Sattabi
tu angka namarilmu na timbo dohot angka parsimbora na
togu, ra godang do kesilapan ni akka hatakkon, alai
hubahen pe on sian angka pengalaman, komunikasi, dohot
manjaha bukku ni agama sian luat portibion, dohot
mangarahut holong na sian Debata Siasi Roha, ima
ompungta mula jadi nabolon. Dison hubahen do saotik
bahasa Indonesia.
Dimanapun dua orang asal PORSEA bertemu di daerah
perantuan, katakanlah di Jakarta atau di Amrerika,
mereka ini terus merasa seolah-olah berkerabat meskipun
belum pernah berkenalan sebelumnya, dan menurut ukuran
Barat tidak ada hubungan pamili sama sekali di antara
mereka. Namun berdasarkan DALIHAN NA TOLU setiap marga
merasa bersaudara (martutur). Apa lagi kalau
kedua-duanya mempunyai marga yang sama maka hubungan itu
rasanya amat dekat, tinggal meminta bantuan seorang ahli
adat yang dapat menelusuri jauh dekatnya hubungan
silsilah di antara dua insan tadi.
Memang
tepat sekali pengamatan dari ahli antropologi tersebut.
Kalau kedua orang di sebut tadi kebetulan mempunyai
marga Sitorus, maka pertanyaan pertama yang di ajukan
oleh seorang di antara mereka itu ialah " Sitorus
yang manakah Anda ?" yang disapa haruslah tahu
menjawabnya.
PORSEA adalah daerah di Sumatera-Utara dengan Dana Toba
sebagai pusatnya. Porsea ini merupakan dataran tinggi
yang diapit oleh gunung-gunung. Menurut mitos yang masih
hidup sampai sekarang, adapun leluhur pertama dari
seluruh orang Batak bernama Si Raja Batak, tinggalnya di
kaki gunung Pusuk Buhit; gunung ini letaknya di sebelah
barat Danau Toba. Turunan leluhur tersebut mendiami
seluruh pulau Samosir. Di kemudian hari sebagian di
antara mereka itu menyebrangi Danau Toba, lalu terpencar
ke segela penjuru mendiami daerah-daerah tertentu di
Sumatera- Utara.
KAMPUNG PORSEA
Kalau kita perhatikan pola bentuk kampung yang asli dari
zaman sebelum penjajahan di PORSEA terutama di
perkampungan porsea tersebut, maka tampaklah pada kita
bentuk-bentuk kampung itu pada umumnya sama. Di dalam
suatu huta (kampung) berderet rumah-rumah adat saling
menghadap; pada satu deretan ialah apa yang dinamai ruma,
dan dihadapannya berderet sopo ( rumah sambil lumbung
padi ). Yang dinamai sopo ini bentuknya mirip kerbau
betina, sedang ruma mirip kerbau jantan bertanduk. Dua
deretan rumah adat itu haruslah Utara-Selatan arahnya,
sebab kalau Timur-Barat maka halaman kampung itu menjadi
gelap karena bayangan ruma dan sopo itu semuanya jatuh
ke halaman kampung sehingga orang tidak bisa lagi
menjemur padi di situ. Apakah ruma atau sopo menghadap
ke gunung? sudah dengan sendirinya sopo menghadap ke
lurah (hilir), Oleh sebab orang yang menggotong karung
dari sawah bisa langsung menaiki tangga lalu masuk ke
dalam sopo. Sebaliknya ruma menghadap ke gunung.
Sekeliling kampung itu terdapat pohon bambu yang lebat,
dan di gerbang kampung (atau di sekitar gerbang itu di
luar kampung) biasanya ada pohon ara ( hariara ), yaitu
sejenis pohon yang lebih tinggi lagi daripada pohon
waringin.
Umumnya para penghuni asli yang ada di PORSEA, di setiap
kampung adalah turunan dari satu leluhur pria, demikian
pula para penghuni di setiap desa oleh karena desa
adalah perkembangan dari kampung asal. Jadi para warga
kampung dan desa mempunyai hubungan darah di antara satu
sama lain, sebagian besar menurut garis ayah dan
sebagian kecil para pria yang menjadi menantu didesa itu
beserta turunannya.
|