Sejak
zaman penjajahan,orang batak telah banyak
pergi merantau ke berbagai daerah, kota, bahkan
telah menyebar ke seluruh penjuru dunia dengan
harapan dapat memperbaiki keadaan ekonominya,
contohnya; Jakarta.Kemanapun orang batak pergi merantau, ia selalu membawa serta alamat-alamat
famili dekat atau famili jauh sebagai tempat
berteduh untuk sementara apabila diperlukan.Dan
dimanapun mereka menetap di daerah perantauan,
orang Batak Toba selalau berusaha mendirikan
gedung gereja dan perhimpunan semarga, keduanya
berbahasa pengantar bahasa Batak. Sering terdengar
dikalangan mereka itu ada kata bona ni
pasogit dan bona ni pinasa; arti khusus
kedua kata ini kampung halaman dan
desa asal pada khususnya dan sekitar Danau Toba (tapanuli
utara) pada umumnya.
Ditanah
perantauan, orang batak selalu berusaha mendirikan
perhimpunan,pada mulanya tidak berupa organisasi
tetapi lama lama kelamaan berbentuk
organisasi.Yang boleh menjadi anggotanya ialah
keluarga batih, yang meliputi dongan sabutuha dan
boru.
Di
Bandung pernah ada pada tahun 1950-an sebuah
perkumpulan bernama "Pardomuan" yang
membuka pintu bagi seluruh orang batak, meliputi
orang Toba, Angkola, Mandailing, Karo, Simalungun
dan Pakpak-Dairi. Didalam buku alamat perkumpulan
itu yang terbit pada tahun 1953, tercantum nama
708 orang, diantaranya 585 orang yang beragama
kristen protestan, 3 orang yang beragama katolik,
110 orang yang beragama islam, dan 10 orang tidak
tercantum agamanya.lama lama terbentuk juga
perkumpulan marga marga disana.
Fungsi
dari perkumpulan marga itu sendiri adalah
untuk memelihara nilai nilai yang terkandung dalam
DALIHAN NA TOLU.Urusan marga yang terpenting
adalah upacara perkawinan, mengoper kedudukan desa
ditanah Batak sebagai unit gotong royong. Marga
disini seolah olah masih turunan satu ayah karna
sebagai keturunan satu leluhur tidak boleh saling
mengawini.
Urusan
yang kedua dari perkumpulan marga diperantauan
ialah jika ada kematian, tidak menjadi soal apakah
yang meninggal itu sudah sarimatua atau
tidak.Didaerah perantauan peristiwa kematian
merupakan kesempatan untuk menunjukkan
solidaritas.Akhirnya yang menjadi urusan
perkumpulan marga diperantauan adalah reuni
tahunan atau yang diadakan sekali dalam beberapa
tahun .Tujuan dari reuni itu sendiri adalah supaya
para anggota saling mengenal dan dapat memperkuat
tali silahturahmi sesamanya .
Kesimpulannya
adalah hanya upacara perkawinan, upacara
sehubungan dengan kematian, dan ditambahan lagi
reuni tahunan atau yang diadakan sekali dalam
beberapa tahun, merupakan urusan dan tanggung
jawab perkumpulan marga.Segala upacara lainnya
merupakan urusan dari keluarga dekat;upacara ini
diadakan dirumah sipengundang.
Upacara
- upacara adat yang dilakukan oleh orang batak
diperantauan adalah berdasarkan prinsip adat
DALIHAN NA TOLU juga, sama seperti di bona pasogit,
yaitu seluruh masyarakat batak adalah adalah
bagaikan satu kerluarga besar, ada dongan sabutuha,
ada boru danhula - hula. Dalam pelaksanaan upacara
- upacara adat itu ada perbedaan - perbedaan kecil
timbul di berbagai tempat ditanah Batak, demikian
pula diperantauan, akan tetapi prinsipnya tetap
sama.
|