Pesan Dari Konsumen

Asuransi

Bank

Telepon & Ponsel

Perjalanan

Mobil & Motor

Toko & Restoran

Properti & Hotel

Jasa Pengiriman

Penerbangan

Elektronik

Listrik & Air

Kesehatan

Ragam Pesan

 

SITUS MITRA

Daftar Alamat

Punya Masalah?

Logo Bisnis

Biografi Anda

Pustaka eBook

Kliping Media

Mailing List

Kliping Surat Pembaca Dari Berbagai Media Massa

 

 

Penerbangan (6)

1| 2| 3| 4| 5| 6| 7| 8| 9

 

Lion Air Mengecewakan

Saya menduga apa yang saya alami ini ada unsur kesengajaan dari petugas check in counter (PT Gapura Angkasa) yang menangani Lion Air. Tanggal 25 Februari, dengan pesawat JT 570, saya berangkat ke Surabaya. Setiba di Bandara Soekarno-Hatta, saya langsung check in dengan satu bagasi. Saat petugas check in counter menyerahkan label, ada perasaan waswas atas keamanan tas saya, karena terkesan dari pelayanan yang amatiran. Bahkan, saat menerima label (JT 383829), saya tegur petugas itu dengan ucapan: "Lho, itu kok ke situ", maksud saya, tas itu mengapa ditumpuk-tumpuk dengan bagasi jurusan Lombok dan Balikpapan (Lombok label merah, Balikpapan label biru, sementara ke Surabaya dengan label kuning). Petugas itu menjawab, bahwa itu tidak apa-apa, nanti di belakang ada yang mengatur.

Ketika tiba di Bandara Juanda Surabaya, bagasi saya raib. Saya coba menghubungi lose and found Lion Air, sampai siang tidak juga ditemukan. Yang mengecewakan, saya diminta menghubungi Heri atau Lia di telepon (031) 8667513 pesawat 479, namun setiap kali dihubungi tidak ada orang yang mengangkat, bahkan saat saya coba hubungi head office di Jakarta (5/3) untuk berbicara dengan Bapak Hasyim, sejak pagi hingga siang yang bersangkutan tidak ada di tempat. Terakhir komplain saya diterima oleh Eli, dan dicatat semua keterangan sehubungan dengan hilangnya barang, tetapi sampai saat ini tidak juga ada kabar beritanya. Untuk Lion Air ketahui, selama satu minggu saya di Jawa Timur untuk keperluan menghadiri perkawinan keponakan, berobat, dan hajatan 1.000 hari orangtua, setiap hari saya harus meminjam baju keponakan. Mana barangku? Saya tunggu jawaban yang bertanggung jawab dari manajemen Lion Air.


Harga Tiket Indonesian Airlines

Perang tarif antarperusahaan penerbangan nasional sungguh menguntungkan para konsumen. Masalahnya menjadi lain kalau ada perusahaan yang melakukan "jurus tertentu". Contohnya pengalaman saya, secara mendadak harus ke Yogyakarta (7/3). Menurut petugas kantor Indonesian Airlines yang dihubungi lewat telepon, harga tiket Jakarta-Yogyakarta Rp 270.000. Saya diminta langsung ke bandar udara. Namun, ketika membeli tiket di counter Indonesian Airlines (Terminal I-B), ternyata tiket yang harganya Rp 270.000 sudah habis, yang tersisa kelas seharga Rp 335.000. Menurut petugas, kursi kosong tinggal 4. Karena tidak ada pilihan lain, saya dan beberapa calon penumpang terpaksa membeli tiket sekali jalan.

Begitu masuk pesawat, seorang penumpang bertanya kepada pramugari (pemegang tiket Rp 335.000) duduk di mana. Rupanya tidak ada perbedaan tempat duduk, antara pemegang tiket murah dan mahal. Penumpang di samping saya, membeli tiket Rp 270.000 di biro perjalanan daerah Blok M. Ada satu keluarga (3 orang) yang bisa membeli tiket seharga Rp 210.000, di sebuah biro perjalanan di kawasan Jakarta Kota. Karena kami banyak bertanya, seorang pramugari menjelaskan, mungkin tiket yang harganya Rp 335.000 ini bisa di-refund. Lalu, pramugari yang lain memberi penjelasan, bahwa tiket seharga Rp 270.000 hanya dijual sekitar 20-25 kursi, kalau jatah ini habis yang tersisa kursi seharga Rp 335.000.

Menurut petugas Indonesian Airlines di bandara yang dihubungi lewat telepon, bahwa tiket seharga Rp 270.000 dijual sekitar 40 kursi. Ia tidak bisa menjawab, apakah ini berlaku untuk setiap hari. Kami disarankan menghubungi petugas di kantor (wanita) Indonesian Airlines, dan dijelaskan bahwa tiket Rp 270.000 dijual tergantung "retriksi" penumpang. Kalau calon penumpang cukup banyak, kursinya dikurangi, sehingga yang dijual tiket yang lebih mahal.


Mengecewakan Pelayanan KLM

Tanggal 2 Desember 2002, saya bersama 3 rekan pesan tiket pesawat KLM melalui PT Musita Tour Travel tujuan Jkt-Ams-Eru-Fra-Ams-Teh. Tiket (kode PNR-N32WFD) di-issued 4 Desember 2002, untuk keberangkatan 8 Desember 2002. Namun, sewaktu check-in di counter KLM Bandara Soekarno-Hatta, ternyata tiket atas nama saya dibatalkan, dengan alasan pihak agen perjalanan tidak mengonfirmasikan kembali ke KLM, padahal status yang tercantum dalam tiket OK. Sedangkan tiket atas nama 3 rekan lainnya yang bersamaan check-in di bandara tidak ada masalah. Meskipun akhirnya petugas counter KLM dapat mengusahakan keberangkatan saya, namun status tiket Ams-Teh masih waiting list, dan disarankan agar diurus di Brussels.

Setibanya di Brussels, segera dilakukan re-confirm untuk tiket Bru-Aus-Teh, tetapi sampai dengan 13 Desember 2002 pagi, status tiket masih waiting list, padahal saya harus berangkat ke Iran hari itu juga, karena keperluan dinas yang telah dijadwalkan. Mengingat waktu yang sangat mendesak, akhirnya saya putuskan untuk membeli tiket baru dari Austrian Airlines, Bru-Wien-Teh dengan harga 1.500 dollar AS. Saya telah menghubungi pihak agen perjalanan, menanyakan kesalahan itu baik sewaktu masih di Brussels maupun setelah tiba di Jakarta. Pihak Mustika Tour telah mengirim surat kepada Reservation Manager KLM Airlines Jakarta tanggal 16 Desember 2002, untuk meminta konfirmasi. Mengingat belum ada tanggapan dari pihak KLM, saya mengirim surat kepada Saudari Yani, Reservation Manager KLM Jakarta, tanggal 13 Januari 2003, namun sampai saat ini belum memperoleh jawaban. Rekan saya berbicara beberapa kali melalui telepon dengan Saudari Vera, Customer Relation KLM Jakarta (terakhir tanggal 17 Maret 2003), dan yang bersangkutan selalu menjanjikan, akan segera mengirimkan penjelasan.

Saya sangat kecewa atas pelayanan yang buruk, dan tidak ada tanggung jawab dari pihak KLM Airlines. Padahal, sebagai maskapai penerbangan internasional, saya menganggap KLM mempunyai reputasi baik dalam hal pelayanan. Saya masih menunggu tanggung jawab dari pihak manajemen KLM Airlines, untuk menindaklanjuti klaim saya secara profesional.


Tiket OK Batal Berangkat

Kami telah membeli 4 tiket pesawat Lion Air untuk berangkat ke Pontianak (12/2) pukul 06.30, melalui Biro Perjalanan Wisata Dwidua Tour (PT Dwidua Mega Jaya), dengan status OK. Ternyata kami tidak diberangkatkan, karena tidak mendapat tempat duduk. Padahal, kami sudah check in di counter 21 (Lion Air) Bandara Soekarno-Hatta pada pukul 05:30. Petugas minta kami menunggu, karena tempat duduk baru diatur, dan pengerjaannya dilakukan secara manual. Sampai pukul 06:00, kami berkali-kali menanyakan tentang tempat duduk, dan selalu dijawab dengan nada kasar: "Sabar pak, nanti saya bantu" Dari pukul 06.00 hingga 06.25, setiap kami menanyakan hal yang sama, selalu mendapat jawaban: "Tunggu saja pak, ada beberapa penumpang yang akan diturunkan" Keterangan ini jelas menimbulkan pertanyaan, apakah ada calon penumpang gelap, apakah tempat duduk kami dijual kepada orang lain?

Untuk meyakinkan betapa penting kepergian ke Pontianak, kami sempat menunjukkan acara rapat di Pontianak yang harus dihadiri, yang dimulai pukul 10:00 hari itu. Ternyata hal ini tidak mendapat perhatian sama sekali. Sampai dengan pukul 06.30, saat pesawat mestinya take off, kami masih berada di depan counter check in, tanpa ada kepastian bisa berangkat atau tidak. Tidak ada solusi yang ditawarkan oleh petugas, bahkan tampak seakan-akan tidak ada persoalan. Kami meninggalkan counter dengan perasaan kecewa, apalagi harus mempertanggungjawabkan ketidakhadiran dalam rapat penting, yang sudah dipersiapkan sejak 2 bulan sebelumnya. Peristiwa ini kemudian kami beritahukan ke Biro Perjalanan Wisata Dwidua Tour (PT Dwidua Mega Jaya), yang berjanji meneruskannya ke Lion Air.

Oleh Bagian Reservation & Ticketing kami diminta membuat laporan tertulis, mengenai fakta secara kronologis, dan hal itu sudah kami lakukan berupa "Laporan sekaligus komplain Kepada Direktur Lion Air" tanggal 13 Februari 2003. Tanggal 21 Februari, datang seorang bernama Hasyim, yang mengaku sebagai Manajer Public Relation (PR) PT Lion Air, menemui kami. Tetapi, tidak ada hal signifikan yang disampaikan. Dia cuma menginformasikan belum berhasil mengusut nama orang-orang yang bertugas di counter 21 (bagian check in) pada 12 Februari pagi itu. Padahal sudah satu minggu. Ia menjelaskan, masih perlu waktu untuk mengusut, dan berjanji akan menjumpai kami satu minggu lagi. Ternyata, sudah dua minggu Manajer PR PT Lion Air tersebut tidak datang, dan tidak pernah kontak melalui telepon sekali pun. PT Lion Air tidak profesional dalam memberi pelayanan kepada penumpang (pembeli sah tiket Lion Air), dan tidak bertanggung jawab ketika terjadi kasus akibat kelalaiannya.


Bagasi di SQ dan Lufthansa

Tanggal 1 Maret 2003, saya bersama 3 orang teman pergi ke Munich dengan penerbangan Singapore Airlines, yaitu Jakarta-Singapore (SQ 161), Singapore- Frankfrut (SQ 026), dan dengan Lufthansa Frankfurt- Munich (LH 178). Sesampainya di Munich tanggal 2 Maret, ternyata 4 dari 5 bagasi tidak datang, dan langsung melapor ke bagian klaim bagasi (file reference MUCLH 73098). Dijanjikan, akan mengantar secepatnya ke hotel, dan malamnya mereka kirim 3 bagasi dan satu bagasi masih dicari. Pada tanggal 4 Maret 2003, saya telepon ke klaim bagasi Munich dan mereka mengatakan, bahwa status bagasi tetap belum ditemukan. Setelah itu, saya berinisiatif telepon juga ke klaim bagasi Lufthansa atau Singapore Airlines, di Jakarta, dan dapat jawaban yang sama. Dan sampai sekarang, status bagasi belum jelas, dan entah sampai kapan harus menunggu.

Yang disayangkan adalah kenapa sampai lebih dari 2 hari tidak ada inisiatif dari pihak yang bertanggung jawab, baik dari Lufthansa atau Singapore Airlines di Jakarta. Sampai sekarang, status bagasi belum jelas, dan entah sampai kapan harus menunggu. Tidak ada inisiatif dari pihak yang bertanggung jawab, baik dari Lufthansa ataupun Singapore Airlines untuk menghubungi saya, baik itu untuk menjelaskan status bagasi, atau memberikan hak/kompensasi yang seharusnya saya peroleh. Harapan saya para pihak yang harus bertanggung jawab untuk menindaklanjuti kasus tersebut secepatnya, dan bertindak lebih profesional. 


Bohong, Promo Tiket Merpati

Pada tanggal 15 Maret, saya membeli tiket pesawat Merpati, di kantor Merpati Nusantara Airlines Bandara Ahmad Yani, Semarang, dengan jurusan Jakarta-Palembang, untuk penerbangan 16 Maret, untuk 2 orang dewasa, 1 orang balita, dan 1 orang bayi. Untuk 4 tiket dikenakan biaya masing-masing Rp 336.000/tiket untuk dewasa, Rp 270.000/tiket untuk balita, dan Rp 47.500/tiket untuk bayi. Setibanya di Bandara Soekarno-Hatta, saya baru mengetahui bahwa sejak tanggal 27 Februari 2003, ada program "Merpati Special Promo" dengan harga khusus bagi rute-rute penerbangan tertentu, termasuk penerbangan Jakarta-Palembang (pp). Hal itu sesuai penjelasan petugas Merpati di bandara ini, dan diperkuat dengan pengumuman dalam majalah Archipelago edisi Maret 2003 terbitan Merpati Nusantara.

Untuk rute Jakarta-Palembang, harga khusus tiket yang ditetapkan Rp 250.000/tiket nett untuk penumpang dewasa, 65 persen dari harga tiket itu bagi penumpang balita, dan 10 persen dari harga tiket untuk penumpang bayi. Menurut penjelasan yang saya terima, bahwa harga tiket ini berlaku nasional untuk pembelian tiket di seluruh cabang Merpati atau agen perjalanan di mana saja di seluruh Indonesia.

Sesuai anjuran petugas Merpati Bandara Soekarno-Hatta, saya segera mengajukan komplain ke kantor Merpati Nusantara Airlines Semarang melalui telepon. Telepon diterima Bapak Nasution yang mengaku sebagai Kepala Cabang Merpati Semarang.

Bapak Nasution bersikeras bahwa promo harga tiket hanya berlaku bagi pembelian di Jakarta, dan harga yang berlaku di Semarang berbeda, sesuai dengan harga di Surabaya. Saya menyatakan, bahwa saya mempunyai bukti kalau harga tiket di Palembang, Semarang, dan di Surabaya, sesuai dengan harga promo. Ia kemudian menyatakan, pihak Merpati Semarang tidak mengetahui adanya promo tersebut dan meminta maaf. Meski demikian ia tidak berkenan mengembalikan kelebihan uang tiket yang sudah dibayar, dengan berbagai alasan.

Pelayanan Merpati Nusantara Airlines mengecewakan, karena berbohong dan merugikan konsumen. Mohon penjelasan dari manajemen Merpati Nusantara, agar promo yang diselenggarakan tidak menjadi "obyekan" bagi oknum-oknum tertentu, untuk mengambil keuntungan pribadi atau kelompok.


Jadwal Penerbangan Tidak Tepat

Tanggal 22 September 2003, saya melakukan perjalanan ke Jakarta dari Surabaya menggunakan pesawat Garuda Indonesia (GIA 315). Dalam perjalanan, saya mengalami berbagai kekecewaan terhadap layanan penerbangan tersebut, di antaranya jadwal penerbangan yang seharusnya dilaksanakan pukul 13.00 ternyata molor sampai pukul 14.30. Dalam kejadian ini tidak ada sama sekali tindakan dari Garuda Indonesia untuk memberikan kompensasi dan antisipasi yang memadai sehingga sejumlah penumpang kecewa dan ada juga yang terlihat gelisah.

Sesampainya di Jakarta ternyata saya mengalami hal yang mengecewakan lagi, yakni tas pakaian yang dimasukkan ke layanan bagasi ternyata tidak sampai di Jakarta. Setelah dikeluhkan ke bagian lost & found Garuda Indonesia, ternyata barang tersebut nyasar ke Mataram. Padahal, semua pakaian saya ada dalam tas tersebut sehingga tidak ada lain yang saya rasakan saat itu selain bingung. Anehnya, setelah saya cek ke bagian lost & found, barang tersebut belum juga datang. Selama tas belum kembali, saya harus mengusahakan pakaian baru karena harus mengikuti penelitian.


Pelayanan Buruk Batavia Air

Tanggal 20 Agustus, saya naik pesawat Batavia Air dari Surabaya ke Jakarta dengan nomor tiket 224800, dan no bagasi 016225. Pesawat tersebut seharusnya berangkat dari Surabaya pukul 13.40, namun saat chek-in 30 menit sebelum jadwal, saya dinyatakan terlambat, karena pesawat sudah berangkat sebelum jadwal. Masih beruntung dapat dialihkan ke penerbangan pukul 18.30, tetapi penerbangan ini terlambat hingga diberangkatkan pada pukul 20.00.

Setibanya di Bandara Soekarno-Hatta, saya mengalami nasib sial, barang yang dititipkan di bagasi hilang. Dan, saat itu ada dua orang yang juga mengalami hal yang sama. Petugas penerbangan yang melayani (Saudara Firdaus) menjanjikan, dalam tiga hari akan diberitahukan penyelesaiannya. Namun, setelah waktu yang dijanjikan belum juga ada pemberitahuan. Mohon perhatian manajemen Batavia Air.


Keberangkatan Garuda Ditunda

Tanggal 9 Oktober, saya memakai jasa Garuda Indonesia (GA 414) tujuan Jakarta-Bali dengan rencana take off pukul 17.10. Pada pukul 17.10, penumpang belum juga diumumkan untuk boarding, lalu kami tanyakan ke bagian informasi dan dijelaskan ada keterlambatan tanpa menyebutkan alasan. Pada pukul 17.30 baru diumumkan ada keterlambatan 20 menit ke depan karena alasan teknis. Namun, sampai pukul 18.00, belum juga ada informasi untuk boarding. Akhirnya pukul 18.30 diumumkan untuk boarding.

Sampai pukul 19.00 pesawat belum juga take off dengan alasan terdapat perbedaan jumlah penumpang yang tercatat dengan yang ada. Lebih dari 10 kali petugas menghitung bolak-balik jumlah penumpang yang ada. Sekitar pukul 20.30 akhirnya pesawat take off. Dengan keterlambatan sekitar tiga jam Garuda tidak menyediakan ekstra makanan. Kejadian ini mengecewakan, terutama karena saya mengalami penyakit gastritis (maag) dan peristiwa itu mengakibatkan kekambuhan penyakit saya. Mohon tanggapan Garuda Indonesia.


Calo di Loket Batavia Air

Tanggal 16 Juli pukul 09.35, saya akan ke Surabaya untuk urusan keluarga yang tidak bisa ditunda. Tiba di Bandara Soekarno-Hatta, saya langsung ke loket perusahaan penerbangan, termasuk Lion Air dan Batavia Air yang menawarkan tiket promo (murah). Tiket di semua perusahaan penerbangan ke Surabaya yang saya datangi ternyata sudah dinyatakan habis, termasuk Batavia Air. Di depan kaca loket Batavia Air terpampang tulisan besar: "Penerbangan penuh sampai sore." Padahal, untuk rute Jakarta-Surabaya setiap hari ada empat kali penerbangan, yaitu pukul 06.45, 09.35, 13.15, dan pukul 17.35. Tapi anehnya, kurang dari satu meter di depan loket, ada sekitar tujuh orang rombongan calo yang berani menjamin bahwa saya bisa berangkat ke Surabaya pukul 09.35 dengan tiket atas nama saya sendiri. Pagi itu jarum jam sudah menunjukkan pukul 09.05 yang berarti 30 menit lagi pesawat berangkat.

Karena terdesak waktu, akhirnya saya putuskan membeli melalui calo. Harga tiket promo Batavia Air yang seharusnya sekitar Rp 300.000 terpaksa dibeli dengan harga Rp 450.00 berikut boarding pass untuk penerbangan pukul 09.35. Aneh karena tiket itu justru dibeli secara resmi lengkap dengan nama saya berdasarkan KTP yang diminta oleh si calo, dan diberikan kepada petugas loket Batavia Air yang sebelumnya mengatakan kepada saya bahwa tiket habis, yang diperkuat dengan tulisan sebesar "gajah bengkak" di depan loket yang tertulis: "Penerbangan penuh sampai sore".

Keheranan berikutnya, setelah berada di dalam pesawat ternyata di deretan tempat duduk paling belakang masih ada empat kursi yang kosong. Gembar-gembor berantas calo yang dipasang melalui puluhan spanduk yang terpampang hampir di seluruh tempat terminal Bandara Soekarno-Hatta ternyata hanya slogan semata. Bagaimana dengan Batavia Air? Sebab, masalah percaloan tiket tidak mungkin bisa terjadi kalau tidak ada kerja sama dengan orang dalam. Contohnya seperti yang pernah saya alami.


 

Sumber Kliping: Kompas - Media Indonesia - Suara Pembaruan - Republika - Suara Karya - TEMPO interaktif - Gatra - Kompas Cyber Media - Bisnis Indonesia

Bahan Kliping: Forum Pemerhati Masalah Konsumen

 

 

1
Hosted by www.Geocities.ws