EDISI>>01-02-03-04-05-06-07-08-09-10-11-12-13-14-15-16-17-18-19-20-21-22-23-24-25-26-27-28-29-  30-31>>

::LIPUTAN::

=> Isu Exo
=> Close Up
=> Intim
=> Gaya
=> Curhat
=> Potret
=> Jelajah
=> Bollystar
=> Exobolly
=>
Terawang
=> Modus
=> Blitz
=> Gemar
=> Rona

crew redaksi

berlangganan

pesan cd

pesan bundel

saran anda

:: BACAAN PALING EKSOTIS ::

Close Up * edisi 05 * minggu i oktober 2003

::ARTIKEL::

=> Rilexo
=> Cerbung
=> Noji
=> Cinexo
=> Etalase
=> Gaul
=> Kelambu
=> Exolusi
=> Amor
=>
Mbak Dona
=> Horoskop
=> Poster

Bintang Exo

ketentuan

 
liquid len
Free Web Counter
liquid len

Close up

SEKALI ‘JOSS’ DIBAYAR CEPEK 

Menjalani hidup sebagai wanita pemuas syahwat, banyak suka dan duka yang dijalani. Apalagi dalam diri seorang amoy, yang mungkin tetap menjadi kaum minoritas. Tidak sekedar bicara rival, namun perlakuan yang kadang tidak mengenakkan dari para lelaki hidung belang hingga aparat keamanan.

  Mira (18) - nama disamarkan - misalnya, amoy yang mengais rupiah di salah satu pusat hiburan di bilangan Batu Ceper, Jakarta Pusat ini banyak bertutur tentang dunia ‘gelap’ yang kini dilakoni. Dua tahun lalu Mira, bekerja di salah satu pabrik di kawasan Tangerang, Jawa Barat. Dua bulan pertama pacaran dengan seorang pemuda Tionghoa yang masih kuliah. Hubungan mereka berlanjut hingga hubungan layaknya suami istri.

Bermain api hangus. Bermain air basah. Akibat keseringan berhubungan seks, Mira hamil. Sayang kekasihnya tak mau tanggung jawab dengan alasan masih kuliah. Diburu pertanggung jawabannya, malah kabur tak tahu rimbanya. Akhirnya wanita kelahiran Tangerang ini harus menanggung resiko sendiri.

Mira memilih tinggal di rumah temannya di Jalan Kartini, Jakarta Pusat sambil menunggu kelahiran anaknya. Orang tuanya sama sekali tak tahu jika dia hamil hasil hubungan pra nikah. Tentu saja tentang biaya kelahiran anaknya pasti harus ditanggung sendiri.

Mira harus kerja. Namun mana ada tempat yang mau menerima kehadirannya dalam keadaan hamil. Oleh temannya, Mira disarankan kerja di sebuah restoran. Di restoran itulah akhirnya dia berkenalan dengan seorang wanita yang akhirnya mengajaknya kerja di karaoke di ujung jalan Mangga Besar. Di karaoke itulah Mira akhirnya terpaksa ‘jual tubuh’.

“Sudah kepalang basah. Saya butuh biaya,” ungkapnya. Bahkan seusai melahirkan, Mira tetap melanjutkan profesinya, sebagai pemuas syahwat, meskipun kedoknya adalah gaet karaoke. Dari hasil yang kini digeluti, Mira mampu mengantongi rupiah paling sedikit Rp. 50 juta dalam satu sebulan. Angka yang cukup menggiurkan.

“Sekarang sih lumayan. Tapi dulu waktu saya masih hamil, saya pernah cuma dibayar cepek (Rp. 100 ribu). Itupun ‘tamu’nya minta neko-neko. Saya sempat putus asa, namun bila ingat kandungan saya waktu itu, saya cuma bisa menangis,” tutur wanita yang diburu pertanyaan soal pengalaman pertamanya menservis pelanggan.

Mira berusaha tabah. Hari-hari dilalui tetap dengan mengandalkan tubuh untuk mengeruk rupiah. Dari satu lokasi ke lokasi lain. Hingga akhirnya kini terdampar di salah satu karaoke di Jalan Batu Ceper, Jakarta Pusat.

Alasan memilih kawasan tersebut, menurutnya selain dari segi keamanan lebih terjamin, di tempat baru tersebut Mira bisa berkumpul bersama teman-teman senasib dan sama-sama satu ras. Belum lagi, hasil yang diperoleh cukup menggiurkan lantaran keberadaan tempat tersebut memang diperuntukkan bagi kalangan menengah keatas.

Lain Mira, lain pula kisah Adelia (22), penjaja seks bermata sipit yang biasa mangkal di wilayah daerah operasi di  sepanjang Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat, persisnya di depan halte Indorent.

Saat ditemui EXO Kamis malam pekan lalu, wanita semampai asal kota hujan ini berkisah kenapa ia tetap ngotot untuk mengais rupiah dengan menjajakan tubuh. Menurutnya selain mengaku sulit memenuhi gaya hidup metropolitan, wanita blasteran Cina-Ciawi ini mengaku enjoy menjalani profesi itu.

“Beban sih ada, tapi aku enjoy aja. Apalagi Mami S (germo Adelia-red), orangnya sangat bertanggung jawab jika ada anak buahnya yang kena razia,” tukas Adelia. Ditambahkan bahwa dua tahun ia memburu rupiah, enam kali kena garuk petugas. Ujungnya Mami S akan menempuh upaya damai, hingga akhirnya dirinya ditebus dengan sejumlah uang dan kembali bisa bebas beroperasi lagi.

Sebagai jasa timbal baliknya, dua puluh persen dari jumlah transaksi wajib disetor kepada mami. Bahkan mami S inilah yang menerima duit transaksi pertama dengan para konsumennya. Bahkan lewat Mami S pula orderan dari hotel ia dapatkan.

Lingkaran setan itulah yang pada gilirannya membuat Adelia tetap kerasan bergabung dengan Mami S dan terus menjalani profesi sebagai pelacur di jalanan. Tanpa tedeng aling-aling. Tanpa rasa takut dengan razia petugas, sebab sudah bisa ditebak usai digaruk pasti dilepas lagi. Gampang bukan?

KETIBAN SIAL-- Keluh kesah dan suka duka ternyata bukan sekedar monopoli para amoy penjaja cinta sesaat. Kejadian cukup tragis dialami Iwan (27), lelaki hidung belang penggemar amoy. Suatu ketika, di saat kantongnya lagi kempes, Iwan mencoba memburu ‘daging mentah’ rasa amoy jalanan. 

Malam itu, Iwan mulai memburu amoy sepanjang Hayam Wuruk. Kebetulan atas informasi dari temannya, di kawasan tersebut memang menawarkan amoy dengan harga terjangkau. Setelah memilih sasaran yang dibidik, tawar menawar terjadi. Disepakati Rp. 300 ribu sebagai harga buking. Transaksi dijalani. Sejurus kemudian Iwan memboyong amoy pilihannya ke salah satu hotel di kawasan Mangga Besar. Tanpa diduga, setelah ‘sigunduli’ busananya ia baru sadar bahwa amoy bukingannya adalah amoy jejadian.

“Suer, aku ngga nyangka jika amoy tersebut adalah bencong. Nada bicaranya mirip perempuan, wajahnya, kulitnya hmmm…sulit dilukiskan dengan kata-kata. Sudah kepalang tanggung, dari pada tidak sama sekali, terpaksa saya pakai amoy setengah lelaki tersebut,”kenang  Iwan.

Mungkin ini yang patut dicermati. Bahwa keberadaan amoy sepanjang Hayam Wuruk tak sepenuhnya adalah amoy beneran alias telah disusupi amoy bencong.

Lalu, apakah amoy asli merasa terganggu? “habis mau bagaiaman lagi, kita sama-sama cari makan. Belum lagi mereka adalah ‘amoy’ senior alias yang membuka lahan terlebih dahulu,” tutur Lia (25), amoy yang namanya culkup di kenal dikawasan tersebut lantaran wajahnya memang lumayan cantik.

Lia adalah amoy primadona disana. Sepak terjangnya termasuk senior. Makanya jika sang senior saja tak mampu membendung keberadaan amoy jejadian tersebut, siapa lagi yang mampu mengusik keberadaanya.

Gawatnya, para aparat tak mampu ‘mengusir’ keberadaan mereka. Meskipun seratus atau bahkan seribu kali diadakabn razia, esok hari atau lusa nanti, amoy-amoy ini tetap akan beroperasi kembali. Ini menjadi masalah pelik yang hingga kini sulit terpecahkan.

Jika kita pertanyakan, siapa paling diuntungkan dengan merebaknya amoy-amoy ini? Jawabannya adalah semua. Tak kurang dari amoy yang menjajakan tubuhnya, mami, bodyguard, hidung belang hingga penjaja makanan yang berada disekitarnya sekalipun. Tidak menutup kemungkinan, oknum-oknum aparat yang mengutip jatah dari prostitusi terang-terangan yang menonjok mata kita ini. Tidak ada yang kegerahan. Tidak ada rasa malu. Jika ada semua telah tertutup uang yang justru membutakan mata mereka.* nr

>Maya (20) "NGGAK BISA DITAWAR"    >>Evi (19) "DIJAMIN PUAS"

>> Masayu Syarifah Hanim Ms "BISA TUKAR ISTRI"

hubungi redaksi - webmaster - pasang iklan

Copyright 2004 exotica23.tk (pt angkasa media utama) All Rights Reserved

 
Hosted by www.Geocities.ws

1