EDISI>>01-02-03-04-05-06-07-08-09-10-11-12-13-14-15-16-17-18-19-20-21-22-23-24-25-26-27-28-29-  30-31>>

::LIPUTAN::

=> Isu Exo
=> Close Up
=> Intim
=> Gaya
=> Curhat
=> Potret
=> Jelajah
=> Bollystar
=> Exobolly
=>
Terawang
=> Modus
=> Blitz
=> Gemar
=> Rona

crew redaksi

berlangganan

pesan cd

pesan bundel

saran anda

:: BACAAN PALING EKSOTIS ::

Close Up * edisi 05 * minggu i oktober 2003

::ARTIKEL::

=> Rilexo
=> Cerbung
=> Noji
=> Cinexo
=> Etalase
=> Gaul
=> Kelambu
=> Exolusi
=> Amor
=>
Mbak Dona
=> Horoskop
=> Poster

Bintang Exo

ketentuan

 
liquid len
Free Web Counter
liquid len

Close up

Dra Masayu Sharifah Hanim, Ms, Sosiolog dan Peneliti Kemasyarakatan LIPI

BIASA TUKAR ISTRI

Etnis Tionghoa sejak dulu alias sejak jaman kekaisaran kerap menjadikan wanita sebagai objek kesenangan kaum pria. Bisa dilihat dari film-film yang kerap diputar di layar kaca televisi swasta. Tingkat ekonomi mereka di Indonesia rata-rata cukup mapan. Mereka,  Way of life-nya memang ke materi. Di Jakarta komunitas mereka berada di kawasan Gajah Mada, Jakarta Pusat dan sekitarnya.

Pada dasarnya filosofi mereka sangat bagus ada keseimbangan yin dan yang, tapi untuk masalah materi mereka anggap nomor satu. Hidup, mati mereka tidak dianggap materi. Bahkan mati pun mereka membawa harta. Ini menjadi lemah ketika di dekatkan dengan etika moral.

“Siang dan malam, mereka terus memikirkan harta. “Setelah mendapatkan semuanya, mereka berusaha mencari kepuasan,” papar Dra. Masayu Sharifah Hanim, Msi, Sosiolog dan Peneliti Kemasyarakatan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), yang ditemui Exo pada  Selasa (23/09) lalu.

Sedangkan wanita penghibur keturunan Tionghoa yang melacurkan diri yang banyak di kawasan Mangga Besar disamping mencari kesenangan, mereka juga mencari uang dengan cara instant. Tapi ada juga yang mencari kesenangan saja.

"Demi memuaskan nafsu, tukar-menukar istri biasa  mereka lakukan. Komunitas mereka sama-sama teman, tidak hanya pinjam-pinjam duit atau baju saja. “Bahkan pinjam istri pun, halal buat mereka. Jadi seks bagi mereka adalah kesenangan,” lanjut Masayu.

Sedangkan pelacur yang didatangkan dari luar negeri seperti dari Cina itu adalah komoditas. Pelacur bagi mereka sudah menjadi industri. Mereka masuk dunia hitam dipengaruhi faktor ekonomi. Tapi ada juga yang masuk dunia hitam bukan karena faktor ekonomi. Tapi karena ingin mencari kepuasan seks saja. Mereka harus masuk ‘ling’ itu, agar bisa memilih jenis laki-laki yang mereka sukai. “Karena  buat mereka uang itu segala-galanya dan sangat berkuasa,” ungkanya.

Dilihat pada sistem kekerabatan menurutnya, jalan hidup itu ada dua. Jalan hidup yang melenceng atau jalan yang benar. Jalan hidup yang benar biasanya ditumpang dengan kekerabatan itu. “Itu  memerlukan upaya atau usaha keras. Tapi ada lagi sebagaian orang mencari materi dengan cara instant. Seperti pelacur-pelacur itu,” ujarnya.

Ditambahkan bahwa cara mafia pelacur amoy membujuk  calon-calon pelacur bisa saja melalui cara  kekerabatan. “Itu cara hidup yang menyimpang. Karena sistem kekerabatan tidak menjamin seseorang untuk tidak berbuat amoral,” katanya lagi. Yang jelas kata Masayu Seseorang yang terjebak di dunia pelacuran, rata-rata dipengaruhi faktor ekonomi dan faktor konsumerisme.*zul

hubungi redaksi - webmaster - pasang iklan

Copyright 2004 exotica23.tk (pt angkasa media utama) All Rights Reserved

 
Hosted by www.Geocities.ws

1