C M C Online
Tokoh2 Iman : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
: 11
I. L. Nommensen
[ Masa Mudanya Dihabiskan di Tanah Batak ]

Bagi kamu pemuda dan remaja yang dibesarkan di lingkungan gereja Batak , khususnya Gereja HKBP ( Huria Kristen Batak Protestan ) , nama Nommensen tentu bukanlah nama yang asing lagi. Malah, karena begitu terkenal di Sumatera Utara , nama itu juga dikenal oleh orang-orang percaya dari gereja lain maupun penduduk setempat yang bukan Kristen. Siapa dan dari manakah sebenarnya Nommensen ? Adakah kisah istimewa di masa mudanya yang dapat memberikan insipirasi maupun motivasi bagi kita anak muda Kristen di Indonesia ?

Nama lengkapnya Ingwer Ludwig Nommensen. Ia adalah seorang hamba Tuhan yang digelari Rasul Batak. Tidak berlebihan bila orang-orang percaya memberikan gelar itu padanya , karena ia sudah memberikan seluruh hidupnya bagi pekerjaan pekabaran Injil di tanah Batak , sampai berdirinya gereja HKBP yang kita kenal sebagai gereja Protestan terbesar di Indonesia.

Nommensen lahir 6 Februari 1834 di Pulau Noordstrand , sebuah pulau kecil di Jerman Utara. Ayahnya sangat miskin dan sakit-sakitan. Sejak kecil Nommensen terbiasa hidup dalam penderitaan. Pada umur 8 tahun ia sudah mulai mencari nafkah untuk membantu orang tuanya , dengan menggembalakan domba milik orang lain pada musim panas. Lalu pada musim dingin ia bersekolah. Pada usia 10 tahun ia menjadi buruh tani sehingga pekerjaan itu menjadi tidak asing lagi baginya. Semuanya ini nampaknya merupakan persiapan bagi pekerjaannya sebagai pekabar Injil yang tangguh di kemudian hari.

Pada 1846 , saat berusia 12 tahun , Nommensen mengalami kecelakaan serius. Sewaktu ia bermain kejar-kejaran dengan temannya , ia ditabrak kereta kuda. Kereta itu menggilas kakinya sampai patah. Terpaksa ia berbaring di tempat tidur berbulan-bulan lamanya. Teman-temannya biasanya datang menceritakan pengajaran dan cerita dari guru di sekolahnya.Termasuk cerita pengalaman para pendeta yang pergi memberitakan Injil kepada orang kafir. Nommensen pun sangat tertarik dengan cerita-cerita itu. Sementara lukanya makin parah sehingga ia tidak dapat berjalan sama sekali. Tapi , sekalipun sakit , Nommensen belajar merajut kaos , menjahit dan menambal sendiri pakaiannya yang robek.

Pada suatu hari ia membaca Yohanes 16:23-26, tentang pernyataan Tuhan Yesus bahwa barangsiapa meminta sesuatu kepada Bapa di surga, Bapa pasti akan mengabulkan. Nommensen pun bertanya kepada ibunya, apakah kata-kata Yesus itu masih berlaku.Ibunya menyakinkannya bahwa kata-kata itu masih berlaku. Ia meminta ibunya agar berdoa bersamanya. Dalam doa, Nommensen meminta kesembuhan, dan ia berjanji kalau ia disembuhkan maka ia akan pergi memberitakan injil kepada orang kafir. Doanya dikabulkan. Tak lama kemudian kakinya sembuh. Lalu kembalilah Nommensen menggembalakan domba.

Namun janjinya pada Tuhan selalu mendesaknya agar segera memenuhinya. Maka ia melamar menjadi penginjil. Beberapa tahun ia belajar sebagai calon penginjil. Sesudah lulus, ia berangkat ke Sumatra dan tiba pada Mei 1862 di Padang. Ia memulai misinya di Barus. Ia belajar bahasa Batak dan Melayu, dan ternyata dengan cepat bahasa-bahasa itu dikuasainya. Ia lalu mulai mengadakan kontak dengan orang Batak, terutama dengan raja-raja.Ia mempelajari adat-istiadat Batak dan mempergunakannya dalam mempererat pergaulan.

Nommensen meminta izin masuk ke pedalaman, tapi dilarang pemerintah, karena sangat berbahaya bagi orang asing.Nommensen tidak takut. Ia memilih Silindung sebagai tempat tinggalnya yang baru. Ia mendapat gangguan yang hebat, tapi ia tak putus asa. Ia berhasil mengumpulkan jemaatnya yang pertama di Huta Dame (Kampung Damai). Tahun 1873 ia mendirikan gedung gereja, sekolah dan rumahnya di Pearaja. Sampai kini Pearaja menjadi pusat HKBP.

Pekerjaan Nommensen diberkati Tuhan sehingga injil makin meluas. Sekali lagi ia memindahkan tempat tinggalnya ke kampung Sigumpar pada tahun 1891,dan ia tinggal di sini sampai wafat. Nommensen menerjemahkan PB ke dalam bahasa Toba. Ia juga berusaha memperbaiki pertanian dan peternakan. Sekolah-sekolah , balai-balai pengobatan dibukanya. Dalam misinya , ia menyadari perlunya melibatkan orang-orang Batak. Maka dibukanyalah sekolah penginjil yang menghasilkan penginjil-penginjil Batak pribumi. Demikian juga untuk memenuhi kebutuhan guru di sekolah , Nommensen membuka pendidikan guru. Nommensen meninggal pada usia sangat tua , 84 tahun , tepatnya pada tanggal 12 Mei 1918. Nommensen dikuburkan di Sigumpar, di tengah suku Batak , setelah bekerja untuk Tuhan demi keselamatan suku ini selama 57 tahun.


|Home|Buku Tamu|Topik|Tips|Humor|Galeri|Kisah Nyata!|Games|
|ns2lJC|Tokoh2 Iman|Ilustrasi|Direktori Kristen|About Us|
© 2001 by [email protected]
Hosted by www.Geocities.ws

1