Close
up
SEKALI
‘JOSS’ DIBAYAR CEPEK
Menjalani hidup sebagai wanita pemuas syahwat, banyak suka dan
duka yang dijalani. Apalagi dalam diri seorang amoy, yang mungkin tetap
menjadi kaum minoritas. Tidak sekedar bicara rival, namun perlakuan yang
kadang tidak mengenakkan dari para lelaki hidung belang hingga aparat
keamanan.
Mira (18) - nama disamarkan - misalnya, amoy yang mengais rupiah
di salah satu pusat hiburan di bilangan Batu Ceper, Jakarta Pusat ini
banyak bertutur tentang dunia ‘gelap’ yang kini dilakoni. Dua tahun
lalu Mira, bekerja di salah satu pabrik di kawasan Tangerang, Jawa Barat.
Dua bulan pertama pacaran dengan seorang pemuda Tionghoa yang masih
kuliah. Hubungan mereka berlanjut hingga hubungan layaknya suami istri.
Bermain api hangus. Bermain air basah. Akibat keseringan
berhubungan seks, Mira hamil. Sayang kekasihnya tak mau tanggung jawab
dengan alasan masih kuliah. Diburu pertanggung jawabannya, malah kabur
tak tahu rimbanya. Akhirnya wanita kelahiran Tangerang ini harus
menanggung resiko sendiri.
Mira memilih tinggal di rumah temannya di Jalan Kartini, Jakarta
Pusat sambil menunggu kelahiran anaknya. Orang tuanya sama sekali tak
tahu jika dia hamil hasil hubungan pra nikah. Tentu saja tentang biaya
kelahiran anaknya pasti harus ditanggung sendiri.
Mira harus kerja. Namun mana ada tempat yang mau menerima kehadirannya
dalam keadaan hamil. Oleh temannya, Mira disarankan kerja di sebuah
restoran. Di restoran itulah akhirnya dia berkenalan dengan seorang
wanita yang akhirnya mengajaknya kerja di karaoke di ujung jalan Mangga
Besar. Di karaoke itulah Mira akhirnya terpaksa ‘jual tubuh’.
“Sudah kepalang basah. Saya butuh biaya,” ungkapnya. Bahkan
seusai melahirkan, Mira tetap melanjutkan profesinya, sebagai pemuas
syahwat, meskipun kedoknya adalah gaet karaoke. Dari hasil yang kini
digeluti, Mira mampu mengantongi rupiah paling sedikit Rp. 50 juta dalam
satu sebulan. Angka yang cukup menggiurkan.
“Sekarang sih lumayan. Tapi dulu waktu saya masih hamil, saya
pernah cuma dibayar cepek (Rp. 100 ribu). Itupun ‘tamu’nya minta neko-neko. Saya
sempat putus asa, namun bila ingat kandungan saya waktu itu, saya cuma
bisa menangis,” tutur wanita yang diburu pertanyaan soal pengalaman
pertamanya menservis pelanggan.
Mira berusaha tabah. Hari-hari dilalui tetap dengan mengandalkan
tubuh untuk mengeruk rupiah. Dari satu lokasi ke lokasi lain. Hingga
akhirnya kini terdampar di salah satu karaoke di Jalan Batu Ceper,
Jakarta Pusat.
Alasan memilih kawasan tersebut, menurutnya selain dari segi keamanan
lebih terjamin, di tempat baru tersebut Mira bisa berkumpul bersama
teman-teman senasib dan sama-sama satu ras. Belum lagi, hasil yang
diperoleh cukup menggiurkan lantaran keberadaan tempat tersebut memang
diperuntukkan bagi kalangan menengah keatas.
Lain Mira, lain pula kisah Adelia (22), penjaja seks bermata sipit yang
biasa mangkal di wilayah daerah operasi di
sepanjang Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat, persisnya di depan
halte Indorent.
Saat ditemui EXO Kamis malam pekan lalu, wanita semampai asal
kota hujan ini berkisah kenapa ia tetap ngotot untuk mengais rupiah
dengan menjajakan tubuh. Menurutnya selain mengaku sulit memenuhi gaya
hidup metropolitan, wanita blasteran Cina-Ciawi ini mengaku enjoy
menjalani profesi itu.
“Beban sih ada, tapi aku enjoy aja. Apalagi Mami S (germo
Adelia-red), orangnya sangat bertanggung jawab jika ada anak buahnya
yang kena razia,” tukas Adelia. Ditambahkan bahwa dua tahun ia memburu
rupiah, enam kali kena garuk petugas. Ujungnya Mami S akan menempuh
upaya damai, hingga akhirnya dirinya ditebus dengan sejumlah uang dan
kembali bisa bebas beroperasi lagi.
Sebagai jasa timbal baliknya, dua puluh persen dari jumlah
transaksi wajib disetor kepada mami. Bahkan mami S inilah yang menerima
duit transaksi pertama dengan para konsumennya. Bahkan lewat Mami S pula
orderan dari hotel ia dapatkan.
Lingkaran setan itulah yang pada gilirannya membuat Adelia tetap
kerasan bergabung dengan Mami S dan terus menjalani profesi sebagai
pelacur di jalanan. Tanpa tedeng aling-aling. Tanpa rasa takut dengan
razia petugas, sebab sudah bisa ditebak usai digaruk pasti dilepas lagi.
Gampang bukan?
KETIBAN
SIAL-- Keluh kesah dan suka duka ternyata bukan sekedar monopoli para
amoy penjaja cinta sesaat. Kejadian cukup tragis dialami Iwan (27),
lelaki hidung belang penggemar amoy. Suatu ketika, di saat kantongnya
lagi kempes, Iwan mencoba memburu ‘daging mentah’ rasa amoy jalanan.
Malam itu, Iwan mulai memburu amoy sepanjang Hayam Wuruk.
Kebetulan atas informasi dari temannya, di kawasan tersebut memang
menawarkan amoy dengan harga terjangkau. Setelah memilih sasaran yang
dibidik, tawar menawar terjadi. Disepakati Rp. 300 ribu sebagai harga
buking. Transaksi dijalani. Sejurus kemudian Iwan memboyong amoy
pilihannya ke salah satu hotel di kawasan Mangga Besar. Tanpa diduga,
setelah ‘sigunduli’ busananya ia baru sadar bahwa amoy bukingannya
adalah amoy jejadian.
“Suer, aku ngga nyangka jika amoy tersebut adalah bencong. Nada
bicaranya mirip perempuan, wajahnya, kulitnya hmmm…sulit dilukiskan
dengan kata-kata. Sudah kepalang tanggung, dari pada tidak sama sekali,
terpaksa saya pakai amoy setengah lelaki tersebut,”kenang
Iwan.
Mungkin ini yang patut dicermati. Bahwa keberadaan amoy sepanjang Hayam
Wuruk tak sepenuhnya adalah amoy beneran alias telah disusupi amoy
bencong.
Lalu, apakah amoy asli merasa terganggu? “habis mau bagaiaman
lagi, kita sama-sama cari makan. Belum lagi mereka adalah ‘amoy’
senior alias yang membuka lahan terlebih dahulu,” tutur Lia (25), amoy
yang namanya culkup di kenal dikawasan tersebut lantaran wajahnya memang
lumayan cantik.
Lia adalah amoy primadona disana. Sepak terjangnya termasuk
senior. Makanya jika sang senior saja tak mampu membendung keberadaan
amoy jejadian tersebut, siapa lagi yang mampu mengusik keberadaanya.
Gawatnya, para aparat tak mampu ‘mengusir’ keberadaan mereka.
Meskipun seratus atau bahkan seribu kali diadakabn razia, esok hari atau
lusa nanti, amoy-amoy ini tetap akan beroperasi kembali. Ini menjadi
masalah pelik yang hingga kini sulit terpecahkan.
Jika kita pertanyakan, siapa paling diuntungkan dengan merebaknya
amoy-amoy ini? Jawabannya adalah semua. Tak kurang dari amoy yang
menjajakan tubuhnya, mami, bodyguard, hidung belang hingga penjaja
makanan yang berada disekitarnya sekalipun. Tidak menutup kemungkinan,
oknum-oknum aparat yang mengutip jatah dari prostitusi terang-terangan
yang menonjok mata kita ini. Tidak ada yang kegerahan. Tidak ada rasa
malu. Jika ada semua telah tertutup uang yang justru membutakan mata
mereka.* nr
>Maya (20)
"NGGAK BISA DITAWAR" >>Evi (19)
"DIJAMIN PUAS"
>> Masayu Syarifah Hanim Ms
"BISA TUKAR ISTRI"
|