Media Putra Totabuan Untuk Membangun Daerah
Index
Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Penutup

 

 

 

Kesimpulan

Pancasila bukanlah suatu yang baru bagi masyarakat Bolaang Mongondow. Sejak zaman purba, nilai-nilai Pancasila sudah terkandung dalam kehidupan sosial budaya masyarakat, yang meliputi berbagai aspek kehidupannya dan masih tetap terpelihara sampai kini, dengan contoh antara alin :

bulletSila I : sejak zaman purba penduduk telah mengenal adanya suatu kuasa di atas segala yang yang berkuasa. Mereka percaya bahwa segala sesuatu di bumi ini ada pencipta dan pemiliknya. Bila masyarakat hendak merombak hutan untuk diperkebuni, maka para tonawat mengadakan suatu upacara untuk memohon izin Ompu Duata (Yang Maha Kuasa) agar mereka terhindar dari bencana dan berhasil dalam usaha pertaniannya.
bulletSila II : Keluhuran budi pekerti anggota masyarakat dibuktikan dalam tutur kata, pembawaan, tingkah laku, tindak tanduk dalam kehidupan sehari-hari. Mereka tidak melakukan hal-hal yang dapat mengganggu ketertiban pribadi seseorang, tidak menyakiti hati orang lain, tidak mengambil milik orang lain secara semena-mena, tidak membunuh (kecuali dalam perang), suka menolong orang yang berkekurangan atau yang hidup mederita, karena cinta sesama manusia.
bulletSila III : Walaupun kelompok masyarakat terpencar-pencar ke segala penjuru tempat karena kepentingan mencari nafkah hidup, namun mereka tetap merasa satu keluarga besar (dalam satu kekeluargaan) bahkan setiap gangguan dari luar dihadapi bersama. Tiap kelompok masyarakat memilih pimpinan penjaga keamanan (umpung pongayow = hulubalang) dan memiliki semacam pasukan keamanan. Pada saat Belanda mencoba mencampuri urusan pemerintahan (awal abad 20), timbul pemberontakan terhadap Belanda dipimpin Hatibi Dibo Mokoagow dan sangadi Eman, karena tidak ingin dijajah dan tetap mempertahankan kemerdekaan.
bulletSila IV : setiap rencana kegiatan besar atau kecil selalu diawali dengan musyawarah oleh para pimpinan, tokoh adat, bogani, tonawat, guhanga, unsur pimpinan masyarakat yang lain guna mendapatkan kesepakatan, karena apa yang hendak mereka kerjakan adalah untuk kepentingan umum, kepentingan bersama demi kesejahteraan seluruh anggota masyarakat. Bahkan dalam pemerintahan kerajaan sebelum adanya pengaruh luar, raja tidak boleh berlaku sewenang-wenang tetapi selalu memintakan pendapat para pembantunya dan unsur pimpinan masyarakat yang lain (semacam dewan penasehat raja).
bulletSila V : semua pekerjaan dikerjakan atau diselesaikan dengan rasa tanggung jawab yang besar untuk kesejahteraan setiap anggota masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik (meningkatkan taraf hidup setiap anggota masyarakat) melalui pogogutat, tonggolipu’, dan posad atau mokidulu.

Penutup

Setelah Indonesia merdeka dan pancasila sebagai hasil galian dari kebudayaan bangsa yang luhur dijadikan sebagai satu-satunya dasar kehidupan seluruh rakyat Indonesia tercinta ini, maka nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kehidupan sosial budaya bangsa, telah lebih dimantapkan untuk dilestarikan dan diwariskan kepada generasi penerus perjuangan dan pembangunan. Maka rakyat Bolaang Mongondow sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang bermukim di salahsatu wilayah Indonesia di Sulawesi Utara turut menyumbangkan unsur-unsur kebudayaan yang bernilai luhur sebagai warisan dari para leluhur.Perlu kiranya ditambahkan bahwa beberapa upacara adat yang pernah dimiliki oleh masyarakat Bolaang Mongondow, kini tidak diadakan lagi karena dianggap sudah bertentangan dengan norma-norma keagamaan. Namun ada beberapa upacara adat yang kiranya dapat menarik wisatawan domestik dan mancanegara untuk berkunjung ke daerah ini, antara lain :

bulletAimbu, yaitu sejenis upacara yang dilakukan dengan menyanyikan lagu-lagu tradisional dengan gerakan tertentu pada pelaksanaan pesta keluarga seperti pada pelaksanaan acara tobok (melubangi cuping telinga anak gadis), acara le’ad (meratakan gigi gadis), acara ponondeaga’an (=inisiasi = pengalihan status remaja ke status pemuda dalam memasuki jenjang perkawinan). Oleh sebab itu maka lirik lagu aimbu disesuaikan dengan jenis upacara yang diadakan. Acara aimbu diadakan semalam suntuk beberapa malam berturut-turut, mulai 3 malam sampai 40 malam, berdasarkan kemampuan keluarga yang menyelenggarakannya.
bulletMorudak, sejenis permainan rakyat terutama antara muda-mudi yang biasanya diadakan bila musim buah-buahan melimpah (lihat perkenalan muda mudi).
 

Beberapa upacara adat yang dianggap tidak sesuai lagi dengan keadaan pada masa pembangunan sekarang ini, karena telah bertentangan dengan norma-norma keagamaan, tidak dapat dilanjutkan pelaksanaanya, misalnya :

Monibi, yaitu upacara pengobatan kampung yang diadakan sekali dalam setahun. Seluruh anggota masyarakat turut terlibat dalamnya. Upacara monibi ini diadakan untuk menolak berbagai macam penyakit mewabah, atau menghindarkan bencana yang bakal menimpa penduduk. Upacara monibi terakhir diadakan pada tahun 1939 di desa Kotobangon (tempat kedudukan istana raja) dan di desa Matali (tempat pemakaman raja dan keturunannya).
Monayuk, yaitu upacara pengobatan yang mulai diadakan sejak kelahiran Mokodoludut yang sakit-sakitan sejak kecil.
Mongalang, yaitu upacara pada saat kematian raja atau keluarganya. Pada saat seperti itu dilagukan dete-dete, yaitu lagu duka.
Momolapag
, yaitu upacara penyembahan kepada roh leluhur dengan menyediakan sajian bagi yang disembah.

Sumberdata

bulletCatatan sebagai hasil wawancara dengan beberapa tokoh budayawan Bolaang Mongondow antara lain : Bapak J.W.Manoppo, mantan Wedana Mongondow, Bapak S.A. Sugeha, mantan Ass. Wedana Kotabunan, Bapak K.C. Mokoginta, mantan Ass. Wedana Passi.
bulletBeberapa catatan dari : Bapak M.A. Sugeha, mantan pengacara hukum, Bapak Amun Jambo, budayawan dari desa Matali.
bulletHasil percakapan dengan bapak D. Lomban, guru, budayawan, sekaligus sebagai mantan pamong praja.
bulletHasil percakapan tanggal 15 Pebruari 1977 dengan bapak B. Gilalom, budayawan dari desa Poyowa besar.
bulletOver de Vorsten van Bolaang Mongondow (W. Dunnebier).
bulletBeschrijving van het adatrecht in Bolaang Mongondow (R.P.Notosoesanto).
bulletSejarah pendidikan daerah Sulawesi Utara (Drs. L. Th.Manus dan kawan-kawan 1980).
bulletSejarah perkembangan Kotamobagu sebagai Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow (Drs. L.Th. Manus dan kawan-kawan 1978).
bulletPengalaman selama menjadi kepala kantor pembinaan kebudayaan Kabupaten Bolaang Mongondow (1963-1975).

Diketik ulang dari : Bernard Ginupit, Kebudayaan Daerah Bolaang Mongondow, 1996

 
  

1
Hosted by www.Geocities.ws