Pesan Dari Konsumen

Asuransi

Bank

Telepon & Ponsel

Perjalanan

Mobil & Motor

Toko & Restoran

Properti & Hotel

Jasa Pengiriman

Penerbangan

Elektronik

Listrik & Air

Kesehatan

Ragam Pesan

 

SITUS MITRA

Daftar Alamat

Punya Masalah?

Logo Bisnis

Biografi Anda

Pustaka eBook

Kliping Media

Mailing List

Kliping Surat Pembaca Dari Berbagai Media Massa

 

 

Properti & Hotel (6)

1| 2| 3| 4| 5| 6

 

Hati-hati dengan Kirana Card

Pada tanggal 1 Oktober 2002, saya di kantor ditelepon seseorang yang mengaku bernama Popy (No HP 08161962422) dari Hotel Ibis/Sahid Jaya, yang mengucapkan selamat karena saya mendapat kesempatan tidur gratis untuk dua orang selama dua hari di hotel itu. Lalu, yang bersangkutan dengan berbagai macam cara dapat memperoleh data nomor kartu kredit Mandiri. Namun, setelah nomor didapat, saya harus membayar Rp 550.000. Saya minta tunda dulu karena harus konsultasi dengan istri, dan tanggal 3 Oktober istri saya menelepon Saudara Popy untuk membatalkan. Saya berpikir persoalan telah selesai. Namun, pada tanggal 9 Oktober, saya mendapat surat dari Kirana Membership Card beralamat di Wisma Benhil, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, berupa tagihan Rp 550.000, yang dilakukan Multi Cipta Caraka Hotel Int'l Jkt Arcade 14 Ground Floor.

Setelah menerima surat itu, saya komplain kepada Kirana Membership yang diterima Saudara Popy, tetapi diserahkan kepada Saudara Gunawan yang berjanji bahwa keesokan hari akan diselesaikan dengan cara menghubungi saya. Namun, tidak ada telepon.

Dalam pembicaraan itu Saudara Gunawan mengemukakan, saya dikenakan biaya administrasi sebesar lima persen, dan saya menyanggupi serta membership itu dikembalikan ke alamat di atas melalui kilat khusus tertanggal 10 Oktober 2002. Kepada Bank Mandiri, melalui PT GE Finance Indonesia, saya juga telah melakukan komplain yang diterima Saudara Hendra. Namun, pada tanggal 26 Oktober 2002, tagihan dari Bank Mandiri masih mencantumkan tagihan itu.

Saya komplain kembali, ternyata pada November 2002 tetap tidak ada perubahan dalam tagihan itu. Pertanyaan saya, apakah begitu cara perusahaan Kirana Membership Card membodohi orang? Bagaimana tanggung jawab Bank Mandiri melalui PT GE Finance Indonesia tentang komplain saya?


Menginap di Melawai I

Kami mempunyai pengalaman menginap di Hotel Melawai I, Jalan Melawai Raya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Kami chek in, (10/8), sekitar pukul 18.30, kemudian pukul 18.45, keluar untuk makan malam, dan kunci berupa kartu dibawa. Saat menikmati makan malam, HP istri berdering (sekitar pukul 19.25). Anehnya, deringan itu berasal dari HP yang saya tinggal di kamar (dalam koper terkunci, dengan kunci dan dengan nomor kombinasi). 

Atas telepon itu, kami tergesa-gesa kembali ke kamar. Pintu kamar kami temukan dalam posisi terkunci, dan ketika kami buka terlihat koper yang sebelumnya terkunci sudah terbuka, grendel untuk mengunci dan nomor kombinasi masih teracak. 

Kemudian diketahui, pesawat HP, uang, kamera, serta kaca mata baca istri sudah tidak berada di tempat. Saat itu juga, kami melaporkan kepada front office hotel, disusul kedatangan duty manager (barangkali) bersama dua orang Satpam. Menurut pihak hotel, tidak mungkin kunci kamar bisa dibuka dengan kunci lain. Kemungkinan lain, menguncinya kurang rapat. Dijanjikan untuk menyelesaika masalah itu. Namun, sampai waktu kami check out, (13/8), pagi untuk kembali ke Kalimantan, tidak ada berita apa pun dari pihak hotel.


Waspadai TWS Premiun Club

Suami saya memiliki TWS Premiun Club sebagai kartu keanggotaan yang dapat digunakan menginap gratis dua hari dua malam di hotel tertentu sesuai dengan daftar yang ada di TWS PC yang berkantor di Hotel Wisata Lantai 1. Karena baru sempat dan expiry date-nya Juli 2003, kami berniat menggunakan kartu tersebut. Karena kesibukan suami saya, pada 3 Juni 2003 saya datang untuk reservasi dan bertemu dengan Sdr Eni (?) dan dijanjikan dihubungi kembali melalui telepon. Saya pun bersedia ditempatkan di hotel mana pun yang dapat digunakan dan juga akan dikenai biaya reservasi.

Setelah hampir satu minggu tidak ada kabar, saya menghubungi via telepon dan diterima oleh Sdr Ferry (?) yang menyatakan tidak tahu-menahu karena Sdr Eni belum datang. Siangnya saya menghubungi kembali dan mendapat jawaban bahwa Sdr Eni sedang ke bank dan sampai sore hari belum kembali... begitu setiap hari. Saya menghubungi sampai 19 Juni 2003. Saya kembali menelepon dan Sdr Eni dan ternyata ia dengan ringannya mengatakan tidak tahu-menahu, karena temannya yang mengurus itu dan dia akan menanyakannya. Saat saya ingin bicara dengan pimpinan perusahaan, Sdr Denny (?), dikatakan sedang meeting.

Bagaimana lagi saya harus menanyakan hasil reservasi tersebut yang sudah berjalan selama 16 hari? Apakah memang diulur-ulur dan dilempar antarstaf supaya masa berlaku keanggotaan tersebut habis? Menurut mereka, Agustus perusahaan itu akan tutup. Apakah begitu sulitnya reservasi hotel yang dilakukan perusahaan seperti TWS PC, sedangkan apabila kami langsung reservasi ke hotel biasanya maksimum 1 hari sudah dapat jawaban? Betapa kecewanya kami yang telah membayar kartu keanggotaan tersebut tanpa bisa menggunakan fasilitas kartu itu. Kami mengimbau agar berhati-hati untuk menjadi member seperti tersebut di atas.


Hotel Tiara, Pelayanan Mengecewakan

Pada Jumat siang (28/11/2003) saya bersama keluarga dan saudara-saudara masuk (check in) di Hotel Tiara Medan. Kami memesan empat kamar dengan rencana menginap selama dua malam.

Di awal masuk, kami sudah merasakan pelayanan yang sangat jelek, yaitu kupon sarapan pagi yang diberikan di tiap-tiap kamar tidak standar. Ada yang satu kupon untuk satu orang, tapi ada juga yang untuk dua orang. 

Selain itu, resepsionisnya tidak ada standar dalam memproses jumlah uang dari kartu kredit para tamu. Saya yang menginap dua malam, dikenakan jaminan Rp 3 juta. Padahal, total pembayaran saya untuk kamar dan lainnya hanya sekitar 40 persennya.

Kemudian begitu masuk kamar, di tiap-tiap kamar tidak ada sandal, sebagaimana layaknya fasilitas yang tersedia di hotel bintang empat. Saat diminta kepada petugas di housekeeping, dijawab bahwa sandalnya disimpan di gudang dan petugas yang membawa kuncinya sedang tidak bertugas.

Besok paginya, saya menghubungi petugas resepsionis Yosalia Tefdila untuk kembali meminta sandal. Dia menjawab segera menghubungi petugas housekeeping untuk mengantarkannya. Setengah jam kemudian, karena belum diantar juga, saya hubungi petugas yang sama. Dijawab bahwa yang mengantar sudah menuju kamar.

Sekitar 10 menit kemudian, Yosalia telepon memberitahu bahwa mereka kehabisan stok sandal, sehingga permintaan sandal tidak dapat dilayani. Saya tidak bisa menerima jawaban itu, sebab selain tidak sesuai dengan janjinya semula, juga sangat tidak masuk di akal hotel Tiara yang berbintang empat sampai kehabisan sandal. Setelah manajernya menghubungi saya, satu jam kemudian sandal itu diantar. Padahal janjinya 10 menit.

Saat akan keluar (check out) hotel dan membayar di kasir, tanpa lebih dulu menanyakan apakah ada memakan atan meminum fasilitas mini bar di kamar, petugasnya langsung mengenakan biaya untuk satu coklat dan satu air mineral. Padahal saya sama sekali tidak mengambilnya. Setelah 'diprotes', baru biaya keduanya dihapus. 

Hal yang sama juga dialami oleh tamu lainnya yaitu orang asing yang kebetulan berada di sebelah saya. Tamu itu protes, karena merasa tidak mengambil bir dari mini bar, tapi dikenakan biaya.


Hard Rock Hotel Bali Mengecewakan

Saya pembeli paket tur ke Bali kerjasama VISA, Garuda Indonesia dan Travel Agent Satriavi. Saya memilih paket menginap di Hard Rock Hotel Bali (HRHB), dengan type kamar deluxe double bed. Saat check in, receptionis HRHB memberikan reservation form untuk kamar deluxe no. 2119, namun kemudian dicoret dan diganti dgn kamar no. 6220. Karena tidak merasa curiga, saya tidak melakukan komplain atas perubahan tersebut.

Keesokan harinya saya menghubungi house keeping untuk meminta Beach Bag yang merupakan kelengkapan standar kamar Deluxe. Namun petugas house keeping menjelaskan bahwa kamar saya adalah type Superior (dibawah Deluxe). Kemudian saya complain ke Front Office Manager.

Bapak Marione mengakui kesalahan staf-nya dengan alasan "saat itu HRHB sedang peak". Bapak Marione menawarkan untuk pindah ke kamar Deluxe Twin Bed, karena kamar deluxe double bed tidak ada yang kosong. Kami menolak karena proses pindah pun baru dapat dilakukan sore hari setelah tamu lain check out, lagi pula hal tersebut tidak mengganti kerugian yg telah saya alami karena terlanjur mendapatkan kamar superior selama 1 malam.

Saya minta compliment berupa pengembalian uang selisih harga kamar. Namun Bapak Marione menolak dan menjelaskan bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan yang significant antara kamar deluxe dan superior. Perbedaannya hanya pada kelengkapan yg ada di kamar (amenities). Sebagai gantinya Bapak Marione memberikan voucher dinner di Gamelan Resto dan berjanji untuk melengkapi amenities kamar kami sesuai standar kamar deluxe termasuk Beach Bag. Namun yang mengecewakan sampai dengan saya check out, janji tersebut tidak dipenuhi.

Saya sangat kecewa dengan pelayanan HRHB yang notabene nya adalah hotel dengan taraf internasional. Saya menghimbau kepada semua pembaca untuk berhati-hati dengan perilaku manajemen hotel yang menukar type kamar tanpa sepengetahuan pelanggan, baik yg dilakukan dengan sengaja atau tidak. Sehingga pelanggan dirugikan karena membayar lebih mahal dari apa yang semestinya. Menurut saya pihak hotel sengaja melakukannya agar mendapat keuntungan sebanyak mungkin dengan memanfaatkan moment "peak season" ini.


Hotel Berperilaku Buruk

Waspada jika akan menginap di Hotel G, Jalan Raya Bogor, Cimanggis, apalagi dengan istri atau pasangan. Mungkin akan menjadi "korban" pengintipan yang dilakukan para karyawan hotel itu, terutama kamar yang ada pintu menuju belakang (semua kamar sepertinya mempunyai pintu belakang).

Hal itu saya alami sendiri beberapa waktu lalu saat menginap di salah satu kamar hotel itu. Saya memergoki pintu yang mengarah ke belakang kamar ternyata berlubang.

Meski tidak menangkap basah pelakunya, bila dicermati dan dicoba, ternyata sengaja dibuat. Apalagi lubang itu mengarah ke tempat tidur dan sengaja dibuat samar untuk terlihat, bila tidak diperhatikan sunguh-sungguh. Diperkirakan hal itu sudah berlangsung lama. Bagi yang pernah menginap, coba mengingat-ingat kembali, adakah hal yang mencurigakan.


Janji Muluk "Platinum Card"

Saya mungkin salah satu dari sekian banyak orang yang tertipu oleh janji muluk "Platinum Card" dari PT Tritunggal Mandiri. Saat promosi, dengan kata-kata manis dan janji-janji muluk, petugas PT Tritunggal Mandiri menawarkan fasilitas menginap di tiga hotel, di beberapa tempat di Indonesia, yang tercantum di dalam daftar promosinya. Saya terbujuk rayuan untuk mengikuti program tersebut (membership No 04030), lalu mendebet lewat kartu kredit. Ingin membuktikan saat berpromosi, sekitar dua hari setelah kartu kredit didebet, saya langsung gunakan program tersebut dengan menginap di salah satu hotel di Bandung, dan terbukti bisa menginap.

Akan tetapi, saat ingin menggunakan fasilitas yang kedua kali untuk hotel yang ada di Jakarta, berulang-ulang tidak bisa dengan berbagai macam alasan. Padahal, saya sudah memesan jauh hari sebelumnya. Bahkan, sudah mengulur-ulur waktu, mereka dengan seenaknya menyatakan akan memesankan kamar dengan syarat harus menambah Rp 150.000 per malam setiap kamar. Ini suatu hal yang tidak ada dalam perjanjian dan juga dalam promosi manis mereka. Saya menyarankan agar kita semua waspada dan tidak terbujuk rayuan/promosi manis PT Tritunggal Mandiri, penerbit "Platinum Card". Itu dikarenakan setelah masalah yang saya hadapi diutarakan kepada teman sejawat, ternyata hal serupa menimpa teman sejawat tersebut.


Developer Komplek Maharaja Depok Mengecewakan

Saya adalah konsumen dari developer Komplek Maharaja Depok yang baru saja membeli rumah ready stock 100% tipe BIMA 68/132 Blok C2/12. Adapun rumah tersebut saya beli dengan cara KPR BTN. Akad kredit sudah terlaksana pada tanggal 23 Juli 2003 di BANK BTN Cab Kebon Jeruk, dan setelah itu di kantor Pemasaran Maharaja dilakukan Serah Terima Kunci (STK) dan saya mengambil formulir pengajuan complain.

Esok harinya, 24 Juli 2003, saya mengajukan 'list complain' dengan segera karena pihak developer melalui orang marketingnya Sdri Ola dan Sdr Denda Nugraha mengatakan bahwa complain akan segera dikerjakan setelah form complain di serahkan, paling lambat satu minggu sudah dikerjakan.

Tapi kenyataannya setelah lewat satu minggu, complain tersebut belum dikerjakan, sampai akhirnya saya dipertemukan dengan Sdr Nanang sebagai pihak penanggung jawab semua complain konsumen atas bangunan yang telah dibeli. Dia mengatakan bahwa semua complain sudah DITERIMA dan BERJANJI esok harinya akan dikerjakan.

Tenyata janji tinggal janji, esok harinya saya cek, masih belum dikerjakan juga. Kemudian saya telpon pihak developer melalui Sdr Denda, dia juga mengatakan, besok sudah mulai dikerjakan timnya Sdr Nanang. Namun tetap saja esoknya saya cek belum juga dikerjakan.

Sampai akhirnya pada tanggal 15 Agustus, saya membuat memo yang isinya agar complain saya paling lambat tanggal 27 Agustus harus sudah selesai dikerjakan, karena saya dan keluarga akan mengisi rumah tersebut pada tanggal 30 Agustus sehingga ada rentang waktu untuk beres-beres. Tapi apa mau dikata, memo itu pun sepertinya tidak mempan, mereka belum mengerjakan complain saya juga, hanya mungkin untuk membuat saya sedikit senang, complain pengecatan ulang (note: cat saya yang sediakan) sudah ada yang dikerjakan, itu pun menurut saya sepertinya ASAL-ASALAN karena terlihat hasilnya kurang bagus dan tidak rapih dan juga masih ada yang belum selesai di cat. Dan terkesan tiba-tiba ditinggalkan karena ada sesuatu hal.

Saya coba bertemu dengan Sdr Nanang lagi, dia berjanji lagi bahwa esok harinya semua complain akan dikerjakan, tapi apa mau dikata lagi sampai tanggal 30 Agustus, belum dikerjakan pula, selain itu listrik & pompa air belum terpasang. Padahal dari info awal orang marketing yaitu dari Sdr Denda Nugraha, sumur air sudah dibor hanya tinggal pasang pompa saja teryata BOHONG BESAR, sumur itu ternyata belum dibor sama sekali.

Sungguh ironis sekali kerja mereka, dimana dikala menagih uang muka yang padahal batas waktu pembayaran masih dua minggu lagi, sudah rewel minta dibayar. Tapi dikala mereka dituntut profesionalisme kerja, sungguh mengecewakan.

Saya masih menunggu tanggung jawab pihak developer untuk segera menyelesaikan complain saya, apalagi saya sudah capek dan kesal, setiap saya kunjungi nggak ada hasil sama sekali malah banyak ditemukan lagi complain baru seperti, kusen pintu yang banyak kropos, dan lain-lain. Sungguh tidak senada dengan apa yang tercantum di brosur, dimana kayu-kayu untuk kusen dari kayu yang bagus. Apalagi kalau dilihat dari segi finishing rumah yang sangat asal-asalan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Perlu anda ketahui bahwa sampai surat ini saya buat pada tanggal 31 Agustus, complain saya itu belum ditindak lanjuti sampai sekarang. Saya sudah coba telpon Sdr. Nanang berkali-kali, tapi telponnya selalu dimatikan, Mana profesionalisme anda????

Dengan tidak dikerjakan complain tersebut sampai batas waktu tanggal 30 Augustus, saya jadi terpaksa harus membayar tambahan uang kontrak di rumah yang sekarang saya tinggali karena kalau tidak sudah barang tentu keluarga saya akan terlunta-lunta. Jadi saya merasa sangat dipermainkan & sangat KECEWA SEKALI dengan Developer Maharaja Depok, mengingat rumah yang saya beli itu cukup mahal dan seharusnya menjadi perhatian pihak Developer.

Mohon kepada PT ABADI MUKTI GUNA LESTARI, sebagai Developer Komplek Maharaja Depok untuk segera menindak lanjuti complain saya dengan segera.


Tanggung Jawab Hotel Danau Toba 

Untuk keperluan bisnis perusahaan di Medan, beberapa kali kami menginap di Hotel Danau Toba International (HDTI). Terakhir 8 Maret 2000, kami sewa dua suite room (907 dan 906). Namun, 9 Maret 2000 sekitar pukul 05.00, saat itu kami masih tidur, terbangun oleh suara mencurigakan. Saya terkejut saat melihat seseorang ada di kamar yang kami tempati, sedang berlari menuju jendela bagian depan kamar. Begitu menyadari sebagai korban pencurian, saya segera menghubungi tamu kami di kamar 906 untuk menjadi saksi atas kejadian itu. Setelah itu, kami menghubungi pihak manajemen dan keamanan hotel. 

Setelah pihak manajemen dan keamanan hotel berkumpul di kamar, diadakan pemeriksaan barang-barang yang diduga diambil pencuri. Karena kejadian saat kami menjadi tamu HDTI Medan, tentu kami mengharapkan penyelesaian yang bijaksana dari pihak hotel. Di luar dugaan, pihak manajemen hotel tidak mau menyelesaikan permasalahan dan berdalih tidak pernah ada kejadian orang kehilangan barang di dalam kamar, terlebih lagi masuk dengan cara lewat balkon suite. Kerugian yang kami derita berupa uang tunai Rp 6 juta, mata uang asing sekitar Rp 3.901.350 dan HP Ericcson beserta SIM Card.


Tanggung Jawab Pengembang BSD

Setelah bersusah payah mengumpulkan sejumlah uang, akhirnya kami dan keluarga berhasil membeli sebuah rumah di perumahan Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang, melalui fasilitas kredit bank. Ketika ingin menempati rumah baru itu, kami dihadapkan kepada suasana yang tidak aman untuk melakukan pindahan karena ada preman yang mewajibkan menggunakan jasa tenaga setempat untuk melakukan bongkar-muat barang pindahan. Biaya yang diminta tidak rasional, dan tanpa jaminan keselamatan barang kami. 

Pihak pengembang BSD sepertinya mengambil kesempatan dalam kesempitan, dengan menawarkan jasa untuk pindah rumah dengan tarif tertentu berdasarkan jarak tempuh, dengan jaminan keamanan tanpa terganggu oleh para preman tersebut. Sebagai keluarga baru yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas, keadaan itu sangat merugikan. Setelah melakukan perhitungan, apabila kami melakukan pindahan secara sendiri tentu biayanya tidak akan semahal yang ditawarkan oleh pihak pengembang atau preman setempat. 

Namun, kami menghadapi situasi buah simalakama, menggunakan jasa preman dengan biaya irasional tanpa adanya jaminan keselamatan barang atau menggunakan jasa pengembang dengan tarif sesuai jarak tempuh, dan adanya jaminan keamanan terhadap gangguan para preman. Mohon perhatian dari yang berwajib untuk mengatasi permasalahan ini. Kami melihat tidak ada itikad dari pihak pengembang untuk mengatasi masalah premanisme dan justru bertindak sebaliknya mengambil kesempatan dalam kesempitan.


 

Sumber Kliping: Kompas - Media Indonesia - Suara Pembaruan - Republika - Suara Karya - TEMPO interaktif - Gatra - Kompas Cyber Media - Bisnis Indonesia

Bahan Kliping: Forum Pemerhati Masalah Konsumen

 

 

1
Hosted by www.Geocities.ws