Media Putra Totabuan Untuk Membangun Daerah
Index
Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Penutup

 

 

 

TINJAUAN BUDAYA DALAMA BERBAGAI ASPEK KEHIDUPAN MASYARAKAT

Asal Mula penduduk
Penduduk Bolaang Mongondow berasal dari keturunan Gumalangit dan Tendeduata serta Tumotoibokol dan Tumotoibokat. Tempat tinggal mereka di gunung Komasaan (wilayah Bintauna). Makin lama turunan kedua keluarga itu semakin banyak, sehingga mereka mulai menyebar ke timur di tudu in Lombagin, Buntalo, Pondoli', Ginolantungan. Ke pedalaman di tempat bernama tudu im Passi, tudu in Lolayan, tudu in Sia', tudu in Bumbungon, Mahag, Siniow dan lain-lain. Peristiwa perpindahan ini terjadi sekitar abad 8 dan 9. Pokok pencaharian adalah berburu, mengolah sagu hutan, atau mencari sejenis umbi hutan, menangkap ikan. Pada umumnya mereka belum mengenal cara bercocok tanam.

Pimpinan kelompok Masyarakat
Setiap kelompok keluarga dari satu keturunan dipimpin oleh seorang bogani, pria atau wanita, yang dipilih dari anggota kelompok dengan persyaratan tertentu, antara lain : memiliki kemampuan fisik, (kuat), berani, bijaksana, cerdas, serta mempunyai tanggung jawab terhadap kesejahteraan kelompok dan keselamatan dari gangguan musuh. Berlaku sistem demokrasi. Bogani-bogani itu didampingi oleh para tonawat, yaitu orang-orang yang mengetahui perbintangan, ahli penyakit dan pengobatannya, disamping bertugas sebagai penasehat pimpinan. Setiap pekerjaan diselesaikan bersama untuk kesejahteraan seluruh anggota kelompok (gotong royong).
Sebelum memulaikan sesuatu pekerjaan besar, dimusyawarahkan untuk mencapai kesepakatan. Pada saat-saat tertentu seluruh pimpinan kelompok para bogani) berkumpul untuk musyawarah. Merka sudah mengenal Ompu Duata (Yang Maha Kuasa ), yang berkuasa atas segala sesuatu dan mengadakan upacara ritual sebelum mengerjakan pekerjaan besar. Pada setiap permulaan suatu usaha, kegiatan atau pada saat upacara pengobatan, selalu Mongompu', menyebut nama Ompu Duata agar usaha mereka berkenan dan dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa. Berdasarkan kepercayaan mereka itu, maka pantang bagi setiap anggota masyarakat untuk melakukan hal-hal yang jahat, yang tidak berkenan kepada Ompu Duata. Juga mereka sudah memiliki semacam peraturan yang harus dipatuhi. Setiap pelanggar dikenakan sanksi antara lain dikucilkan atau disisihkan dari masyarakat.

Adat Perkawinan
Setiap rencana perkawinan diatur oleh orang tua. Anak masih patuh pada keinginan orang tua. Seorang pemuda yang sudah dewasa diberi bekal ketrampilan oleh orang tuanya, sebagai persiapan memasuki jenjang perkawinan, berupa ketrampilan mengolah sagu hutan, berburu, memasak garam (modapug), dan lain-lain. Bila sudah cukup persiapan, orang tua akan memberi tahu calon isteri dari keluarga tertentu. Diadakanlah musyawarah antara keluarga kedua belah pihak. Dan pada saat yang baik, calon suami disertai kaum keluarga membawa hasil-hasil olahan calon suami menuju ke rumah calon isteri. Perkawinan diresmikan dan direstui orang tua kedua belah pihak bersama sanak saudara, maka resmilah perkawinan itu.

 

 
 
  

1
Hosted by www.Geocities.ws