Friday, 9/05/03 7:05
In The Name of Allah The Most Gracious The Most Merciful
 



Pada segmen masyarakat yang berpendidikan dimana surat kabar telah menjadi kebutuhan primer, membaca kolom-kolom seperti analisis, opini, wacana atau artikel menempati tingkat kewajiban yang sama untuk dikonsumsi seperti halnya mereka mengkonsumsi berita-berita terbaru. Selain karena untuk memenuhi kebutuhan intelektual mereka, opini di surat kabar telah menjadi alternatif pilihan ketika mereka tak sempat membaca buku karena keterbatasan waktu senggang.

Opini di surat kabar dapat mempengaruhi paradigma, sikap atau penilaian masyarakat terhadap isu yang sedang hangat dibicarakan, bahkan terkadang opini tersebut mewakili opini masyarakat kebanyakan. Sehingga tidak jarang, pengambilan-pengambilan kebijakan terinspirasi dari muatan opini tersebut.

Menulis opini itu memang mudah, namun menulis sebuah opini yang berkualitas itu adalah persoalan lain. Dimulai dari proses penjelajahan ide, penentuan perspektif atau sudut pandang, pemilihan kalimat, lalu merangkainya menjadi paragaraf-paragraf menjadi sebuah kesatuan tulisan yang enak dibaca, adalah sebuah proses yang dilalui dengan tidak sederhana. Didalamnya terkandung intisari pengetahuan dan paradigma yang merepresentasikan kapasitas pengetahuan dan pola pikir yang kita miliki sepanjang masa usia kita.

Adanya perbedaan pandangan atau pemikiran dalam menyikapi suatu isu adalah sebuah keniscayaan dalam menulis opini. Dari sanalah justru lahir benturan-benturan pemikiran yang sebenarnya bermuara kepada pencerdasan wacana dan pendewasaan kita dalam mengambil sikap serta penumbuhan kultur diskusi, dialektika atau debat wacana sehingga dapat mengeliminasi pola-pola primitif yang mengandalkan kekerasan sebagai satu-satunya solusi.

Dalam konteks jurnalistik Indonesia saat ini, dimana kaidah-kaidah umumnya masih mengutamakan unsur keanehan, sensasi, konflik dan pertikaian sebagai sebuah isu yang ‘renyah’, maka ide jurnalisme perdamaian patut menjadi ide yang perlu didukung dengan sepenuh hati, termasuk dalam hal menulis opini. Ide perdamaian yang dimaksud bukanlah diartikan sebagai bentuk kompromisitas nilai-nilai kebenaran terhadap kebatilan tetapi, perannya sebagai mediator conflict resolustion, menulis isu dengan berbagai perspektif, memahami sudut pandang pihak lain bahkan empati, mengatasi prasangka dan kecurigaan, serta dorongan untuk mengevaluasi ulang pola pikir dan sikap dasar yang terbentuk semula, menuju sebuah kondisi masyarakat yang lebih sehat dan berperadaban.

Komunitas ini dibentuk berdasarkan idealisme pemikiran diatas, menjadikan ide jurnalisme perdamaian atau jurnalisme perbaikan atau profetik, yang berlandaskan nurani atau ‘anggukan universal’ –meminjam istilah Ary Ginanjar Agustian—sebagai dasar menulis opini.


 

"Tuhan menetapkan, tapi Dia tidak kejam.."

(Albert Einstein)

All Rights Reserved © 2003, dedicated to godspot journalism, designed by bro_doni under Dreamweaver 4, Swish 2.0, and Photoshop 7.0
1