Dalam
Suaranya
Oleh : Maya Hayati
wanita itu...
ia memanggilku
untuk pulang
kala suara itu
bergeletar
dan kutahu di
seberang sana
pastilah terbendung
bening di pelupuk matanya
ia memanggilku untuk
pulang
dan kutahu itu
tapi tak bisa datang
walau kutahu getar
dawai ini mencipta kerinduan
dan sosokku 'kan
meredakannya
ia memanggilku untuk
pulang
dari isaknya yang
tertahan
dan mencipta rasa
bersalahku
walau kutahu,
ia tahu
cinta ini ada
walau tak bersama
ibuku tercinta...
11 Januari 2003
Mengharap
Abadi
Oleh Maya
Hayati
menemukan untaian lama, 2 Januari 2002
Tuhan...
selalu kumulai hari
ini dengan kata suci itu
yang mulai kumaknai
dengan permulaan
jatuhnya sinar itu
ke pangkuanku, dan menyelusupi jiwaku
aku selalu berdesir
dalam kemesraan, dalam lafal-lafal suci yang menggetarkan
'arsy
di kala kepakkan
malaikat menjunjung dan mengantarkan sebagai persaksian syukurku
jika tidak ada yang
abadi, kupintakan kecuali untuk gejolak ini
karena tiada yang
lain, hingga dua pipiku terbasahi
dan hatiku gelisah
merindu
Tuhan...
selalu terisi ruang
hatiku untuk kata suci itu
tetapi, selalu itu
tidak terus selalu
perasaan terhempas-hempas,
memainkan sekat-sekat ini
yang kupintakan
jangan pernah terbagi
dan aku tidak ingin
tertipu
karena kejujuranku
membuatku takut
takut, akan tak
tetap lagi hatiku, pada nama-MU...
Cahaya
Rumah Kami
Oleh : Maya Hayati
mengenang
saat-saat bersamanya...
tak perlu
kukatakan betapa bahagianya aku berada di dekatnya
melihat garis dan
raut wajahnya
melihat kepenatan
yang sirna kala didengarnya celotehku, celoteh kami...
tak perlu
kukatakan betapa senangnya aku melakukan sesuatu untuknya
mengambil sepatu
dan menyikatnya
menghangatkan makan
dan menghidangkannya
lalu ia akan berdo'a
untukku, untuk kami...
tak perlu
kukatakan betapa bersyukurnya aku untuk memilikinya
mencontoh selaksa
kesabarannya
mendengar petuah
bijaknya
melihat ketulusan
pengorbanannya
memberikan segala
bekal hidup
untukku...untuk
kami...
tak dapat
tergambarkan memang,
kecuali puji syukurku
pada Sang Maha Diraja
atas cahaya yang
diberikan pada kami
ya...ia, ayahku,
cahaya rumah kami...
26 Mei
2003
>> puisi
- Seribu
satu pelangi bercahaya dalam dadaku, Syuhada,
Palestina Menjadi Cahaya:
Wida Sireum Hideung
- Pada
Penggalan Masa, Syair Burung Rawa-rawa, Tafakur
Diri :
Prakoso Bhairawa Putera
- Ketika
Kau Sakiti Lagi Hati Kami, Narasi Pembantaian dan Nisan
Tanpa Nama, Wisata ke Bukit Tengkorak : Nanang
Suryadi
- Sajak
Untuk Sang Ustadz, Renungan hari Lahir
: Doni
Riadi
- Ayah
: Hida
- Kalau
Aku Menamakan, Biarku Merenung :
Maya Hayati
- Dalam Suaranya, Mengharap
Abadi, Cahaya Rumah Kami :
Maya Hayati
- 2001-01-01 :
Imam Nur Azis
- Riskannya Aku Mencintai-Mu, Harakiri Bimbang, Hilang:
Alqawmany
|