kondisi letih, haus serta lapar akhirnya para penumpang (termasuk anak kecil dan warga negara asing) tiba di World Trade Center (WTC) Singapura sekitar pukul 24.00 waktu setempat. 

Ternyata penderitaan belum selesai karena tidak ada satu taksi pun malam itu di WTC, sehingga para penumpang harus menelepon sendiri dan menunggu dalam antrean cukup panjang. 

Inikah Garuda Indonesia "baru" seperti yang telah dipublikasikan akhir-akhir ini?


Tiket Merpati Lewat Calo

Oleh karena ada keperluan penting mendadak ke Denpasar (4/3), sekitar pukul 03.00, saya berangkat ke Terminal B Soekarno-Hatta, untuk naik Merpati. Pesawat take-off dari Bandara Soekarno-Hatta pukul 06.30. Di loket tiket ekonomi dan bisnis fully booked. Ketika saya bergegas ke Terminal E untuk mencari tiket Garuda, tiba-tiba seseorang mencolek dan menawarkan tiket Merpati kelas bisnis seharga Rp 1.087.000. 

Agar urusan di Denpasar cepat selesai dan sore harinya dapat kembali ke Jakarta, saya terpaksa membeli tiket itu, meskipun harga resmi Rp 885.000. Orang tersebut ternyata calo, yang kemudian masuk ke dalam terminal, dan sekitar tiga menit kemudian dengan muka berseri keluar membawa tiket dan langsung mengisinya. Merpati take-off tepat waktu, namun di kelas bisnis penumpangnya hanya sekitar lima orang.


 

Sumber Kliping: Kompas - Media Indonesia - Suara Pembaruan - Republika - Suara Karya - TEMPO interaktif - Gatra - Kompas Cyber Media - Bisnis Indonesia

Bahan Kliping: Forum Pemerhati Masalah Konsumen

 

 

1
Hosted by www.Geocities.ws