Abdullah
Bin Malik Namanya:
Abdullah bin Malik bin Al-Qisybi Jundub bin Nadhlah bin Abdillah bin Nashr
bin Al-Azd Al-Azdi. Nama panggilannya adalah Abu Muhammad. Namun beliau
terkenal dengan nama aslinya di atas.
Kehidupannya: Ayahnya Malik
bin Al-Qisybi pernah melakukan sumpah setia dengan Mutthalib bin Abdi
manaf dan beberapa lama kemudian ia kawin dengan Buhainah binti Al-Harts
bin Abdil-Mutthalib. Dari perkawinan ini lahirlah Abdullah di atas.
Beliau mendapat petunjuk
daripada Allah SWT memeluk agama Islam sejak lama. Kemungkinan sekali
beliau mengikuti terus perjuangan Nabi saw dalam mengembangkan agama Islam
sejak hijrahnya.
Ketika kewajiban shaum/puasa
telah difardhukan beliau melaksanakannya dengan penuh kesungguhan sehingga
menjadi suatu kebiasaannya. Demikianlah tatkala beliau mengetahui tentang
shaumuddahri/puasa sepanjang tahun, ibadah itu tidak sulit dikerjakannya
setiap hari sehingga wafatnya.
Sayang sekali tidak dapat
kita ketahui bagaimana perjuangan beliau setelah wafatnya Nabi saw. Hanya
dapat diketahui bahwa beliau mempunyai sebuah rumah dan berdiam di tengah
wadi Raim lebih kurang tiga puluh mil jauhnya dari kota Madinah. Karena
itu kemungkinan besar disebabkan wara' dan taqwanya beliau mengasingkan
diri sejak peristiwa pembunuhan khalifah Usman hingga wafatnya pada akhir
masa khalifah Marwan. Malah Ibnu Zabr menyatakan tahun wafatnya ialah
tahun 56 H.
Riwayatnya:
Hadits-hadits riwayat beliau terdapat dalam Shahih Muslim sebagaimana
terdapat dalam beberapa Sunan. Dalam Sunan diambil dari Riwayat Al-A'raj,
Muhammad bin Yahya bin Hibban dan Hafash bin 'Ashim
AISYAH SHIDDIQ
Aisyah adalah salah seorang
putri tersayang Sayidina Abu Bakar, sahabat Nabi yang setia, yang kemudian
menggantikan Nabi sebagai khalifah yang pertama. Ia lahir di Mekkah 614 M,
delapan tahun sebelum permulan zaman hijrah. Orang tuanya sudah memeluk
agama Islam. Sejak kecil anak gadis itu telah dididik sesuai dengan
tradisi paling mulia, agama baru itu, dan dengan sempurna dipersiapkan dan
diberinya hak penuh untuk kemudian menduduki tempat yang mulia.
Ia menjadi isteri Nabi
selama 10 tahun . Masih muda sewaktu dinikahkan dengan Nabi, tetapi ia
memiliki kemampuan sangat baik sehingga dapat menyesuaikan diri dengan
tugas barunya. Kehadirannya membuktikan bahwa ia seorang yang cerdas dan
setia, dan sebagai isteri, sangart mencintai tokoh dermawan paling besar
bagi umat manusia. Di seluruh dunia, ia diakui sebagai pembawa riwayat
paling otentik bagi ajaran Islam seperti apa yang telah disunahkan oleh
suaminya. Ia dianugerahi ingatan yang sangat tajam, dan mampu mengingat
segala pertanyaan yang diajukan para tamu wanita kepada Nabi, serta juga
mengingat segenap jawaban yang diberikan oleh Nabi. Diingatnya secara
sempurna semua kuliah yang diberikan Nabi kepada para delegasi dan jamaah
di masjid. Karena kamar Aisyah itu bersebelahan dengan masjid, dengan
cermat dan tekun ia mendengarkan dakwah, kuliah dan diskusi Nabi dengan
para sahabat dan orang-orang lain. Ia mengajukan juga
pertanyaan-pertanyaan kepada Nabi tentang soal-soal yang sulit dan rumit
sehubungan dengan ajaran agama baru itu. Hal-hal inilah yang menyebabkan
ia menjadi ilmuwan dan periwayat yang paling besar dan paling otentik bagi
sunnah Nabi dan ajran Islam.
Aisyah tidak ditakdirkan
hidup bersama-sama dengan Nabi untuk waktu yang lama. Pernikahannya itu
berlangsung hanya 10 tahun saja. Tahun 11 H, 632 M, Nabi wafat dan
dimakamkan di kamar yang di huni Aisyah.
Nabi digantikan oleh sahabat
yang setia, Abu Bakar, sebagai khalifah Islam yang pertama. Aisyah terus
menduduki urutan kesatu, dan setelah Fatimah meninggal dunia pada tahun 11
H, Aisyah dianggap sebagai wanita yang paling penting di dunia Islam.
Tetapi ayahnya, Abu Bakar, tidak berumur panjang. Ia meninggal dunia 2,5
tahun setelah wafat Nabi.
Selama kekuasaan Umar al-Faruq
yang kedua, Aisyah menduduki posisi sebagai ibu utama di seluruh
daerah-daerah Islam yang secara cepat makin meluas. Orang datang untuk
meminta nasehat-nasehatnya yang bijaksana tentang segala hal yang penting.
Umar terbunuh dan kemudian
khalifah Usman. Dua peristiwa kesyahidan tersebut telah mengguncangkan
sendi-sendi negara baru itu, dan menjurus kepada perpecahan yang tragis di
kalangan umat Islam. Keadaan itu sangat merugikan agama yang sedang
menyebar luas dan berkembang dengan cepat, yang pada waktu itu telah
menjalar sampai ke batas pegunungan Atlas di sebelah barat, dan ke
puncak-puncak Hindu Kush di sebelah timur.
Aisyah tidak dapat tinggal
diam sebagai penonton dalam menghadapi oknum-oknum pemecah belah itu.
Dengan sepenuh hati ia membela mereka yang menuntut balas atas kesyahidan
khalifah yang ketiga. Di dalam Perang Unta, suatu pertempuran melawan Ali,
khalifah yang keempat, pasukan Aisyah kalah dan ia terus mundur ke madinah
di bawah perlindungan pengawal yang diberikan oleh putra khalifah sendiri.
Beberapa orang sejarawan
yang menaruh minat terhadap peristiwa itu, baik yang Muslim maupun yang
bukan, memberikan kritik kepada Aisyah dalam pertempuran melawan Ali.
Tetapi tidak seorang pun yang meragukan kesungguhan hati dan keyakinan
Aisyah untuk menuntut balas bagi darah Usman.
Aisyah menyaksikan berbagai
perubahan yang dialami oleh Islam selama 30 tahun kekuasaan Khalifah yang
saleh. Ia meninggal dunia tahun 678 M. ketika itu kekuasaan berada di
tangan Muawiyah. Penguasa ini amat takut kepada Aisyah dengan
kritik-kritiknya yang pedas berkenaan dengan negara Islam yang secara
politis sedang berubah itu.
Ibu utama agama Islam ini
terkenal dengan bermacam ragam sifatnya, kesalehannya, umurnya,
kebijaksanaannya, kesederhanaannya, kemurahan hatinya, dan kesungguhan
hatinya untuk menjaga kemurnian riwayat sunnah Nabi.
Kesederhanaan dan
kesopanannya segera menjadi obor penyuluh bagi wanita Islam sejak waktu
itu juga. Ia menghuni ruangan yang berukuran kurang dari 12x12 kaki
bersama-sama dengan Nabi. Ruangan itu beratap rendah, terbuat dari batang
dan daun kurma, diplester dengan lumpur. Pintunya cuma satu, itu pun tanpa
daun pintu, dan hanya ditutup dengan secarik kain yang digantungkan di
atasnya.Selama masa hidup Nabi, jarang Aisyah tidak kekurangan makan. Pada
malam hari ketika Nabi menghembuskan nafasnya yang terakhir, Aisyah tidak
mempunyai minyak untuk menyalakan lampu, dan makanan tidak ada sedikitpun.
Waktu khalifah Umar berkuasa,
isteri dan beberapa sahabat Nabi mendapatkan tunjangan yang cukup besar
tiap bulannya. Aisyah jarang menahan uang atau pemberian yang diterimanya
sampai keesokan harinya, karena semuanya itu segera dibagikan kepada
orang-orang yang membutuhkannya. Pada suatu hari di bulan Ramadhan, waktu
Abdullah bin Zubair menyerahkan sekantung uang sejumlah satu lakh dirham,
Aisyah membagikan uang itu sebelum waktu berbuka puasa.
Aisyah pada zamannya
terkenal sebagai orator. Pengabdiannya kepada masyarakat, dan usahanya
untuk mengembangkan pengetahuan orang tentang sunnah dan fiqih, tidak ada
tandingannya di dalam catatan sejarah Islam. Jika orang menemukan
persoalan mengenai sunnah dan fiqh yang sukar untuk dipecahkan, soal itu
akhirnya di bawa ke Aisyah, dan kata-kata Aisyah menjadi keputusan
terakhir. Kecuali Ali, Abdullah bin Abbas dengan Abdullah ibn Umar, Aisyah
jug termasuk kelompok intelektual di tahun-tahun pertama Islam.
Ibu agung agama Islam ini
menghembuskan nafasnya yang terakhir 17 Ramadhan, 58 H (13 Juli, 678 M).
kematiannya menimbulkan rasa duka terutama di Madinah dan di seluruh dunia
Islam.
Aisyah bersama Khadijah dan
Fatimah az-Zahra dianggap sebagai wanita yang paling menonjol di kalangan
wanita Islam. Kebanyakan para ulama menempatkan Fatimah ditangga teratas,
diikuti Khadijah, dengan Aisyah yang terakhir.Menurut Allama ibn Taimiyah,
Fatimahlah yang berada di tempat teratas, karena ia itu anak tersayang
Nabi, Khadijah itu agung karena dialah orang pertama yang memeluk agama
Islam. Tetapi, tidak seorang pun yang menandingi Aisyah mengenai
peranannya dalam menyebarluaskan ajaran Nabi.
Abdullah
Bin Syikhkhir
Namanya
Abdullah b. Syikhkhir b. 'Auf b. Ka'ab b. Waqdaan b. Hariesy b.Ka'ab b.
Rabi'ah b. 'Amir Al-'Amiri, Al-Hariesyi ra.
Kehidupanya
Tidak ada diterangkan mengenai riwayat hidup beliau ini. Hanya beliau
termasuk sahabat yang meriwayatkan hadist yang disebut oleh Muslim dalam
Shahihnya menyendiri dari Bukhori dalam dua hadist.
Orang berhasil mengambil
hadist riwayat beliau dari Rasulullah saw sebanyak enam hadist. Malah Al-Hafizh
Al-Mazzi meriwayatkan dalam kitabnya Al-Atharaaf sebanyak sembilan hadist.
Dalam Riadhus-Shalihin
disebutkan riwayat beliau tentang Nabi saw menangis ketika dalam shalatnya.
Abdullah
Bin Busyr Al-Aslami
Namanya
Abdullah Bin Busyr Al-Aslami, sedang nama panggilanya ialah Abu Shafwan
atau Abu Busrin.
Kehidupanya
Beliau termasuk orang-orang yang terdahulu masuk Islam, sebab beliau
mengalami melakukan sembahyang kepada dua kiblat: mula pertama kiblat
baitulmaqdis dan kedua barulah berkiblat ke Ka'bah di Mekah.
Sudah tentu beliau dapat
mengikuti jejak Rasulullah saw, kemanapun beliau berada, baik dalam kota
maupun di luar kota, baik dalam keadaan damai maupun dalam keadaan perang.
Beliau dikatakan oleh Hafizh
Ibnu Hajar, "Adalah seorang shahabat kecil yakni masih kanak-kanak,
ia dan orang tuanya adalah shahabat." Ibnu Atsir menerangkan bahwa
beliau adalah shahabat Nabi saw begitu juga kedua ibu bapaknya, saudara
laki-laki bernama Athiah dan saudara perempuannya bernama Suamma'.
Beliau mempunyai semacam
tahilalat besar pada bagian mukanya. Ia mendapat kehormatan dari Nabi saw
dengan doa, ketika pada suatu hari Nabi saw meletakan tangannya yang mulia
ke atas kepala Abdullah ini lalu mendoakannya, kemudian beliau bersabda,
"Anak ini akan hidup (panjang usianya) sampai satu abad." Dan
sambungnya lagi, "Ia tidak akan meninggal sehingga hilang terlebih
dahulu tahilalat dari bagian mukanya."
Demikianlah Abdullah bin
Busr panjang usianya hingga mencapai seratus tahun. Al-Hafizh Ibnu Hajar
mengatakan, "Hingga mencapai usia sembilan puluh empat tahun dan
beliau meninggal pada tahun 88 H. Dan memang sebelum meninggalnya telah
tidak kelihatan lagi tahilalat itu."
Ada orang mengatakan bahwa
beliau meninggal di Himsh dalam daerah siriya. Beliaulah shahabat yang
terakhir wafat di negeri Himsh itu malah ia pula shahabat yang terakhir
sekali meninggal dunia di daerah Syam/Siriya, pada tahun 96 H.
Diantara hdist yang
diriwayatkan beliau juga mengenai panjang umur, "Orang yang paling
baik itu ialah orang yang panjang usianya dan baik pula amal kerjanya."
Dan dalam hidupnya beliau telah pula berdaya upaya untuk dapat memenuhi
maksud hadist yang diriwayatkannya itu. Memang Islam tersebar, dibela dan
dimuliakan oleh para pemuda yang berbakat dan berakhlaq seperti beliau ini.
Beliau wafat pada zaman
khalifah Sulaiman bin Abdul Malik, pada tahun 88 H atau 96 M.
Riwayatnya
Riwayat hadist yang dikumpulkan orang-orang dari beliau ada sebanyak 50
hadist. Bukhori sendiri meriwayatkan satu hadist, begitu juga Muslim satu
hadist.
Abdullah
Bin Hisyam
Namanya
Abdullah bin Hisyam bin Zuhrah bin Usman bin 'Amr bin Ka'ab bin Sa'ad bin
Taim bin Murrah At-Taimi Al-Qurasyiy. Ibunya bernama Zainab binti Humaid
r.a.
Kehidupanya
Beliau dilahirkan pada tahun keempat Hijriyah. Setelah ibunya merasa agak
segar sehabis melahirkannya, bayi itu dibawanya kehadapan Nabi saw sambil
berkata, "Ya Rasulullah ! Lakukanlah Bai'ah kepadanya". Tapi
karena masih bayi Nabi saw tidak melakukan bai'ah kepadanya hanya
diusapnya kepala bayi itu sambil didu'akanya, untuk mendapat berkat.
Demikian cundanya Abu Uqail
Zuhrah bin Ma'bad bercerita bahwa ia pernah dibawa berjalan oleh
datundanya Abdullah bin Hisyam ini ke pasar untuk membeli makanan. Ketika
berjumpa dengan Ibnu Umar dan Ibnu Zubair keduanya berkata kepada
datundanya, "Ikut sertakanlah kami memakannya, karena Nabi saw telah
mendu'akanmu mendapat berkat".
Beliaulah pula yang
menceritakan bahwa para sahabat Nabi saw mempelajari du'a bagaimana
mempelajari Al-Quran, bilamana memasuki bulan baru atau tahun baru, "Ya
Tuhan masukanlah kami ke dalam lingkungan bulan atau tahun baru ini dengan
rasa aman, penuh iman, mendapat keselamatan dan damai, mendapat
perlindungan-Mu dari pada gangguan syaitan dan mendapat keridhaan
daripada-Mu yang bersifat pengasih lagi penyayang".
Tidak ada keterangan
bagaimana perjuangan beliau setelah dewasa dalam akhir-akhir zaman
khalifah Umar dalam zaman khalifah-khalifah Usman dan Ali, sehingga wafat
dalam zaman khalifah Mu'awiah di tempat kediamannya di Madinah.
Riwayatnya
Beliau mendapat kehormatan dari Allah SWT dengan pengabdian namanya dalam
Shahih Bukhari dan kitab-kitab enam yang lainya. Cundanya Abu Uqail Zuhrah
bin Ma'badlah yang sering meriwayatkan hadist nabi saw daripadanya.
Abdullah
Bin Sirjis
Namanya
Abdullah b. Sirjis Al-Muzani dari qabilah Muzainah. Beliau pernah
bersumpah setia dengan Bani Makhzum.
Kehidupanya
Abdullah salah seorang sahabat Nabi saw yang pernah makan roti dan daging
bersama beliau dan ia pernah melihat cap kenabian Rasulullah saw (Khatamun
Nubuwah). Dalam hadist riwayatnya juga pernah ia mohon kepada Nabi saw
untuk minta kepada Allah agar mengampuni dosanya. Beliau tinggal di
Bashrah.
Riwayatnya
Allah SWT telah berkenan mengabdikan nama beliau dalam 17 (tujuh belas)
hadist, di antaranya disebutkan Muslim sendiri saja tiga hadist. Selain
dari itu tersebar dalam Sunan-sunan yang empat. Diantara tiga hadist yang
disebutkan dalam Muslim ialah, "Adalah Rasulullah saw apabila hendak
berangkat bepergian beliau berlindung (memohon perlindungan Allah SWT)
dari lelahnya perjalanan, berbaliknya kepada keadaan yang menyedihkan
jatuhnya atau menurunnya keadaan sesudah mendapat ketinggian atau
berbaliknya dari tetap pendirian menjadi tidak tetap atau menjadi mundur
setelah tadinya maju dan bertambah-tambah, juga dari doa orang teraniaya
dan melihat pemandangan yang tidak menyenangkan pada atau dalam keluarga/ahli-famili
dan harta."
Abdullah
Bin As-Saaib
Namanya
Abdullah b. As-Saaib Shaifi b. Aidz b. Abdullah b. Amr b. Makhzum Al-Makhzumi.
Nama Panggilanya ialah Abu
Abdirrahmaan, namun beliau terkenal dengan nama aslinya.
Kehidupanya
Abdullah b. As-Saaib pada akhir hayatnya berdiam di Mekah. Beliau termasuk
shahabat yang hafal Al-Qur'an dan ahli baca Al-Quran terutama bagi kota
Mekkah. Beliau diberi nama julukan "Qori' Mekkah." Beliau pernah
juga belajar Al-Quran pada sahabat terkenal Ubai bin Ka'ab ra.
Beliau ketika pembebasan
kota mekkah (fat-hu Makkah) pernah dalam sholat berjamaah shubuh mendengar
Nabi saw membaca surat Al-Mukminin (lihat Muslim).
Beliau Pula yang
meriwayatkan hadist yang menyatakan bahwa Nabi saw sering membaca doa,
"Rabbana Atina fid-dunia hasanah dan seterusnya," di antara dua
sudut Ka'bah, rukun Yamani dan rukun Hajar Aswad.
Demikianlah beliau tinggal
berdiam di Mekkah hingga menutup usianya pada masa Khalifah Abdullah bin
Zubair ra. Ketika kuburan beliau telah selesai, Abdullah bin Abbas berdiri
dekat kuburan itu sambil berdoa.
Riwayatnya
Allah SWT menganugerahkan kepada beliau nama yang abadi yang termaktub
dalam shahih Muslim satu hadist sedang linya terdapat dalam Sunan yang
empat. Hingga hadist riwayat beliau semuanya berjumlah 7 (tujuh) hadist.
Abdullah
Bin Zaid Bin 'Ashim
Namanya
Abdullah bin Zaid bin 'Ashim bin Ka'ab bin 'Amr bin A'uf bin Mabdzul bin 'Amr
bin Ghunm bin Mazin Al-Mazini Al-Anshari ra.
Nama Panggilanya ialah Abu
Muhammad. Beliau terkenal juga dengan Ibnu Ummi 'Amarah. Namun sangat
terkenal dengan nama aslinya.
Ibunya bernama Nusaibah
binti Ka'ab bin 'Amr bin A'uf yang terkenal dengan Ummu 'Amarah pahlawan
sahabat wanita dan srikandi yang terkenal dalam sejarah Islam. Jadi beliau
adalah saudara Hubaib dan Tamiem bin Zaid ra.
Kehidupanya
Menurut Abu Ahmad Al-Hakim,
Ibnu Madah dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak bahwa beliau ikut bertempur
dalam ghazwah Badr apalagi ghazwah Uhud dan seterusnya.
Ketika zaman khalifah Abu
Bakr, beliau ikut pula bersama-sama dengan ibunya Nusaibah dan
saudara-saudaranya Hubaib dan Tamiem, bertempur dalam perang menumpas
gerakan Musailimatul Kadzdzab. Sebelumnya Musailimah telah menyiksa
saudaranya Hubaib memotong anggota badannya satu persatu hingga akhirnya
ia gugur sebagai syahied. Mendengar peristiwa yang mengerikan itu semangat
jihad kaum muslimin tambah meluap. Hingga akhirnya Abdullah b. Zaid ini
berhasil bersama-sama dengan wahsyi b. Harb (yang pernah membunuh Hamzah,
paman Nabi saw dalam ghazwah Uhud sewaktu ia masih kafir) membunuh
Musailimah itu sendiri dengan pedangnya. Dengan kejadian itu ibunya Ummu
Amarah Nusaibah sangat merasa puas dan bersyukur pada Tuhan apalagi dengan
gugurnya kedua anak kandungnya Hubaib dan Tamiem sebagai syahied.
Riwayat perjuangan beliau
dalam ketiga zaman khulafa lainnya tidak pernah penulis jumpai. Ketika
Yazied yang sangat ambisius kekuasaan itu memaksa orang-orang untuk
mengakuinya sebagai khalifah, beliau tidak mau melakukan bai'ahnya. Beliau
berkata: "Demi Allah aku tidak mau melantik seseorang sesudah
Rasulullah SAW." Demikianlah beliau dibunuh dengan tenang dalam
peristiwa HARRAH pada tahun 63 H. di Madinah.
Beliau meriwayatkan hadts
wudhu dan beberapa hadits lain lagi sedang para Tabi'ien yang berhasil
mengambil riwayat dari beliau ialah antara lain Said b. Musaiyab, Abbad b.
Tamiem anak saudaranya, Yahya b. Amarah, Wasi' b. Habana dan lain-lain.
Abdullah
Bin Zam'ah
Namanya
Abdullah bin Zam'ah bin Aswad bin Muttalib bin Asad bin Abdul-Uzza Al-Asadi
Al-Qurasyi ra. Ibunya bernama Quraibah binti Umaiyah.
Kehidupanya
Ibunya adalah saudara Ummul-Mukminin Ummu Salamah ra. Jadi beliau adalah
keponakannya. Karena itu beliau termasuk orang bangsawan Quraisy dan juga
berpengaruh dalam kaumnya.
Bapaknya Zam'ah dan
saudaranya 'Aqiel bin Aswad mati terbunuh dalam Ghazwah Badr, sedang
datuknya Aswad termasuk golongan mereka yang sering mengolok-olok dan
mengejek Nabi saw.
Beliau ikut hijrah dan
berdiam ke dan di Madinah hingga wafatnya. Diantara orang-orang yang
mengambil riwayat hadist dari beliau adalah Abu Bakr bin Abdirrahman dan 'Urwah
bin Zubair.
Menurut riwayat Abu Bakr bin
Abdirrahman dari beliau, Nabi saw pernah bersabda, "Suruhlah Abu Bakr
agar menjadi imam pada kaum muslimin (sewaktu Nabi saw sedang sakit keras).
Sedang menurut riwayat Urwah
bin Zubair tiga hadist:
-
Mengenai memukul wanita/isteri
-
Melarang ketawa kalau
ada yang berkentut
-
Cerita unta betina
Mu'jizat Nabi Shaleh as
Ketika Yazied bin Mu'awiah
datang ke Madinah dalam peristiwa HARRAH, anak-anak beliau bernama Yazied
bin Abdullah bin Zam'ah dan lain-lain banyak mati dibunuh dalam keadaan
teraniaya.
Seorang anak Abdullah bin
Zam'zh ini juga bernama Katsier yang diberi nama oleh neneknya Ummu
Salamah isteri nabi saw menjadi datuk dari Abul Buhturi al-Qadhi wahb bin
Wahb bin Katsier bin Abdullah bin Zam'ah.
Demikianlah menurut
keterangan Abu Hassan Az-Ziadi, beliau wafat sebagai syahied akhirat
terbunuh dalam peristiwa YAUMUD-DAR tahun 35 H.
Abdullah
Bin Khubaib
Namanya
Abdullah bin Khubaib Al-Juhani, seoarng yang telah bersumpah setia dengan
Al-Anshar.
Kehidupanya
Tidak panjang riwayat hidupnya yang kita dapati. Hanyalah keternagan bahwa:
-
Beliau dengan bapaknya
Khubaib kedua-duanya shahabat Nabi saw
-
Beliau dan orang tuanya
termasuk dalam hitungan para shabat yang tinggal berdiam di Madinah.
-
Beliau meriwayatkan
hadist dari Nabi saw, yakni dapat dicatat hanyalah tiga hadist saja.
Diantaranya, "Rasulullah saw telah bersabda kepadaku, 'Bacalah
Qul Huwallah Ahad dan dua Mu'awwidzatain ketika sore dan ketika pagi
tiga kali. Suarh-surah ini akan melindungi engkau dari segala sesuatu.'"
(HR. Abu Daud dan Turmudzi).
-
Yang mengambil
riwayatnya hanyalah anaknya sendiri bernama Mu'adz.
Abdullah
Bin Al-Harits
Namanya
Abdullah bin Al-Harits bin Jaz-in bin Abdillah bin Ma'dikariba bin 'Amr
bin 'Asm bin 'Amr bin 'Uwaij bin 'Amr bin Zabied Az-Zabiedi.
Kehidupanya
Beliau adalah seorang kawan dan bersumpah setia dengan Abu Wada'ah As-Sahmi
dan anak saudara pria dari Mahniyyah bin Jaz-in Az-Zabiedi yang menurut
Ibnu Yunus bahwa pamannya ini pernah ikut dalam ghazwah Badar dan gugur
sebagai Syahid dalam pertempuran Yamamah ketika menumpas Nabi palsu
Musailimatul-kadzdzab.
Tidak ada keterangan
mengenai perjuangannya dalam zaman Nabi saw dan para khulafa' Rasyidin.
Namun setelah Islam berkembang di Timur Tengah dan di Mesir beliau
akhirnya memilih tempat tinggal di Mesir.
Menurut At-Thabari,
dahulunya beliau bernama Al-'Ashi (dapat diartikan pelaku maksiat), lalu
diubah Nabi saw dengan nama Abdullah. Beliaulah shahabat yang terakhir
sekali meninggal di Mesir dan akhir hayatnya beliau mengalami buta mata.
Beliau wafat pada tahun 86
H, atau sekitar tahun 85 atau 87 H. dan telah mengambil beberapa hadist
langsung dari Nabi saw. Oleh karena beliau lama tinggal di Mesir, maka
yang terbanyak mengambil hadist dari beliau ialah para ulama tabi'ien dari
Mesir dan terakhir ialah Yazied bin Abi Hubaib.
Demikian disebutkan dalam
Al-Ishaabah dan Al-Isti'aab, jilid II, halaman 291 dan 281.
Tapi dalam
"Riadhus-Shalihien", imam Nawawi menyebut nama, Abdullah bin
Al-Harits bin As-Shimmah dengan nama panggilanya Abdul-Juhaim. Nama ini
tidak terdapat dalam kedua kitab di atas.
Ibnu Illaan dalam syarahnya
"Dalilul-Falihien", jilid IV halaman 582 menerangkan bahwa
Abdullah bin Al-Harits bin As-Shimmah, menurut Usdul ghaabah adalah anak
kakak wanita dari Ubai bin Ka'ab Al-Anshari. Beliau hanya meriwayatkan dua
hadist saja dari Nabi saw. Kedua-duanya tersebut dalam Bukhori dan Muslim
di mana satu diantaranya disebutkan dalam Riadhus-shalihien di atas.
Abdullah
Bin Yazid
Namanya
Abdullah bin Yazeid bin Zaid bin Hishn bin 'Amr bin Al-Harts bin Khathmah
bin Jusym bin Malik bin Aus Al-Khathmi Al-Anshari r.a. Nama panggilannya
ialah Abu Musa, namun ia terkenal dengan nama aslinya.
Kehidupanya
Oleh karena orang tuanya Yazeid bin Zaid seorang sahabat Nabi saw, maka
Abdullah tidak ada yang menghalangi pertumbuhan dan perkembangan iman dan
ilmu pengetahuannya. Karena itu beliau terhitung pemuda sahabat yang ahli
ibadah dan wara'. Beliau banyak sekali melakukan sholat apalagi
shalatul-lail. Sedang dalam hal puasa, beliau sangat tekun sekali
melakukan shaum/puasa 'Asyura'.
Perang sabiel yang pertama
dan kedua yaitu ghazwah Badr dan Uhud tak dapat diikutinya. Sebab pada
waktu itu beliau masih kecil belum memenuhi syarat. Beliau bangga sekali
dapat ikut serta dalam Bai'atus-Syajarah/ Bai'atur-Ridhwan meskipun
terhitung masih kanak-kanak. Dan sejak itu beliau tidak pernah absen dalam
mengikuti perjuangan Nabi saw hingga wafatnya.
Dalam Zaman Khilafa'
Rasyidin
Menurut Ibnu Abdil-bar, usia beliau ketika mengikuti bai'atur-Ridhwan di
atas tujuh belas tahun. Jika demikian maka beliau sudah tentu mengikuti
perjuangan menumpas kaum murtaddien dan orang-orang yang tidak mau
mengeluarkan zakat dalam zaman khalifah Abu Bakr, ikut pula perjuangan
mengembangkan sayap Islam k daerah-daerah Timur Tengah lainnya dalam zaman
Umar dan Usman. Sedang dalam zaman khalifah Ali, beliau sepenuhnya memihak
kepada Ali termasuk peristiwa 'Shiffien', sehingga beliau pernah menjabat
wali kota kufah dari pihak khalifah Ali, sedang sekretarisnya Sya'bi
seorang tabi'ie yang terkenal, hal mana menunjukan bahwa beliau mendapat
kepercayaan dan dukungan dari kalangan masyarakat masanya.
Keadaan politik pada waktu
itu berubah dengan pengunduran diri yang dilakukan oleh khalifah Hasan bin
Ali dan menyerahkannya kepada Mu'awiah, menyebabkan Abdullah ini untuk
sementara berdiam diri di rumahnya di kota Kufah sambil mengajar agama
tentunya kepada masyarakat.
Dalam Zaman Daulah Umawiyyah
Demikian ketika khalifah Mu'awiah berkuasa Abdullah hanya muncul sesekali
dalam pengajian-pengajian. Namun setelah khalifah Mu'awiah wafat dalam
tahun 60 H, beliau mulai menampakan diri di tengah-tengah masyarakat untuk
menjalankan amar ma'ruf dan nahi munkar. Sebab Yazid bin Mu'awiah yang
ditunjuk ayahnya sebagai penggantinya menjadi khalifah ternyata seorang
yang tidak memenuhi syarat. Beliau mengadakan surat menyurat dengan
Abdullah bin Zubair yang telah berhasil menguasai daerah hijaz Mekah dan
sekitarnya yang juga tidak setuju dengan Yazid di atas. Beliau berangkat
ke Mekah dan ikut berjuang bersama-sama dengan rekannya Abdullah bin
Zubair. Demikianlah hingga pernah beliau menjabat wali kota Mekah sebentar
dari pihak khalifah Abdullah bin Zubair. tapi karena dorongan taqwa dan
wara'nya beliau mengundurkan diri dan bermukim beberapa waktu di Mekah
untuk melakukan ibadah.
Wafatnya
Setelah puas beribadah di Mekah beliau pulang kembali ke Kufah dan jatuh
sakit hingga membawa mautnya. Beliau wafat dalam masa kekuasaan khalifah
Abdullah bin Zubair yang wafat dalam tahun 73 H.
Riwayatnya
Demikian orang yang tadinya terkenal sebagai shahabat kecil masih muda
belia ketika hidupnya Nabi saw, tapi berkat do'a beliau, ia menjadi orang
yang pernah berjasa juga dalam mengembangkan ajaran-ajaran Islam di Timur
Tengah dan dengan demikian mendapat imbalan jasa dari Allah SWT. Dengan
kekal abadinya nama beliau dalam kitab-kitab hadist terutama Shahih
Bukhari dan Muslim.
Orang yang berhasi mengambil
hadist-hadist dari beliau ialah terutama anaknya sendiri bernama Musa dan
cundanya 'Adi bin Tsabit, As-Sya'bi, Abu Ishaq, Ibnu Sierin dll.
Beliau selain mengambil
hadist langsung dari Nabi saw, juga mengambilnya dari Al-Bara' bin 'Azib
dan terdapat dalam Shahihain' dari Abu Ayyub Al-Anshari, Ibnu Mas'ud,
Hudzaifah, Qais bin Sa'ad, Zaid bin Tsabit dll.
Abdullah
Bin Mughaffal
Namanya:
Abdullah bin Mughaffal bin Abdu Ghunmin atau Ibnu Nahmin bin Afif bin
As-Ham bin Rabi'ah bin Azdar atau Ibnu 'Adi bin Tsa'labah bin Dzuaib atau
Zuaid bin Sa'ad bin Ida bin Utsman bin 'Amr bin Thabikhah bin Ilyas bin
Mudhar bin Nizar Al-Bashri. Beliau terkenal dengan nama aslinya ini.
Nama panggilannya ialah Abu
Sa'ied atau Abu 'Abdirrahman atau Abu Ziad. Karena beliau memang mempunyai
anak-anak yang bernama Sa'id, Abdurrahman,, Ziad, dll berjumlah tujuh
orang.
Kehidupannya:
Beliau termasuk golongan shahabat yang ikut melakukan Bai'atur-Ridhwan
atau bai'atus-Syajarah yaitu sumpah setia yang dilakukan di bawah sebatang
pohon pada satu tempat yang bernama Hudaibiah dalam tahun ke tujuh
Hijriyyah. Beliau sendiri bercwerita tentang peristiwa yang sangat penting
itu, "Aku termasuk di antara orang-orang di bawah mana Nabi saw
mengambil bai'ah atau perjanjian sumpah setia dari para shahabat.
Sejak itu beliau tidak
pernah absen lagi dalam perjuangan menegakan dan meyebarkan ajaran agama
Islam di mana-mana bersama-sama dengan Nabi saw hingga wafatnya, kecuali
ghazwah Tabuk.
Dalam persiapan untuk
melakukan perang/ghazwah Tabuk yaitu suatu peperangan yang letak medan
pertempurannya sangat jauh lagi pula dilakukan dalam musim panas yang
sangat membakar, musim paceklik yang amat mencekik dan hampir pula dengan
musim panen tanam tumbuhan yang menggairahkan, ternyata Abdullah bin
Mughaffal ini semakin hari semakin tambah bingung dan bimbang. Lebih-lebih
setelah hampir tibanya hari pemberangkatan. Sebab ia dalam usahanya untuk
mendapatkan kendaraan dan ongkos tetap gagal tidak berhasil, mengingat
jarak yang dituju dan telah ditetapkan itu sangat jauh.
Tapi karena dorongan imannya
yang sempurna dan keyakinan yang benar, ia berusaha terus dan tidak
berputus asa. Dalam hati kecilnya hanya terguris harapan agar dapat mati
syahid atau tersebarnya agama Islam di samping harapan terbesar ialah
dapat tetap ikut berperang sabil bersama-sama dengan Rasulullah saw.
Namun setipa usaha yang
dicobanya tetap buntu dan tidak berhasil. Akhirnya ia mencoba memohon
bantuan kepada Nabi saw sendiri untuk kalau-kalau dapat mengusahakan
kendaraan. Tapi betapa kecewanya ketika mendengar jawaban beliau,
"Aku juga tidak dapat mengusahakan kendaraan-kendaraan buat
mengangkut kalian." Akhirnya ia hanya dapat melampiaskan kekesalan
hatinya untuk mengadu halnya kepada Tuhannya dengan cara menangis. Ia pun
menangis dan menangis.
Alangkah sedih fikirnya
ketika menyaksikan orang-orang dan teman-temannya yang mampu, berbaris dan
bershaf-shaf, berderap-derap dengan langkah yang teratur mengikuti komando
Nabi saw keluar menuju medan laga untuk fi sanilillah sedang ia sendiri
tidak berkemampuan dan tidak mempunyai kendaraan. Ia sedih, karena harus
tinggal dalam kota bersama-sama dengan orang-orang perempuan, anak-anak
kecil yang belum memenuhi syarat untuk mengikuti perang sabil. Orang-orang
tuna netra, orang-oarng sakit, dll. Tatkala lamunannya sampai ke situ,
mengucurkan air matanya untuk kesekian kalinya.
Untuk seketika sedihnya
menjadi sirna waktu mendengar bunyi ayat yang baru diturunkan kepada Nabi
saw, "Dan tiada (pula terkena dosa) atas orang-orang yang apabila
datang kedapamu supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata,
'Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu.' Maka mereka kemabali
sedang air mata bercucuran karena kesedihan lantaran mereka tidak
memperoleh apa yang mereka nafkahkan atau ongkos." (QS. At-Taubah:92)
Untuk sementara ia senang
karena ia termasuk di antara orang-orang yang dimaksud dalam ayat itu.
Namun, ia tetap masih bersedih hati lantaran tidak dapat ikut bertempur
dan tidak dapat mengikuti jejak Nabi saw yang sangat dicintainya itu.
Dalam Zaman Khulafa'
Rasyidin:
Demikian kehidupan Abdullah hingga wafatnya Nabi saw. Maka dalam masa
Khulafah Abu bakar, ia tetap ikut dalam peperangan untuk menumpas
kaum-kaum yang berkepala batu, murtad dan tidak mau mengeluarkan zakat.
Dalam zaman
khalifah-khalifah Umar dan Usman, juga ia tidak ketinggalan dalam usaha
menyebarkan Islam ke daerah-daerah timur tengah lainnya.
Ketika daerah Iraq telah di
Islam-kan khalifah Umar secara beruntun mengirimkan sepuluh orang Ahli
Fiqih untuk mengajarkan agama di Bashrah. Maka terdapatlah di antara
hadits-hadits yang diriwayatkannya terdapat perawi dari ulama'-ulama'
Bashrah atau Kufah.
Dalam perjuangannya yang
gigih untuk memasukan Islam ke daerah Tustar, beliau berhasil sebagai
orang yang pertama sekali memasuki pintu gerbang kota itu.
Demikianlah satu demi satu
negeri dan daerah protektorat Romawi di Timur Tengah jatuh ke tangan umat
Islam, berkat usaha beliau dengan kawan-kawannya di bawah pimpinan
panglima-panglima yang terkenal semisal Abu 'Ubaidah (Amir bin Jarrah,
Khalid bin Walid, dll).
Dalam masa khalifah Ali bin
Abi Thalib, ia memilih tempat tinggal dan berhijrah ke Bashrah. Di sana ia
memiliki sebuah rumah yang dibangunnya dekat masjid. Pada rumahnya dan di
daerah itulah ia menghabiskan sisa-sisa hidupnya dengan giat mengajar dan
beribadah lainnya hingga ia wafat dalam tahun 60 H atau tahun 59 pada masa
akhir hidupnya khalifah Mu'awiah bin Abi Sufyan.
Jenazah beliau untuk
memenuhi washiatnya sendiri, telah disembahyangkan atasnya oleh shahabat
Abu Barzah Al-Aslami ra.
Riwayatnya:
Atas jasa-jasanya maka Allah SWT telah mengkaruniai beliau nama yang kekal
abadi termaktub dalam kitab-kitab hadits sebagai sumber sejumlah 43
hadits. Bukhori dan Muslim bersepakat atas empat hadits daripadanya,
sedangkan Bukhori sendiri saja hanya satu hadits dan Muslim sendiri juga
satu Hadits.
Di antara orang-orang atau
ulama Tabi'in yang menerima hadits riwayat beliau ialah Hasan Al-Bashri,
dll.
Abdullah
bin Zubeir
Pejuang putra pejuang
Isu bahwa kaum muslimin
tidak akan bisa melahirkan bayi karena telah diteluh oleh dukun-dukun
Yahudi di Madinah, terjawab sudah. Seorang wanita mulia putri As Siddiq
telah melahirkan kandungannya ketika beliau sedang hijrah dari Makkah ke
Madinah menyusul teman-temannya seaqidah. Beliau tidak lain adalah Asma`
binti Abi Bakar yang melahirkan bayi laki-laki-laki-laki di Quba` dan
diberi nama Abdullah. Sebelum disusui Abdullah bin Zubeir dibawa menghadap
Nabi SAW dan ditahniq dan didoa`kan oleh beliau.
Abdullah yang memang lahir
dari pasangan mujahid dan mujahidah ini berkembang menjadi seorang pemuda
pewira yang perkasa. Keperwiraannya dimedan laga ia buktikan ketika
bersama mujahid-mujahid lainnya menggempur Afrika membebaskan mereka dari
kesesatan. Pada waktu mengikuti ekspedisi tersebut usianya baru berkisar
17 tahun. Namun begitulah kehebatan sistem tarbiyah Islamiyah yang bisa
mencetak pemuda belia menjadi tokoh-tokoh pejuang dalam menegakkan Islam.
Dalam peperangan tersebut
jumlah personel diantara dua pasukan jauh tidak seimbang. Personel kaum
muslimin hanya 120 ribu tentara sedangkan musuh berjumlah 120 ribu orang.
Keadaan ini cukup membuat kaum muslimin kerepotan melawan gelombang musuh
yang demikian banyak, walau hal itu tidak membuat mereka keder. Sebab bagi
mereka perang adalah mencari kematian sedang ruhnya bisa membumbung menuju
jannah sebagaimana yang telah dijanjikan Rabb mereka.
Melihat kondisi yang kurang
menguntungkan tersebut segera Abdullah memutar otak mencari rahasia
kekuatan lawan. Akhirnya ia menemukan jawaban, bahwa inti kekuatan musuh
bertumpu pada raja Barbar yang menjadi panglima perang mereka. Segera dan
dengan penuh keberanian ia mencoba menembus pasukan musuh yang
berlapis-lapis menuju kearah panglima Barbar. Upayanya tidak sia-sia,
ketika jarak antara dirinya dengan raja Barbar telah dekat segera ia
tebaskan pedang nya menghabisi nyawa panglima kaum musyrik tersebut. Panji
pasukan lawan pun direbut oleh teman-temannya dari tangan musuh. Dan
ternyata dugaan Abdullah tidak meleset, segera setelah itu semangat tempur
pasukan musuh redup dan tak lama kemudian mereka bertekuk lutut dihadapan
para mujahid yang gagah berani.
Selain seorang jago perang,
Abdullah juga seorang `abid yang penuh rasa khusuk dan ketawadhuan.
Mujahis penah memberi kesaksian bahwa apabila Ibnu Zubeir sedang sholat,
tubuhnya seperti batang pohon yang tak bergeming karena khusuknya dalam
sholat. Bahkan Yahya bin Wahab juga bercerita bahwa apabila `Abdullah bin
Zubeir ini sedang sujud, banyak burung-burung kecil bertengger dipunggung
beliau karena mengira punggung tersebut adalah tembok yang kokoh. Tokoh
yang tegas dalam kebenaran ini wafat pada usia 72 tahun terbunuh oleh
tangan pendosa Hajjaj bin Yusuf.
ABDURRAHMAN
BIN 'AUF
Dermawan yang masuk syurga
(bagian I)
Pada suatu hari, kota
Madinah sedang aman dan tenteram,terlihat debu tebal yang mengepul ke
udara, datang dari tempatketinggian di pinggir kota; debu itu semakin
tinggi bergumpal-gumpai hingga hampir menutup ufuk pandangan mata.
Anginyang bertiup menyebabkan gumpalan debu kuning dari butiran-butiran
sahara yang lunak, terbawa menghampiri pintu-pintu kota, dan berhembus
dengan kuatnya di jalan-jalan rayanya.
Orang banyak menyangkanya
ada angin ribut yang menyapu dan menerbangkan pasir. Tetapi kemudian dari
balik tirai debu itu segera mereka dengar suara hiruk pikuk, yang memberi
tahu tibanya suatu iringan kafilah besar yang panjang. Tidak lama kemudian,
sampailah 700 kendaraan yang sarat dengan muatannya memenuhi jalan-jalan
kota Madinah dan menyibukkannya. Orang banyak saling memanggil dan
menghimbau menyaksikan keramaian ini serta turut bergembira dan
bersukacita dengan datangnya harta dan rizqi yang dibawa kafilah itu
...... Ummul Mu'minin Aisyah r.a. demi mendengar suara hiruk pikuk itu ia
bertanya: "Apakah yang telah terjadi dikota Madinah…..?"
Mendapat jawaban, bahwa kafilah Abdurrahman bin 'Auf barn datang dari Svam
membawa barang-barang dagangannya . .. Kata Ummul Mu'minin lagi: -- "Kafilah
yang telah menyebabkan semua kesibukan ini?" "Benar, ya Ummal
Mu'minin ... karena ada 700 kendaraan...... !" Ummul Mu'minin
menggeleng-gelengkan kepalanya, sembari melayangkan pandangnya jauh
menembus, seolah-olah hendak mengingat-ingat kejadian yang pernah dilihat
atau ucapan yang pernah didengarnya.
Kemudian katanya: "Ingat,
aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: "K ulihat Abdurrahman
bin'Auf masuk surga dengan perlahan-lahan!"Abdurrahman bin 'Auf masuk
surga dengan perlahan-lahan... ? Kenapa ia tidak memasukinya dengan
melompat atau berlari kencang bersama angkatan pertama para shahabat Rasul..
? Sebagian shahabat menyampaikan ceritera Aisyah kepadanya, maka ia pun
teringat pernah mendengar Nabi saw. Hadits ini lebih dari satu kali dan
dengan susunan kata yangberbeda-beda.
Dan sebelum tali-temali
perniagaannya dilepaskannya,ditujukannya langkah-langkahnya ke rumah
Aisyah lain berkata kepadanya: "Anda telah mengingatkanku suatu
Hadits yang tak pernah kulupakannya....".Kemudian ulasnyalagi: "Dengan
ini aku mengharap dengan sangat agar anda menjadi saksi, bahwa kafilah ini
dengan semua muatannya berikut kendaraan dan perlengkapannya, ku
persembahkan di jalan Allah 'azza wajalla.....!" Dan dibagikannyalah
seluruh muatan 700 kendaraan itu kepada semua penduduk Madinah dan
sekitarnya sebagai perbuatan baik yang maha besar .... Peristiwa yang satu
ini saja, melukiskan gambaran yang sempurna tentang kehidupan shahabat
Rasulullah, Abdurahman bin 'Auf. Dialah saudagar yang berhasil.
Keberhasilan yang paling besar dan lebih sempurna! Dia pulalah orang yang
kaya raya. Kekayaan yang paling banyak dan melimpah ruah ...! Dialah
seorang Mu'min yang bijaksana yang tak sudi kehilangan bagian keuntungan
dunianya oleh kawna keuntungan Agamanya, dan tidak suka harta benda
kekayaannya meninggalkannya dari kafilah iman dan pahala surga. Maka
dialah r.a. yang membaktikan harta kekayaannya dengan kedermawanan dan
pemberian yang tidak terkira, dengan hati yang puas dan rela ... !
Kapan dan bagaimana masuknya
orang besar ini ke dalam Islam? Ia masuk Islam sejak fajar menyingsing....
Ia telah memasukinya di saat-saat permulaan da'wah, yakni sebelum
Rasulullah saw. memasuki rumah Arqam dan menjadikannya sebagai tempat
pertemuan dengan para shahabatnya orang-orang Mu'min ... Dia adalah salah
seorang dari delapan orang yang dahulu masuk Islam.. . . Abu, Bakar datang
kepadanya menyampaikan Islam, begitu juga kepada Utsman bin 'Affan, Zubair
bin Awwam, Thalhah bin Ubedillah, dan Sa'ad bin Abi Waqqash. Makatak ada
persoalan yang tertutup bagi mereka, dan tak ada keragu-raguan yang
menjadi penghalang, bahkan mereka segera pergi bersama Abu Bakar Shiddiq
menemui RasuIullah saw. menyatakan bai'at dan memikul bendera Islam....Dan
semenjak keislamannya sampai berpulang menemui Tuhannya dalam umur
tujuhpuluh lima tahun, ia menjadi teladan yang cemerlang sebagai Seorang
Mu'min yang besar. Hal ini menyebabkan Nabi saw. memasukkannya dalam
sepuluh orang Yang telah diberi kabar gembira sebagai ahli surga.
Dan Umar r.a. mengangkatnya
pula sebagai anggota kelompok musyawarah yang berenam yang merupakan calon
khalifah yang akan dipilih sebagai penggantinya, seraya katanya:
"Rasulullah wafat dalam keadaan ridla kepada mereka!"
Segeralah Abdurrahman masuk
Islam menyebabkannya menceritakan nasib malang berupa penganiayaan dan
penindasan dari Quraisy .... Dan sewaktu Nabi saw., memerintahkan para
shahabatnya hijrah ke Nabsyi, Ibnu 'Auf ikut berhijrah kemudian kembali
lagi ke Mekah, lalu hijrah untuk kedua kalinya ke Habsyi dan kemudian
hijrah ke Madinah . . . ikut bertempur di perang Badar, Uhud dan
peperangan-peperangan lainnya.
Keberuntungannya dalam
perniagaan sampai suatu batas yang membangkitkan dirinya pribadi
ketakjuban dan keheranan, hingga katanya: "Sungguh, kulihat diriku,
seandainya aku mengangkat batu niscaya kutemukan di bawahnya emas dan
perak......!" Perniagaan bagi Abdurrahman bin 'Auf r.a. bukan berarti
rakus dan loba .. Bukan pula suka menumpuk harta atau hidup mewah dan ria!
Malah itu adalah suatu amal dan tugas kewajibanyang keberhasilannya akan
menambah dekatnya jiwa kepada Allah dan berqurban di jalan-Nya ..
Dan Abdurrahman bin 'Auf
seorang yang berwatak dinamis, kesenangannya dalam amal yang mulia di mana
juga adanya ....Apabila ia tidak sedang shalat di mesjid, dan tidak sedang
berjihad dalam mempertahankan Agama tentulah ia sedang mengurus
perniagaannya yang berkembang pesat, kafilah-kafilahnya membawa ke Madinah
dari Mesir dan Syria barang-barang muatan yang dapat memenuhi kebutuhan
seluruh jazirah Arab berupa pakaian dan makanan .....
Dan watak dinamisnya ini
terlihat sangat menonjol, ketika Kaum Muslimin hijrah ke Madinah ....Telah
menjadi kebiasaan Rasul pada waktu itu untuk mempersaudarakan dua orang
shahabat, salah seorang dari muhajirin warga Mekah dan yang lain dari
Anshar penduduk Madinah. Persaudaraan ini mencapai kesempurnaannya dengan
cara yang harmonis yang mempesonakan hati. Orang-orang Anshar penduduk
Madinah membagi dua seluruh kekayaan miliknya dengan saudaranya orang
muhajirin .. , sampai-sampai soal rumahtangga. Apabila ia beristeri dua
orang diceraikannya yang seorang untuk memperisteri saudaranya ......!
Ketika itu Rasul yang mulia
mempersaudarakan antara Abdurrahman bin 'Auf dengan Sa'ad bin Rabi'....
Dan marilah kita dengarkan shahabat yang mulia Anas bin Malik r.a.
meriwayatkan kepada kita apa yang terjadi: " ... dan berkatalah Sa'ad
kepada Abdurrahman: "Saudaraku, aku adalah penduduk Madinah yang kaya
raya, silakan pilih separoh hartaku dan ambillah! Dan aku mempunyai dua
orang isteri, coba perhatikan yang lebih menarik perhatian anda, akan
kuceraikan ia hingga anda dapat memperisterinya......!
Jawab Abdurrahman bin 'Auf:
"Moga-moga Allah memberkati anda, isteri dan harts anda !
Tunjukkanlah letaknya pasar agar aku dapat berniaga....! Abdurrahman pergi
ke pasar, dan berjual belilah di sana.......ia pun beroleh keuntungan ...!
Kehidupan Abdurrahman bin
'Auf di Madinah baik semasa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam maupun
sesudah wafatnya terus meningkat · · · Barang apa Saja yang ia pegang
dan dijadikannya pokok perniagaan pasti menguntungkannya. Seluruh usahanya
ini ditujukan untuk mencapai ridla Allah semata, sebagai bekal di alam
baqa kelak.....! Yang menjadikan perniagaannya berhasil dan beroleh berkat
karena ia selalu bermodal dan berniaga barang yang halal dan menjauhkan
diri dari perbuatan haram bahkan yang syubhat Seterusnya yang menambah
kejayaan dan diperolehnya berkat, karena labanya bukan untuk Abdurrahman
sendiri . · · tapi di dalamnya terdapat bagian Allah yang ia penuhi
dengan setepat-tepatnya, pula digunakannya untuk memperkokoh hubungan
kekeluargaan serta membiayai sanak saudaranya, serta menyediakan
perlengkapan yang diperlukan tentara Islam ..... Bila jumlah modal niaga
dan harta kekayaan yang lainnya ditambah keuntungannya yang diperolehnya,
maka jumlah kekayaan Abdurrahman bin 'Auf itu dapat dikira-kirakan apabila
kita memperhatikan nilai dan jumlah yang dibelanjakannya pada jalan Allah
Rabbul'alamin! Pada suatu hati ia mendengar Rasulullah saw. bersabda:
"Wahai ibnu 'Auf! anda termasuh golongan orang kaya dan anda akan
masuk surga secara perlahan-lahan....! Pinjamkanlah kekayaan itu kepada
Allah, pasti Allah mempermudah langkah anda....!" Semenjak ia
mendengar nasihat Rasulullah ini dan ia menyediakan bagi AIlah pinjaman
yang balk, maka Allah pun memberi ganjaran kepadanya dengan berlipat
ganda.
Di suatu hari ia menjual
tanah seharga 40 ribu dinar, kemudian uang itu dibagi-bagikannya semua
untuk keluarganya dari Bani Zuhrah, untuk para isteri Nabi dan untuk kaum
fakir miskin.
Diserahkannya pada suatu
hari limaratus ekor kuda untuk perlengkapan balatentara islam ...dan di
hari yang lain seribu limaratus kendaraan. Menjelang wafatnya ia berwasiat
lima puluh ribu dinar untuk jalan Allah, lain diwasiatkannya pula bagi
setiap orang yang ikut perang Badar dan masih hidup, masing-masing empat
ratus dinar, hingga Utsman bin Affan r.a. yang terbilang kaya juga
mengambil bagiannya dari wasiat itu, serta katanya:"Harta Abdurrahman
bin 'Auf halal lagi bersih, dan memakan harta itu membawa selamat dan
berkat".
Ibnu 'Auf adalah seorang
pemimpin yang mengendalikan hartanya, bukan seorang budak yang
dikendalikan oleh hartanya .... Sebagai buktinya, ia tidak mau celaka
dengan mengumpulkannya dan tidak pula dengan menyimpannya ....Bahkan ia
mengumpulkannya secara santai dan dari jalan yang halal ....Kemudian ia
tidak menikmati sendirian .... tapi ikut menikmatinya bersama keluarga dan
kaum kerabatnya serta saudara·saudaranya dan masyarakat seluruhnya. Dan
karena begitu luas pemberian serta pertolongannya, pernah dikatakan orang:
"Seluruh penduduk Madinah berserikat dengan Abdurrahman bin 'Auf pada
hartanya. Sepertiga dipinjamkannya kepada mereka . . Sepertiga lagi
dipergunakannya untuk membayar hutang-hutang mereka.Dan sepertiga sisanya
diberikan dan dibagi-bagikannya kepada mereka".Harta kekayaan ini
tidak akan mendatangkan kelegaan dan kesenangan pada dirinya, selama tidak
memungkinkannya untuk membela Agama dan membantu kawan-kawannya. Adapun
untuk lainnya, ia selalu takut dan ragu. Pada suatu hari dihidangkan
kepadanya makanan untuk berbuka, karena waktu itu ia sedang shaum ....
Sewaktu pandangannya jatuh pada hidangan tersebut, timbul selera makannya,
tetapi iapun menangis sambil mengeluh: "Mushab bin Umeir telah gugur
sebagai syahid, ia seorang yang jauh lebih baik daripadaku, ia hanya
mendapat kafan sehelai burdah; jika ditutupkan ke kepalanya maka kelihatan
kakinya, dan jika ditutupkan kedua kakinya terbuka kepalanya! Demikian
pula Hamzah yang jauh lebih baik daripadaku, ia pun gugur sebagai syahid,
dan di saat akan dikuburkan hanya terdapat baginya sehelai selendang.
Telah dihamparkan bagi kami dunia seluas-luasnya, dan telah diberikan pula
kepada kami hasil sebanyak-banyaknya. Sungguh kami khawatir kalau-kalau
telah didahdukan pahala kebaikan kami...!" Pada suatu peristiwa lain
sebagian shahabatnya berkumpul bersamanya menghadapi jamuan di rumahnya.
Tak lama sesudah makanan diletakkan di hadapan mereka, ia pun menangis;
karena itu mereka bertanya: "Apa sebabnya anda menangis wahai Abu
Muhammad ... ?" Ujarnya: "Rasulullah saw. telah wafat dan tak
pernah beliau berikut ahli rumahnya sampai kenyang makan roti gandum, apa
harapan kita apabila dipanjangkan usia tetapi tidak menambah kebaikan bagi
kita ... ?" Begitulah ia, kekayaannya yang melimpah-limpah,
sedikitpun tidak membangkitkan kesombongan dan takabur dalam dirinya ....
! Sampai-sampai dikatakan orang tentang dirinya:"Seandainya seorang
asing yang belum pernah mengenalnya, kebetulan melihatnya sedang
duduk-duduk bersama pelayan-pelayannya, niscaya ia tak akan sanggup
membedakannya dari antara mereka! Tetapi bila orang asing itu mengenal
satu segi saja dari perjuangan ibnu 'Auf dan jasa-jasanya, misalnya
diketahuinya bahwa di badannya terdapat duapuluh bekas luka di perang
Uhud, dan bahwa salah satu dari bekas luka ini meninggalkan cacad pincang
yang tidak sembuhsembuh pada salah satu kakinya......sebagaimana pula
beberapa gigi seri rontok di perang Uhud, yang menyebabkan kecadelan yang
jelas pada ucapan dan pembicaraannya .... Di waktu itulah orang baru akan
menyadari bahwa laki·laki yang berperawakan tinggi dengan air muka
berseri dan kulit halus, pincang serta cadel, sebagai tanda jasa dari
perang Uhud, itulah orang yang bernama Abdurrahman bin 'Auf ... ! Semoga
Allah ridla kepadanya dan ia pun ridla kepada Allah ... !
Sudah menjadi kebiasaan pada
tabi'at manusia bahwa harta kekayaan mengundang kekuasaan ... artinya
bahwa orang-orang kaya selalu gandrung untuk memiliki pengaruh guna
melindungi kekayaan mereka dan melipat gandakannya, dan untuk memuaskan
nafsu, sombong, membanggakan dan mementingkan diri sendiri, yakni
sifat-sifat yang biasa dibangkitkan oleh kekayaan... !
Tetapi bila kita melihat
Abdurrahman bin 'Auf dengan kekayaannya yang melimpah ini, kita akan
menemukan manusia ajaib yang sanggup menguasai tabi'at kemanusiaan dalam
bidang ini dan melangkahinya ke puncak ketinggian yang unik ... !
Peristiwa ini terjadi
sewaktu Umar bin Khatthab hendak berpisah dengan ruhnya yang suci dan ia
memilih enam orang tokoh dari para shahabat Rasulullah saw. sebagai
formatur agar mereka memilih salah seorang di antara mereka untuk menjadi
khalifah yang baru....
Jari-jari tangan sama-sama
menunjuk dan mengisyaratkan Ibnu 'Auf .... Bahkan sebagian shahabat telah
menegaskan bahwa dialah orang yang lebih berhak dengan khalifah di antara
yang enam itu, maka ujamya:"Demi Allah, daripada aku menerima jabatan
tersebut, lebih balk ambil pisau lain taruh ke atas leherku, kemudian
kalian tusukkan sampai tembus ke sebelah. ..! Demikianlah, baru saja
kelompok Enam formatur itu mengadakan pertemuan untuk memilih salah
seorang diantara mereka untuk menjadi khalifah yang akan menggantikan
al-Faruk, Umar bin Khatthab maka kepada kawan-kawannya yang lima
dinyatakannya bahwa ia telah melepaskan haknya yang dilimpahkan Umar
kepadanya sebagai salah seorang dari enam orang calon yang akan dipilih
menjadi khalifah. Dan adalah kewajiban mereka untuk melakukan pemilihan
itu terbatas diantara mereka yang berlima saja ....
Sikap zuhudnya terhadap
jabatan pangkat ini dengan cepat telah menempatkan dirinya sebagai hakim
diantara lima orang tokoh terkemuka itu. Mereka menerima dengan senang
hati agar Abdurrahman bin 'Auf menetapkan pilihan khalifah itu terhadap
salah seorang di antara mereka yang berlima, sementara Imam Ali
mengatakan: "Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda, bahwa
anda adalah orang yang dipercaya oleh penduduk langit, dan dipercaya pula
oleh penduduk bumi ... !" Oleh Ibnu 'Auf dipilihlah Utsman bin Affan
untuk jabatan khalifah dan yang lain pun menyetujui pilihannya.
Nah, inilah hakikat seorang
laki-laki yang kaya raya dalam Islam! Apakah sudah anda perhatikan
bagaimana Islam telah mengangkat dirinya jauh di atas kekayaan dengan
segala godaan dan penyesatannya itu, dan bagaimana ia menempa
kepribadiannya dengan sebaik-baiknya? Dan pada tahun ketigapuluh dua
Hijrah, tubuhnya berpisah dengan ruhnya .... Ummul Mu'minin Aisyah ingin
memberinya kemuliaan khusus yang tidak diberikannya kepada orang lain,maka
diusulkannya kepadanya sewaktu ia masih terbaring diranjang menuju
kematian, agar ia bersedia dikuburkan di pekarangan rumahnya berdekatan
dengan Rasulullah, Abu Bakar dan Umar.... Akan tetapi ia memang seorang
Muslim yang telah dididik Islam dengan sebaik-baiknya, ia merasa malu
diangkat dirinya pada kedudukan tersebut ... ! Pula dahulu ia telah
membuat janji dan ikrar yang kuat dengan Utsman bin Madh'un, yakni bila
salah seorang di antara mereka meninggal sesudah yang lain maka hendaklah
ia dikuburkan di dekat shahabatnya itu ... !
Selagi ruhnya bersiap-siap
memulai perjalanannya yang baru, air matanya meleleh sedang lidahnya
bergerak-gerak mengucapkan kata-kata: "Sesungguhnya aku khawatir
dipisahkan dari shahabat-shahabatku karena kekayaanku yang melimpah ruah
... !" Tetapi sakinah dari Allah·segera menyelimutinya, lain satu
senyuman tipis menghiasi wajahnya disebabkan sukacita yang memberi cahaya
serta kebahagiaan yang menenteramkan jiwa... Ia memasang telinganya untuk
menangkap sesuatu ....seolah-olah ada suara yang lernbut merdu yang datang
mendekat ....Ia sedang mengenangkan kebenaran sabda Rasulullah saw.yang
pernah beliau ucapkan: "Abdurrahman bin 'Auf dalam surga!", lagi
pula ia sedang mengingat-ingat janji Allah dalam kitab-Nya:
"Orang-orang yang membelanjakan hartanya dijalan Alloh kemudian
mereka tidak mengiringi apa yang telah mereka nafqahkan itu dengan
membangkit-bangkit pemberiannnya dan tidak pula kata-kata yang
menyakitkan, niscaya mereka beroleh pahala di sisi Tuhan mereka; mereka
tidak usah merasa takut dan tidak pula berdukacita ... !"(Q·S. 2
al-Baqarah: 262) *****
ABU
BAKAR ASH-SHIDDIQ
Abu Bakar , khalifah Islam
yang pertama dan orang paling terpercaya serta pembantu Nabi yang sangat
setia, dilahirkan di Makkah dua setengah tahun setelah tahun Gajah, atau
lima puluh setengah tahun sebelum dimulainya hijrah. Di masa pra Islam
dikenal sebagai Abul Ka'ab dan waktu masuk Islam, Nabi memberinya nama
Abdullah dengan gelar ash-Shiddiq (orang terpercaya). Ia termasuk suku
Quraisy dari Bani Taim, dan silsilah keturunannya sama dengan Nabi SAW.
dari garis ke-7. Dia salah seorang pemimpin yang sangat dihormati, sebelum
dan sesudah mereka memeluk agama Islam. Nenek moyangnya berdagang dan
sekali-kali mengadakan perjalanan dagang ke Syria atau Yaman. Sering Abu
Bakar mengunjungi Nabi dan ketika turun wahyu, ia sedang berada di Yaman.
Setelah kembali ke Makkah ia mendengar para pemimpin Quraisy, seperti Abu
Jahal, Ataba dan Shoba mengejek pernyataan pengangkatan Muhammad menjadi
Rasul Allah. Abu Bakar menjadi sangat marah, lalu bergegas ke rumah Nabi
dan langsung memeluk agama Islam. Menurut Shuyuti, pengarang Tarikh
ul-khulafa, Nabi berkata, "Apabila saya menawarkan agama Islam kepada
seseorang, biasanya orang itu menunjukkan keragu-raguannya sebelum memeluk
agama Islam. Tapi Abu Bakar adalah suatu perkecualian. Dia memeluk agama
Islam tanpa sedikitpun keragu-raguan pada dirinya."
Pemeluk agama Islam
pertama-tama di antara orang dewasa adalah Abu Bakar , di antara kaum muda
tercatat nama Ali, sedang di antara kaum wanita adalah Khadijah. Abu Bakar
sebagai seorang yang kaya raya, telah menyerahkan seluruh harta
kekayaannya untuk digunakan Nabi. Ketika itu Madinah sebagai ibu kota
Islam sangat terancam oleh gerombolan-gerombolan musuh. Nabi menghimbau
perlunya dana untuk membiayai kampanye guna mempertahankan diri dari
bahaya yang akan tiba. Maka Umar yang juga kaya raya seketika itu juga
ingin mengambil kesempatan emas ini, sehingga ia berharap bisa menandingi
Abu Bakar dalam berbakti kepada Islam. Beliau bergegas pulang ke rumah dan
kembali membawa sejumlah besar harta kekayaannya. Nabi sangat senang
melihat tindakan sahabatnya itu, dan bertanya,
"Apakah ada yang anda tinggalkan untuk keturunan Anda?"
"Sebagian dari kekayaan telah saya sisihkan untuk anak-anak
saya," jawab Umar.
Demikian pula ketika Abu
Bakar membawa pulang hartanya, pertanyaan yang sama juga diajukan
kepadanya. Beliau langsung menjawab,
"Yang saya tinggalkan untuk anak-anak saya hanyalah Allah dan
Rasul-Nya."
Sangat terkesan akan ucapan
Abu Bakar, Umar berkata, "Tidak akan mungkin bagi saya melebihi Abu
Bakar."
Di samping itu, ia membeli
dan membebaskan sejumlah budak belian, termasuk Bilal yang mendapat
siksaan secara kejam sebelum masuk Islam. Bilal harus menjalani segala
macam penderitaan, intimidasi dan siksaan demi berbakti kepada kepercayaan
barunya (Islam). Abu Bakar mempunyai 40.000 dirham ketika masuk agama
Islam, tapi kemudian hanya tinggal 5.000 dirham saja pada waktu hijrah.
Beliau ikut hijrah ke Madinah menemani Nabi, dan meninggalkan isteri serta
anak-anaknya pada lindungan Allah.
Ia juga berjuang
bahu-membahu dengan Nabi dalam pertempuran mempertahankan diri, di saat
para pemeluk agama baru itu sedang berjuang untuk eksistensinya. Abdur
Rahman bin Abu Bakar, putra Abu Bakar, mengatakan kepada ayahnya bahwa di
dalam perang Badar, dengan mudah dia mendapat kesempatan membunuh ayahnya.
Abu Bakar langsung menjawab bahwa apabila hal itu terjadi pada dirinya
dalam menghadapi anaknya, ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu.
Abu Bakar meninggal pada 23
Agustus 634 M dalam usia 63 tahun, dan kekhalifahannya berlangsung selama
dua tahun tiga bulan sebelas hari. Jenazahnya dimakamkan di samping makam
Nabi.
Pada waktu Nabi wafat, Abu
Bakar dipilih menjadi khalifah Islam yang pertama. Setelah terpilih,
banyak orang berebut menawarkan bai'at, khalifah lalu menyampaikan
pidatonya yang mengesankan di hadapan para pemilih.
Abu Bakar berkata:
"Saudara-saudara, sekarang aku telah terpilih sebagai amir meskipun
aku tidak lebih baik dari siapa pun di antara kalian. Bantulah aku apabila
aku berada di jalan yang benar, dan perbaikilah aku apabila aku berada di
jalan yang salah. Kebenaran adalah suatu kepercayaan; kesalahan adalah
suatu penghianatan. Orang yang lemah di antara kalian akan menjadi kuat
bersamaku sampai (Insya Allah) kebenarannya terbukti, dan orang yang kuat
di antara kalian akan menjadi lemah bersamaku sampai (Insya Allah) kuambil
apa yang menjadi haknya. Patuhlah kepadaku sebagaimana aku mematuhi Allah
dan Rasul-Nya. Jika aku tidak mematuhi-Nya dan Rasul-Nya, janganlah
sekali-kali kalian patuh kepadaku."
Abu Bakar berdiri tegak
bagaikan batu karang menghadapi kekuatan-kekuatan yang mengacau setelah
Nabi wafat. Nampaknya seluruh struktur Islam yang telah diletakkan Nabi
yang baru saja mangkat akan hancur berantakan. Namun Abu Bakar telah
membuktikan dirinya menjadi orang yang kuat memegang teguh jalan yang
ditunjukkan Nabi. Selama Nabi sakit, satuan tentara yang berkekuatan 7000
orang dimobilisir di bawah pimpinan Usamah bin Zaid menuntut balas atas
kekalahan orang-orang Muslim dari tangan pasukan Romawi. Begitu Nabi wafat
terjadi pula huru-hara besar di Arab. Maka Abu Bakar mengirim pasukan.
Pengukuhan Usamah sebagai panglima pasukan berkuda yang diangkat Nabi
dipimpin langsung oleh khalifah sendiri. Tentara Usamah menyelesaikan
tugasnya dalam tempo 40 hari. Ekspedisi itu berpengaruh sangat baik
terhadap suku-suku bangsa yang mulai membandel dan ragu-ragu tentang
kekuatan Islam yang sesungguhnya. Tindakan Abu Bakar yang imajinatif,
tepat waktu dan dinamis, telah menyatukan kekuatan Islam.
Segera Abu Bakar menghadapi
krisis yang lain, waktu Nabi wafat, sejumlah Nabi palsu, yaitu para penipu
lihai yang muncul di berbagai bagian Arab. Di antara mereka yang terkenal
ialah Aswad Asni, Talha Bani Asad, Musailama si pendusta dan Sajah seorang
wanita Yaman. Di suatu daerah di Zhul Qassa, khalifah memberikan sebelas
peta untuk menyamai jumlah komandannya dan menugaskan mereka di berbagai
sektor. Ekspedisi melawan Musailama terasa sangat berat dan baru setelah
Khalid bin Walid menggempur dengan dahsyatnya, musuh dapat dihancurkan.
Musailama mati terbunuh. Seorang sejarawan, Tabrani mengatakan,
"Belum pernah Muslimin bertempur sedahsyat pertempuran ini."
Tak lama setelah pemilihan
khalifah, sejumlah anggota suku mengimbau para pemimpin Islam di Madinah
agar mereka dibebaskan dari membayar zakat. Keadaan tampaknya begitu
suram, sehingga menghadapi masalah itu orang seperti Umar pun terpaksa
mengalah dan ia memohon kepada Abu Bakar: "O, Khalifah Rasul,
bersikap ramahlah kepada orang-orang ini, dan perlakukanlah mereka dengan
lemah lembut." Khalifah sangat jengkel dengan pameran kelemahan yang
tidak disangka-sangka itu, dan dengan amarah yang amat sangat ia menjawab:
"Anda begitu keras pada zaman jahiliyah, tapi sekarang Anda menjadi
begitu lemah. Wahyu Allah telah sempurna dan iman kita telah mencapai
kesempurnaan. Sekarang Anda ingin merusakkannya pada saat aku masih hidup.
Demi Allah, walau sehelai benang pun yang akan dikurangi dari zakat, aku
akan berjuang mempertahankannya dengan semua kekuatan yang ada
padaku."
Dalam sejarahnya, khalifah
Abu Bakar adalah seorang yang memegang teguh pendirian dan integritasnya,
berwatak baja. Ia selalu tampil mempertahankan ajaran dasar agama Islam
pada saat-saat yang sangat kritis.
Semua ekspedisi militer yang
ditujukan terhadap orang-orang yang ingkar kepada agama dan terhadap
suku-suku yang berontak, berakhir dengan sukses menjelang akhir tahun 11
H. pemberontakan dan perselisihan yang mencekam Arab dapat ditumpas untuk
selama-lamanya.
Di dalam negeri tidak ada
pergolakan lagi, tetapi khalifah harus menghadapi bahaya dari luar yang
pada gilirannya dapat menghancurkan eksistensi Islam. Dua orang raja
paling berkuasa di dunia, Kaisar dan Kisra, sedang mengintai kesempatan
untuk menyerang pusat agama baru itu. Orang-orang Persi selama
berabad-abad memerintah Arab sebagai maharaja, yang tentu saja tidak dapat
mentolerir setiap kekuatan Arab militan untuk bersatu membentuk kekuatan
yang besar. Hurmuz adalah raja lalim yang memerintah Irak atas nama Kisra.
Penganiayaan terhadap orang-orang Arab menimbulkan pemberontakan kecil,
tapi lalu berkembang menjadi peperangan berdarah. Kini, keadaan yang
terjadi malah sebaliknya; orang-orang Persia yang dengan penuh kecongkakan
dan selalu meremehkan kekuatan orang-orang Muslim akhirnya tidak dapat
menahan gelombang maju pasukan Islam, dan mereka harus mundur dari satu
tempat ke tempat lainnya sampai Irak jatuh.
Pada mulanya, Muthanna yang
memimpin tentara Islam melawan orang-orang Persi. Dia banyak mendapat
kemenangan. Lalu kemudian Khalid bin Walid yang tak terkalahkan dan
dikenal sebagai Pedang Allah itu bergabung. Pertempuran yang menentukan
melawan Hurmuz dimenangkan orang-orang Muslim, dan saat itulah Hurmuz mati
terbunuh di tangan Khalid bin Walid dan orang-orang Persi dihancurkan
dengan meninggalkan banyak korban jiwa. Seekor unta dimuati rantai seberat
tujuh setengah Maund yang dikumpulkan dari medan tempur, sehingga
pertempuran itu dikenal sebagai "Pertempuran Rantai."
Khalid bin Walid ketika
menjabat panglima tentara Islam di Irak memisahkan administrasi sipil dan
militer. Said bin No'man diangkat sebagai kepala departemen militer,
sedangkan Suwaid memegang kepala administrasi sipil. Sebagian besar daerah
Irak direbut selama pemerintahan Khalifah Abu Bakar, sedang sisanya
ditaklukkan oleh pemerintahan Umar.
Raja Byzantium, Heraclius,
yang menguasai Syria dan Palestina, benar-benar musuh Islam yang paling
besar dan paling perkasa. Intrik-intrik dan akal bulusnya menimbulkan
beberapa kerusuhan yang dilakukan oleh suku-suku non Islam di Arab. Dialah
bahaya laten bagi Islam. Sejak tahun 9 H, Nabi sendiri telah memimpin
tentara melawan orang Romawi, kemudian pada masa Abu Bakar, sang khalifah
mengirimkan tentaranya untuk menghadang orang-orang Romawi dan membagi
kekuatannya dalam empat pasukan di bawah komando Abu Ubaidah, Syarjil bin
Hasanah, Yazid bin Sofyan dan Amr bin Ash serta menempatkan mereka di
beberapa sektor di Suria. Tentara Islam tanpa persenjataan yang lengkap,
tidak terlatih dan rendah mutunya sedangkan angkatan perang Romawi
bersenjata lengkap dan baik, terlatih dan jumlahnya lebih banyak. Pasukan
Islam dan musuh berhadapan di dataran Yarmuk. Tentara Romawi yang hebat
itu berkekuatan lebih dari 3 lakh serdadu bersenjata lengkap, di antaranya
80.000 orang diikat dengan rantai untuk mencegah kemungkinan mundurnya
mereka. Tentara Muslim seluruhnya berjumlah 46.000 orang. Sesuai dengan
strategi Khalid, mereka dipecah menjadi 40 kontingen untuk memberi kesan
seolah-olah mereka lebih besar dari musuh. Operasi militer yang tak
terlupakan bagi ummat Islam berakhir dengan kemenangan di pihak kaum
Muslimin. Pertempuran Yarmuk, dengan persiapan pendahuluannya yang dimulai
sejak khalifah Abu Bakar, dimenangkan pada masa khalifah Umar.
Abu Bakar adalah sahabat
Nabi yang paling terpercaya, Nabi berkata, "Saya tidak tahu apakah
ada orang yang melebihi Abu Bakar dalam kedermawaannya." Ketika sakit
Nabi semakin parah , beliau meminta Abu Bakar menjadi imam dalam shalat.
Abu Bakar mengimami shalat 17 kali selama Nabi hidup.
Nabi berkata, "Saya
sudah membayar semua kewajiban saya, kecuali kepada Abu Bakar yang akan
mendapatkan ganjarannya pada hari kiamat."
Menurut Tarmidzi, Umar
pernah berkata, "O, Abu Bakar, Anda orang terbaik sesudah Rasul
Allah."
Menurut keterangan Imam
Ahmad, Ali pernah berkata, "Orang-orang terbaik di antara umat Islam
setelah Nabi adalah Abu Bakar dan Umar."
Abu Bakar merupakan salah
seorang tokoh revolusi besar Islam, ia telah menciptakan berbagai
perubahan sosial, politik dan ekonomi yang paling fundamental dalam
sejarah manusia. Juga beliau sebagai salah seorang peletak dasar demokrasi
yang sebenarnya di dunia ini, lebih dari 1.400 tahun yang lalu, tapi tak
pernah ada lagi setelah itu.
Abu Bakar adalah seorang
khalifah dan juga merupakan raja. Tapi Abu Bakar berjalan hilir mudik
tanpa pengawal atau pun teman. Ia makan makanan yang jelek dan pakaian
yang lusuh. Bahkan rakyat awam pun dapat menghubunginya setiap waktu di
siang hari, dan menanyakan segala tindakannya secara terbuka.
Beliau pernah memerintahkan
pembuatan daftar tuntunan moral bagi tingkah laku para prajurit Islam.
Tuntunan ini seyogyannya menjadi contoh bagi dunia yang sekarang di jaman
modern ini sudah kacau balau dengan moral yang sudah menyimpang jauh dari
nilai-nilai kemanusian apalagi nilai agama. Hanya sedikit sekali prajurit
yang masih memegang nilai-nilai etik moral dan keagamaan. Para pembaca
yang budiman, pernahkah Anda mendengar seorang prajurit atau perwira di
jaman modern ini yang berani menolak atau mengundurkan diri karena
diperintah atasan untuk menjalankan tugas yang melanggar hukum Allah? Amat
sangat sedikit. maka orang-orang yang berani berkata "tidak"
dalam hal yang demikian ini adalah merupakan prajurit dan pejuang sejati.
Kembali kepada khalifah,
kepada setiap tentara diberi instruksi: "Jangan melakukan
penyelewengan, jangan menipu orang, jangan ingkar kepada atasan, jangan
memotong bagian badan manusia, jangan membunuh orang-orang tua, para
wanita dan anak-anak, jangan menebang atau membakar pohon buah-buahan,
jangan membunuh hewan kecuali disembelih untuk dimakan, jangan menganiaya
para pendeta Kristen, dan jangan lupa kepada Allah atas karunia-Nya yang
telah anda nikmati."
Abu Bakar mengangkat Umar
sebagai Qadhi Agung. Tapi kehidupan moral rakyat telah terbiasa dengan
hidup jujur dan bersih, sehingga tak ada pengaduan yang disampaikan kepada
Qadhi selama satu tahun. Adapun Utsman, Ali dan Zaid bin Tsabit bekerja
sebagai khatib.
Abu Bakar selalu cermat
dalam mengambil uang bantuan dari Baitul Mal. Beliau menggunakan
secukupnya saja untuk keperluan hidup minimal setiap hari. Pernah
isterinya minta manisan tapi si suami tidak punya uang lebih untuk
membelinya. Untung, isterinya punya uang tabungan beberapa dirham selama
dua Minggu, yang lalu diberikannya uang itu kepada suaminya untuk membeli
manisan. Melihat uang itu, Abu Bakar bilang terus terang kepada isterinya
bahwa tabungannya itu telah membuatnya mengambil uang melebihi dari jumlah
yang mereka butuhkan. Lalu dikembalikan uang itu kepada Baitul Mal dan
dikurangi pengambilan uangnya di masa mendatang.
Abu Bakar senang sekali
mengerjakan semua pekerjaan dengan tangannya sendiri, dan tidak pernah
mengijinkan siapapun juga untuk ikut membantu melakukan pekerjaan rumah
tangganya. Bahkan seandainya tali kekang untanya terjatuh, ia tidak akan
pernah meminta siapapun untuk mengambilnya. Ia lebih suka turun dari unta
dan mengambilnya sendiri.
Apabila di hadapannya ada
orang memujinya, dia berkata, "Ya, Allah! Engkau lebih tahu akan
diriku dari pada aku sendiri, dan aku mengetahui diriku sendiri lebih dari
pada orang-orang ini. Ampunilah dosa-dosaku yang tidak mereka ketahui, dan
janganlah mengakibatkan aku bertanggung jawab atas puji-puji mereka
itu."
Abu Bakar dikenal memiliki
kebiasaan hidup sangat sederhana. Pada suatu hari, seorang putra mahkota
Yaman dalam pakaiannya yang mewah tiba di Madinah. Dilihatnya Abu Bakar
hanya mengenakan dua lembar kain warna cokelat, yang selembar menutupi
pinggang dan yang selembar lagi menutupi bagian badan yang lainnya. Putra
mahkota itu begitu terharu melihat kesederhanaan khalifah, sehingga dia
juga membuang pakaiannya yang indah itu. Dia berkata, "Di dalam
Islam, saya tidak menikmati kepalsuan seperti ini."
Pada akhir perjalanan
hidupnya, Abu Bakar bertanya kepada petugas Baitul Mal, berapa jumlah yang
telah ia ambil sebagai uang tunjangan. Petugas itu memberi tahu bahwa
beliau telah mengambil 6.000 dirham selama dua setengah tahun
kekhalifahan. Ia lalu memerintahkan agar tanah miliknya dijual dan seluruh
hasilnya diberikan kepada Baitul Mal. Amanatnya sebelum mangkat itu telah
dilaksanakan. Dan untuk seekor unta dan sepotong baju seharga seperempat
rupee milik pribadinya, ia amanatkan agar diberikan kepada khalifah baru
setelah ia meninggal dunia. Ketika barang-barang tersebut dibawa kepada
yang berhak, Umar yang baru saja menerima jabatan sebagai khalifah
mengeluarkan air mata dan berkata, "Abu Bakar, engkau telah membuat
tugas penggantimu menjadi sangat sulit."
Pada malam sebelum
meninggal, Abu Bakar bertanya pada putrinya Aisyah, berapa jumlah kain
yang digunakan sebagai kain kafan Nabi. Aisyah menjawab, "Tiga."
Seketika itu juga ia bilang bahwa dua lembar yang masih melekat di
badannya supaya dicuci, sedangkan satu lembar kekurangannya boleh dibeli.
Dengan berurai air mata Aisyah berkata bahwa dia tidaklah sedemikian
miskinnya, sehingga tidak mampu membeli kain kafan untuk ayahnya. Khalifah
menjawab, kain yang baru lebih berguna bagi orang yang hidup dari pada
orang yang sudah meninggal.
Banyak penghargaan yang
diberikan kepada khalifah Abu Bakar tentang kepandaian dan kebaikan
hatinya. Baik kawan maupun lawan memuji kesetiaannya kepada agama baru
itu, demikian pula watak kesederhanaan, kejujuran, dan integritas
pribadinya. Jurji Zaidan, sejarawan Mesir beragama Kristen menulis,
"Zaman khalifah-khalifah yang alim adalah merupakan masa keemasaan
Islam. Khalifah-khalifah itu terkenal karena kesederhanaan, kealiman dan
keadilannya. Ketika Abu Bakar masuk Islam, ia memiliki 40.000 dirham,
jumlah yang sangat besar pada waktu itu, akan tetapi ia habiskan semua,
termasuk uang yang diperolehnya dari perdagangan, demi memajukan agama
Islam. Ketika wafat, tidaklah ia memiliki apa-apa kecuali uang satu dinar.
Ia biasa berjalan kaki ke rumahnya di Sunh, di pinggir kota Madinah. Ia
juga jarang sekali menunggangi kudanya. Ia datang ke Madinah untuk
memimpin sembahyang berjamaah dan kembali ke Sunh di sore hari. Setiap
hari Abu Bakar membeli dan menjual domba, dan mempunyai sedikit gembalaan
yang sesekali harus ia gembalakan sendiri. Sebelum menjadi khalifah, ia
telah terbiasa memerah susu domba milik kabilahnya, sehingga ketika ia
menjadi khalifah, seorang budak anak perempuan menyesalkan dombanya tidak
ada yang memerah lagi. Abu Bakar kemudian meyakinkan anak perempuan itu
bahwa akan tetap memerah susu dombanya. Sebelum wafat, ia memerintahkan
menjual sebidang tanah miliknya dan hasil penjualannya dikembalikan kepada
masyarakat Muslim sebesar sejumlah uang yang telah ia ambil dari
masyarakat sebagai honorarium."
Download
|