EDISI>>01-02-03-04-05-06-07-08-09-10-11-12-13-14-15-16-17-18-19-20-21-22-23-24-25-26-27-28-29- 30-31>>

::LIPUTAN::

::BACAAN PALING EKSOTIS::

::ARTIKEL::

MODUS #08

=> Isu Exo
=> Close Up
=> Intim
=> Gaya
=> Curhat
=> Potret
=> Jelajah
=> Bollystar
=> Exobolly
=> Terawang
=> Modus
=> Blitz
=> Gemar
=> Rona
Aturan
Langganan
Pesan CD
Pesan Bundel
Crew Redaksi
Saran Anda
Tarif Iklan

Dibekap kantong kresek leher diplintir

TUKANG GORENGAN BUNUH BOCAH SD

Oleh : Budi

Hanya lantaran terbelit hutang Rp. 210 ribu, Marni (36), gelap mata. Warga Kampung Cihiris Rt 02/01, Desa Cisarua Kecamatan Nanggung – Bogor menghabisi nyawa Nita (7), demi mengincar perhiasan kalung dan anting seberat 7 gram, yang dikenakan bocah malang itu.

Desa Cisarua dibuat geger. Wilayah dekat tambang emas Pongkor ini dikejutkan dengan ditemukannya mayat dalam kardus dengan kondisi membiru. Posisi tangan dan kakinya terikat kabel listrik. Saat ditemukan, tangan dan kaki korban diikat dan ditekuk hingga menyatu  ke perut.

Sebelumnya, sekitar 800 warga kampung Babakan , RT 02/03, Cisarua Nanggung Bogor sedang mengadakan pencarian atas raibnya Nita, gadis cilik yang baru duduk dibangku SD yang tidak pulang sejak berangkat sekolah. Selasa pagi (07/10), warga akhirnya menemukan mayat tersebut di lokasi yang berjarak sekitar 6 km dari kampung mereka. Mayat tersebut dibawa ke RS PMI Bogor untuk diotopsi.

Dari keterangan beberapa saksi, dugaan kuat mengarah pada Marni, pedagang gorengan dan nasi uduk di depan sekolah Nita. Petugas dari Polsek Nanggung, Cisarua Bogor akhirnya mencomot Marni. Di depan petugas Marni mengelak, namun setelah di desak akhirnya mengakui semua perbuatannya.

Kepada petugas, Marni mengatakan bahwa niatnya hanyalah ingin mengambil perhiasan korban, lantaran hutang yang melilitnya. Hutang itu muncul ketika Marni menawarkan diri menjadi kordinator arisan murid SD. Ternyata ide tersebut disambut baik oleh orang tua murid masing-masing.

Maka disepakati dalam seminggu seorang murid membayar Rp.3000, dengan jumlah total Rp. 105 ribu sekali kocok. Awalnya, semua lancar-lancar saja. Karena setiap minggunya Marni mendapat semacam komisi dari setiap anak yang ‘narik’. Maklum, jika mengandalkan dari hasil dagangannya kurang mencukupi. “Jualan kaya gini, paling kalo dagangan habis, uang yang terkumpul cuma Rp. 30 ribu,” ungkap Marni.

Namun, semuanya berubah ketika giliran Asep, salah satu peserta arisan mendapat giliran ‘narik’. Jatahnya uangnya terpakai oleh Marni. Kepada Narsih (30) selaku orang tua Asep, Marni mengaku uangnya terpakai buat modal dagangannya.

Narsih memaklumi kondisi Marni, hingga ia tak keberatan uang arisan tersebut dipakai dulu. “Waktu itu, saya memang belum membutuhkannya, jadi itung-itung nabung aja. Apalagi ia  janji mengembalikan dalam waktu yang tidak lama,” ujar Narsih.

Tapi setelah lewat dua minggu, Marni belum kunjung memberikan kabar. Narsih berusaha menanyakan uang yang menjadi haknya itu. Marni berdalih, uangnya belum terkumpul semua. Lagi-kagi Narsih memaklumi hal itu.

Mendapat ‘perpanjangan’ itu hati Marni malah jadi tidak enak. Ia memutar otak, bagaimana caranya mendapatkan uang untuk menutupi hutangnya itu.

Perasaan tidak enak yang terus menghantuinya itu hingga menimbulkan kebingungan yang mendalam. Dari perasaan bingung itu hingga Marni memutuskan mangambil jalan pintas dengan cara merampas perhiasan Nita, warga Kampung Babakan, salah satu murid kelas dua di sekolah itu.

Senin pagi (06/10) sekitar pukul 08.00 Wib, seperti biasa, sebelum masuk kelas Nita membeli jajanan di warung Marni. Saat sedang asik menikmati jajanannya, Nita ingin buang air kecil. Mendengar hal itu, Marni mengajak Nita untuk buang air kecil di rumahnya yang kebetulan bersebelahan dengan sekolah.

Tanpa perasaan curiga, gadis lugu ini nurut. Karena telah mengetahui bahwa sehari-harinya Nita selalu menggunakan perhiasan, meski saat itu Nita sendiri menggunakan jilbab, niat busuk Marni untuk merampas perhiasan itu muncul. Kebetulan suami dan anak-anaknya sedang tidak di rumah.

Saat Nita sedang kencing sambil jongkok, tangan Marni membekap mulut korban. Sejurus kemudian Marni berusaha mengambil perhiasan tersebut. Karena Nita berontak dan berusaha melepaskan diri, Marni langsung membekap kepala korban dengan kantong kresek, mencekik dan memelintir leher korban.

Saat itu juga tubuh korban tak bergerak lagi. Sadar korbannya tewas, Marni bingung bagaimana caranya membuang mayatnya. Tiba-tiba matanya tertuju pada kabel yang berserakan dan karung yang ada di dapurnya.

Tak mau aksinya terendus, Marni langsung mengikat kaki dan tangan Nita menjadi satu, setelah itu tubuh Nita dimasukan ke dalam karung plastik. Karena merasa tak yakin, kemudian Marni memasukan mayat yang sudah dibungkus karung tersebut ke dalam kardus, dan mengikatnya.

Setelah rapi, dengan sedikit berhati-hati, dia membawa kardus tersebut ke pinggir jalan dan menyetop ojek yang kebetulan lewat. Saat itu Robi (21), tukang ojek yangb ditumpangi Marni sudah curiga. Ia menyakan barang yang dibawa Marni dan kala itu dijawab Marni, bahwa dirinya membawa singkong dan pisang yang akan dijual ke pasar.

Setelah turun dari ojek, Marni melanjutkannya perjalannya menggunakan angkot. Di pertengahan jalan tepatnya Kampung Ciketug, Desa Pangkalan Jaya, di suatu tikungan yang agak sepi, Marni turun dan langsung membuang mayat itu di pinggir jalan.

Hatinya plong. Setelah itu, dia pergi ke pasar Leuwiliang dan menjual perhiasan hasil rampasannya. Hasil penjualannya langsung dia bayarkan untuk melunasi hutangnya kepada Narsih.

AMUK MASSA--Jarum jam menunjuk pukul 11.00 siang, Sulaesih (35), ibu Nita merasa curiga ketika waktunya pulang sekolah putrinya belum juga muncul.. Kemudian dia mendatangi sekolah dan menemui gurunya. Yang justru membuatnya lebih curiga bahwa telah terjadi sesuatu terhadap anaknya adalah ketika mendapat keterangan dari gurunya bahwa Nita hari ini tak masuk sekolah. Sedangkan paginya ia sempat mengantar putrinya hingga naik ojek menuju ke sekolah.

Dengan perasaan was-was, Ule demikian Sulaesih biasa disapa, mencari informasi tentang keberadaan putrinya. Bersama warga lainnya, dia mencari Nita, hingga berhasil mendapatkan informasi yang mengarah kepada Marni berdasarkan keterangan dari Robi si tukang ojek.

Awalnya ketika ditanyakan hal itu kepada Marni, dia tidak mau mengaku. Akhirnya pihak keluarga Ule melaporkan hal tersebut kepada Polsek Nanggung. Selanjutnya dengan alasan pengamanan, pihak kepolisian menggiring Marni karena melihat situasi warga Kampung Babakan yang sudah berkumpul dan merasa geram dengan sikap Marni.

Dengan pemeriksaan intensif, ditambah bukti ditemukan mayat itu, akhirnya dihadapan polisi Marni mengakui semua perbuatannya. Kontan saja, warga yang mendengar pengakuan tersebut langsung mengamuk. Rumah tersangka pun menjadi sasaran amuk massa.

Untung saja, suami dan anak-anak Marni sedang tidak ada di tempat, hingga tidak menjadi sasaran amuk massa tersebut. Hingga kini keberadaan suami dan anak-anak Marni tak diketahui kemana perginya.

Ketika ditemui diruang kerjanya, Wakapolres Bogor, Kompol Rusdi Hartono membenarkan tentang peristiwa tersebut. Pihaknya masih terus memeriksa secara intensif tentang motif pembunuhan yang dilakukan tersangka.*

***

Abdul Rojak (40), ayah korban

SERBA PUTIH

Oleh : Budi

Abdul Rojak, ayah korban langsung syok ketika mendengar kabar kematian putrinya. Bagaimana tidak, putri satu-satunya ini ‘pergi’ meninggalkan keluarga secara tragis. Hal itu yang sempat membuat Rojak   dan istrinya pingsan beberapa kali. Bahkan istrinya sampai sakit.

Menurut Rojak, sebenarnya dia juga sudah mendapat firasat, tentang peristiwa yang akan menimpa Nita. Namun dia tak mau mengungkapkan hal itu kepada keluarga lainnya. “Hari minggunya, anak itu kok tumben makannya banyak, biasanya sehari cuma makan sekali, ini dia makan sampai empat  kali,” ujar Rojak ketika ditemui Exo dikediamannya Jumat pagi (10/10).

Bukan hanya itu, menurut Rojak, hari Senin-nya, yang biasanya Nita tak pernah bangun subuh, hari itu justru berbeda, setelah bangun subuh, Nita langsung mandi dan keramas yang juga tak pernah dilakukan sebelumnya. Selesai mandi, Nita langsung berpakaian serba putih yang justru timbul pertanyaan di benak Rojak, “Ada apa dengan anak saya?”

“Selain itu, dari hari minggu tuh anak maunya ikut saya terus, yang biasanya nempelin ibunya, ini mah tumben kemana saya pergi dia ngikut, termasuk juga ke sawah,” kenang Rojak  sedih.*

*** 

Nur (36) warga sekitar

SUDAH NIAT

Oleh : Budi

Ketika mendengar peristiwa yang menimpa Nita, sebetulnya Nur sudah mengira bahwa pelakunya adalah Marni. Sebab menurutnya, pernah suatu kali, anaknya yang bernama Meisi dibujuk Marni. “Waktu itu anak saya dipegang-pegang kalung dan antingnya, lalu dirayu olehnya supaya main kerumahnya untuk diobati, karena memang anak saya sedang sakit. Untungnya dia tidak mau,” tutur Nur.

Setelah peristiwa itu, akhirnya dia melepaskan perhiasan yang dipakai Meisi. Dan sejak saat itu pula Meisi tak menggunakan perhiasan lagi. Bahkan sejak peristiwa yang menimpa Nita, kini seluruh warga melarang anak-anaknya menggunakan perhiasan kemana pun mereka pergi.”Peristiwa ini menjadi pelajaran berharga bagi kami, agar selalu berhati-hati,” kata Nur.*

>>>Baca Juga: PECANDU BOKEP 'GARAP' PUTRI KANDUNG...

=> Rilexo
=> Cerbung
=> Noji
=> cinexo
=> Etalase
=> Gaul
=> Kelambu
=> Exolusi
=> Amor
=> Mbak Dona
=> Horoskop
=> Poster
=>
Bintang Exo
Free Web Site Counter

hubungi redaksi - webmaster - pasang iklan
Copyright 2004 exotica23.tk (pt angkasa media utama) All Rights Reserved

Hosted by www.Geocities.ws

1