MEDAN
( Berita Sore) : Setelah hampir tigat tahun ketenangan
menyerati warga Porsea dalam melakukan aktivitas
kesehariannya, kini semuannya diusik kembali dengan akan
dioperasikannya kembali PT Inti Indorayon Utama (PT IIU)
atau PT Toba Pulp Lestari (TPL).
Bayangbayang
kepiluan itupun mulai terlihat saat warga yang tengah
mengadakan ulaon (pesta adat) di Simpang Siraituruk (Kamis
21 Nopember 2002) diusik oleh kehadiran truktruk PT IIU
yang dikawal oleh Brimob berusaha masuk ke lokasi pabrik
membawa bahanbahan baku.
Padahal,
sejak dihentikannya operasional PT IIU sejak tahun 1999
secara berangsurangsur kehidupan masyarakat Porsea sudah
mulai membaik dengan semakin meningkatnya hasil panen
padi, tambak ikan mas dan peternakan.
Namun,
ketenagan dan kodisi yang membaik di tingkat warga
Porsea ini sepertinya tidak direlakan oleh PT IIU.
Berbagai upaya selalu dilakukan untuk mengoperasikan
kembali pabrik yang telah banyak menimbulkan
kesengsaraan masyarakat. Upayaupaya tersebut mereka
lakukan mulai dari sosialisasi pengoperasian kembali
oleh Pemprop Sumut dan Pemkab Tobasa sampai membayar
orangorang, baik kaum intelektual maupun preman untuk
mendukung pengoperasian kembali PT IIU.
Berbagai
upaya perlawanan yang ditujukan oleh warga diabaikan
begitu saja oleh PT IIU, meskipun perlawanan tersebut
harus dibayar mahal dengan tewasnya Penuju Manurung,
Hermanto Sitorus dan 13 orang korban tewas akibat
longsor Bukit Tampean namun sikap penolakan terhadap
Reoperasional PT IIU masih tetap konsiten.
Dengan
dalih untuk peningkatan PAD bagi Kabupaten Toba Samosir
dan menyediakan lowongan kerja bagi putraputri Toba
Samosir, pemerintah dan pihak PT IIU/TPL tetap
memaksakan beroperasinya kembali 'Brimob
untuk melakukan pengawalan terhadap truktruk yang akan
memasukkan bahan baku ke lokasi pabrik.
Bahkan
aparat Brimob juga melakukan pemukulan terhadap warga
yang terus menolak beroperasinya kembali PT IIU dan
mencoba menghalangi masuknya bahanbahan baku PT IIU ke
lokasi pabrik.
Oleh
karena itu kami dari Bersama Pemuda HKBP (PPND X
MedanAceh), Permata GBKI, PIBPNB HKI SMT II, Yayasan
PERAK, Serikat Buruh Medan Independent, GMKI Cabang
Medan, BAKUMSU, PARBATO, Walhi Sumut, DPRD Sumut dan
Kelompok Pelita sejahtera (KPS), meminta kepada Kapolda
Sumut dan Kapolres Tapanuli Utara untuk segera
membebaskan 18 warga Porsea yang saat ini ditahan di
Polres Tarutung.
Meminta
kepada Kapolda Sumut dan Kapolres Tapanuli Utara untuk
segera menarik pasukan dari Kecamatan Porsea karena
telah menggangu kenyamanan warga dalam beraktivitas.
Pemerintah
dan aparat terkait lainnya untuk meninjau kembali
Reoperasional PT IIu, dan pemerintah agar segera
memutuskan tutupnya PT IIU/TPL secara permanen
sebagaimana tuntutan rakyat selama ini.
Pemerintah
agar segera menyelesaikan secara hukum kasuskasus
pelanggaran HAM yang dilakukan oleh PT IIU diantaranya
kematian Hermanto
Sitorus dan Panuju Manurung.
Meminta
warga Toba Samosir khususnya warga Porsea untuk tetap
tenang dan tidak terprovokasi oleh tindakantindakan
anarkis yang dilakuakn oleh pihakpihak yang tidak
menginginkan ketenangan di Toba Samosir.(rel/c.nun
Hindarkan
konflik horizontal di Porsea
JAKARTA
( Berita sore ) : Ketua Sub Komisi VIII DPRRI membidangi
Lingkungan Hidup Prof.DR.Ing Tunggul K Sirait meminta
pemerintah tidak getol untuk mengoperasikan kembali
pabrik pulp di desa Sosorladang Kecamatan Porsea
Kabupaten Tobasa, yang jelasjelas pengoperasian kembali
pabrik itu ditentang masyarakat Porsea.
'Bila
Pemerintah terus memaksakan kehendak dan tidak
mendengarkan suara rakyat Porsea, maka saya khawatir
akan terjadi konflik horizontal yang lebih dahsyat dari
pada peristiwa penuntutan pengoperasi pabrik pulp dan
rayon milik PT Inti Indorayon Utama yang kini berobah
nama menjadi PT Toba Pulp Lestari (TPL)',
tandasnya kepada Berita, Jumat (22/11) sesaat mendatangi
Mabes Polri untuk melancarkan protes atas caracara
penangkapan warga Porsea.
'Saya
tidak habis mengerti kenapa pemerintah berusaha keras
untuk mengoperasikan pabrik yang akan merusak lingkungan
hidup itu. Saya juga tidak mengerti kenapa pemerintah
begitu tega untuk kembali mengusik ketenangan masyarakat
Porsea yang sudah mengorbankan nyawa dan berjuang
bertahuntahun menutuntut penutupan pabrik pulp dan rayon
itu. Saya tidak habis pikir',
lanjut Tunggul Sirait.
Menurutnya,
penangkapan yang dilakukan terhadap 18 warga masyarakat
termasuk Ketua Suara Rakyat Bersama Musa Gurning dan
Pendeta HKBP resort Porsea Pdt Miduk Sirait sehubungan
dengan aksi yang menjurus pada pengeruskan kantor Camat
Porsea, tidak akan menyurutkan semangat masyarakat
Porsea untuk terus menentang pengoperasian kembali
pabrik pulp itu. '
Saya
yakin itu, sebab saya tahu betul hati nurani rakyat yang
mempercayai saya',
tegas anggota DPR dari daerah pemilihan Kabupaten Tobasa
ini.
Tunggul
Sirait juga menyatakan bahwa dirinya merasa telah
dibohongi Menteri Tenaga Kerja Jakob Nuwea yang berjanji
tidak akan mengoperasikan pabrik itu sebelum
Menteri berdialong langsung dengan masyarakat.
Jadwal
kunjungan menteri sudah diprogram tanggal
akhir bulan ini ke Porsea, tetapi kenapa sebelum
melakukan dialog sudah ada tindakan.
'Saya
akan pertanyakan masalah ini, dan Selasa (26/11)
mendatang
saya akan ke Porsea untuk mengumpulkan data dan
mengetahui secara jelas kronologisnya',
ujar Tunggul Sirait (aya
|