Wedangjae : Para Pegiat

Friday, 9/05/03 7:22

In The Name of Allah The Most Gracious The Most Merciful


		DONI RIADI. Anak sulung ini dilahirkan di Lahat, Sumsel, 29 Agustus 1978. Perkenalannya dengan dunia tulis menulis dimulai ketika ia memenangkan berbagai lomba mengarang sejak kelas 3 SD. Sewaktu SMP, sajaknya tentang persahabatan pernah dibacakan pada upacara bendera, di masa itu pula ia menjadi redaksi majalah sekolah dan juga Waka OSIS. Di SMA Negeri 1 Purworejo, selain menjadi ketua MPK, kegemarannya menulis berlanjut dengan menjadi kontributor mading, sempat menjadi penggemar Khalil Gibran dan juga menjadi loper koran. Setelah gagal menjadi arsitek, ia menjadi mahasiswa jurusan Ilmu Kelautan UNDIP pada tahun 1997. Kemudian bergabung pada majalah kampus ABYSS dan menyukai tulisan scientifik khususnya yang berkaitan dengan lautan. Pada tahun 2000, essaynya tentang kekerasan massa menjadi pemenang pertama lomba menulis artikel mahasiswa yang diselenggarakan KK Manunggal UNDIP. Dua tahun kemudian, ia kembali menjadi pemenang pertama lomba artikel yang bertema good governance yang diselenggarakan oleh SKM Amanat IAIN Walisongo. Februari 2003, ia menjadi pemenang III lomba menulis Etnis Minoritas yang diselenggarakan Sinology Center UMY. Mantan humas KAMMI Daerah Semarang 2001 ini juga tertarik dengan dunia Public Relations dan desain grafis. Beberapa analisisnya tentang pergerakan mahasiswa dan kritik untuk Islam liberal pernah dimuat di harian Suara Merdeka dan Wawasan. Pria yang pernah bergabung dengan FLP (Forum Lingkar Pena) Semarang ini mempunyai cita-cita sederhana yaitu dapat menunaikan haji bersama keluarga tercinta kelak dan memiliki prinsip 3S, yaitu : sabar, sabar, dan sabar. Menurutnya, esensi kehidupan di dunia adalah ketika kita dapat bersabar tidak saja ketika menelan kepahitan tetapi juga bersabar ketika mendapat kebahagiaan.
		IMAM NUR AZIS. Ayah empat anak ini lahir pada 2 Mei 1971. Ia pernah mengikuti program pertukaran pelajar di Maleny State High School, Queensland, Australia. Pada 1995, saat menjadi mahasiswa Jurusan Komunikasi FISIP UNDIP, Imam sempat mengikuti Research visit ke Islamic International University, Malaysia, University Kebangsaan Malaysia, National University of Singapore, dan Griffith University Australia. Setelah lulus pada 1998, Imam menerima beasiswa S2 dan meraih gelar Master dari International Political Economy Leeds University, UK pada 2001 dengan disertasi berjudul : “The Dilemma of Indonesian Government in Establishing Diplomatic Relations with The Israel: A Strategic Culture Approach”. Pria yang mampu berkomunikasi dengan 6 bahasa ini, sempat menjadi wartawan freelance untuk media US News & World Report, Dallas Morning News, The Australian. dan menjadi Manager sebuah lembaga pengembangan jurnalis jarak jauh : Institute of Muslim Journalist LPWI “Ummul Quro”, di Purwodadi Jateng serta menjadi Direktur BMT“Baitul Maal wat Tamwil ANDA” Semarang . Imam juga mantan pegiat majalah kampus FISIP “Opini’, Buletin Jumat Qolbun Salim, dan juga redaktur Desk International di harian sore“Wawasan” pada tahun 1994. Independensi menulisnya, ia salurkan dengan bergabung bersama Aliansi Jurnalis Independen (AJI) yang berafiliasi pada IFJ pada 1998. Beberapa esay terbaru pria yang memiliki hobi berdiskusi, membaca buku politik dan religius ini diantaranya berjudul : Processes of change and development in Muslim perspective”, “Factors account for the increased globalisation of international finance”, “The creation of complex political emergency in Indonesia: a case study of Maluku crises “, dan “The Methodological Assumptions of Rational Choice theory”. Sekarang, ia menjadi leader CIR (Center for Indonesia Reform) Jakara.
		IMAM MARDJUKI. Alumnus 2002 Ilmu Komunikasi FISIP UNDIP ini baru saja menjadi seorang ayah. Dilahirkan di Semarang, 3 Maret 1974 ia kini bekerja sebagai redaktur Cyber News Suara Merdeka, yang dijalaninya sejak tahun 2000. Pak Im, begitu panggilan akrabnya adalah sosok yang akrab dengan dunia tulis menulis. Sebelum di Cyber News, Pak Im pernah magang di Harian sore Wawasan hingga Desember 1999. Pengalamannya menulis banyak didukung dari aktivitasnya di berbagai organisasi kemahasiswaan. Ia pernah menjadi Ketua Forum Keluarga Mahasiswa Muslim FISIP Undip, Ketua UKM Rohani Islam Undip, dan menjadi reporter, litbang, hingga Redpel di KK Manunggal UNDIP. Mantan Sekjen BEM UNDIP ‘98/’99 ini juga pernah menjadi Ketua Umum KAMMI Daerah Semarang. Beberapa tulisan analis sospol yang memiliki pembawaan tenang ini, pernah dimuat di Harian Sore Wawasan dan Harian Suara Merdeka selain di Koran Kampus Manunggal dan Majalah Islamuna FISIP Undip. Tulisan terbarunya yang mengupas tentang karakter kepahlawanan Pangeran Diponegoro dimuat di Wawasan November 2002. Kedepan, sosok sederhana ini memiliki cita-cita yang menarik, yaitu mendirikan sebuah media massa yang berkarakter dan berpengaruh bagi publik, yang dikhususkan bagi para jurnalis-jurnalis yang memiliki idealisme dalam menulis.


		MUNTAFINGAH. This is Muntafingah ! Begitu dia mengawali profilnya. Lahir di Kebumen 21 juli 1979 dari seorang ibu yang sanguinis dengan seorang ayah yang cenderumg melankolis-plegmatis menjadikannya tumbuh menjadi wanita sanguinis popler. Pertama kali orang tua memberinya nama Umi Muti’ah, namun karena sering sakit namanya kemudian diubah dengan segudang do’a dan harapan untuk menjadi wanita yang bermanfaat, Muntafingah. Anak kedua dari tiga bersaudara ini menghabiskan masa kecil di desa nan damai Tlogorejo hingga kelas tiga SMP, sampai kemudian melanjutkan sekolah sampai lulus SMU di Jakarta. Pernah akif di Kerohanian Islam Fakultas Bahasa dan Seni UNNES dan Badan Eksekutif Mahasiswa UNNES. Hobinya bertualang, Mountainering dan berkebun. Senang membaca sejak kecil dan mulai menulis sejak SMU dengan mengirim sebuah Karya Ilmiah Remaja untuk dilombakan di Jakarta, pernah menjadi Finalis baca puisi se-DKI Jakarta dan menang dalam sebuah lomba penulisan artikel . Selain sebagai penulis tetap pada sebuah buletin. Beberapa tulisan ‘sederhana’nya pernah dimuat di Koran dan Majalah Kampus diantaranya: Interupsi Presiden!, Prestasi dan Prestise, Agar Ramadhan Lebih Bermakna, Menulis Kolom dan lain-lain Pemilik motto hidup “So fun and so good and so usefull, sabar dan besemangat!” ini memilih warna biru dan pink sebagai warna faforit. Satu Prinsipnya : Berorientasi pada Allah dan jadilah manusia luar biasa!



		RIAS NURDIANA. Dara yang lahir di Sukoharjo pada 27 Oktober 1979 ini sering mengubah namanya menjadi Ryas pada acara-acara non formal ( katanya sih, biar keren…!). Dirumah, ia berubah lagi menjadi Nur, panggilan khusus untuknya dari kerabat-kerabatnya. Ryas yang sedang menyelesaikan Tugas Akhir di Fisika MIPA UNDIP ini beralamat di wisma Wafaa’ Jalan Ngesrep Timur V Dalam II /17 C (024-7477001) dan sangat intens dalam menelaah Geophysics Science. Ryas banyak terlibat aktif dalam aktivitas kerohanian. Ia pernah menjadi Ketua Annisaa’ Rohis MIPA UNDIP, Kabid Minat Bakat Kasifa (Kelompok Studi Islam Fisika), Kabid Kajian Sastra Forum Lingkar Pena (FLP) Tembalang Semarang, Kadiv Komunikasi Paispa-Masjid P. Diponegoro (MPD), dan humas Irmus Arrahmatullah. Semasa SMP, ia pernah meraih juara pertama dalam lomba cipta puisi dan juara pertama menulis essay memperingati hari Sumpah Pemuda. Sekarang, tulisan-tulisannya yang menurutnya belum seberapa, banyak dijumpai di buletin Paispa-MPD, buletin Khoirunnisaa’ Rohis Mipa, Mading Kasifa, dan Mading Rohis MIPA. Cerpennya pernah dimuat di majalah Remaja KARIMA edisi VI dan ia sekarang sedang mencoba untuk menjadi reporter majalah yang berpusat di Solo tersebut .Liputan pertamanya tentang sebuah pesantren Al-Quran di Semarang dimuat di Edisi XI 2002. Selain menulis dan membaca, ia juga sangat menyukai tadabbur alam, dari renungan-renungannya itu Ryas mempunyai prinsip hidup 3M : mulai dari diri sendiri, mulai dari yang kecil, dan mulai dari sekarang. Untuk Wedangjae , ia mempunyai harapan agar komunitas ini dapat memainkan perannya sebagai media menulis yang bermisi perbaikan dan berani menjadi pusat counter wacana-wacana yang merendahkan nilai-nilai keutamaan umat manusia.



		WITRIANA HAYATI. Alumnus Politeknik Negeri Semarang 2002 yang mengenakan kacamata ini dilahirkan di Salatiga, 19 Oktober 1980 dan menghabiskan masa remajanya hingga SMA di Salatiga. Nana’, panggilan akrabnya adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bp. Chairul Husni dan Ibu Tri Widarti dan Anda dapat menjumpainya di Tembalang Baru No. 139 Tembalang, Semarang. Pengalamannya menulis dimulai sejak ia masih duduk di bangku SD, khususnya menulis puisi dan kalimat-kalimat bijak. Ia pernah menjadi juara Puisi untuk tingkat Kodya Salatiga semasa masih mengenakan seragam putih abu-abu. Selain itu ia juga suka menulis essay yang inspirasinya didapat dari pengalaman hidup, membaca ataupun renungan kesehariannya dan juga dari hobinya ber-travelling. Ada juga hobi Nana lainnya yang menurutnya cukup potensial untuk dikembangkan yaitu memasak dan bersenandung musik alternatif yaitu musik Islami (nasyid). Mantan redaktur buletin AlHaq SMUN 3 Salatiga ini, pernah menjabat Litbang HMJ Akuntansi Polines dan Departemen Infomedia UKM Rohis Polines. Aktivitasnya menulis ia curahkan khususnya saat aktif menduduki pos Litbang dan Kepala Editor BPPM ’Dimensi’ Polines 2000-2002. Beberapa tulisannya seperti prosesi Sekatenan pernah dimuat di Dimensi bulan Agustus 2002. Dan ‘Hidup hanya untuk Allah’, adalah motto yang menjadi ideologinya dalam menjalani kehidupan di dunia ini
		NASRUDDIN. Sosok yang nyentrik ini menulis begini seputar dirinya : Hembusan angin malam menyeret ujung-ujung daun bambu. Meneriakkan aroma khas tentang kata waktu dan takdir Illahi. Kaki mungil itupun menyentuh geometri kehidupan. Atas nama keseragaman kata-kata dan etika, sang ibu dan bapak melekatkan nama baku dipundak bayi itu : Nasruddin. Ia turun, menarik harapan-harapan sejarah, tepat kala denting waktu menyentuh angka: 25-4-1981. Tangan dan kaki ini tumbuh dan berjalan ditarik impian orang-orang. Kadang lelah, namun untuk dikatakan DIAM nampaknya TAK sama sekali. Ada kata-kata yang harus disisipkan disela-sela nafas peradaban. Meski masih dalam konteks usaha untuk damai umat. Ini ada. Adalah perubahan yang menjadi pasti dan tetap. Cuaca alam berputar-putar. Kulit tubuh ini menyentuh ‘realites’ : TK ABA, MI Muh, MTs Muh, SMU Muh, UNDIP (Fisika 2000). Sementara indera-indera giat menyerap dan merajut isyarat zaman.Untuk dikatakan ‘berpotensi’, adalah kehampaan tak bertepi, Tak ada yang patut dibanggakan dari diri ini. Hanya hasrat untuk berpikir dan berkata-kata. Rencana itu akan gagal. Impian itu akan runtuh. Ya, saya berusaha bergerak-gerak kesana kemari. Menuju sesuatu yang menurutku seimbang. Ku telusuri lorong realitas. Ada IRM, PII, OSIS, Rohis, dan, IMM. Berjalan dan menari-menari, mengitari rimbunan peradaban kata-kata.
		RIYONO ABDULLAH. Jadilah hamba Allah yang taat, itulah motto pemuda tampan yang statusnya hampir berakhir jadi pemuda (lho ?). Penerima beasiswa plus mitra sosial Baitulmaal Muamalat Cabang semarang ini sekarang lagi getol-getolnya menulis, Beberapa tulisannya pernah mampir di KK Manunggal UNDIP, dan majalah kelautan ABYSS. Mantan Presiden HMJ Ilmu Kelautan UNDIP yang sekarang menjadi Koordinator Presidium Kongres UNDIP ini sedang belajar enterpreunership dengan menjadi direktur sekaligus karyawan inti Al-Kahfi Agency yang mendistribusi buku dan majalah-majalah Islami. Semasa SMA, ia pernah meraih juara lomba tenis meja dan pernah menjadi panglima pecinta alam yang ikut meramaikan Lomba Lindri Land Rock Nasional. Pemuda item manis ini (pokoknya Pede itu nikmat dari Allah, kok..!) lahir 23 tahun silam, tepatnya 8 juni 1979 di sebuah kota kecil di lereng gunung Lawu, Magetan, Jawa Timur. Dengan prinsip kesederhanaan dan kesabaran, pria yang mengasah naluri politiknya lewat Kajian Strategis KAMMI menjadikan ia sebagai demonstran dan oposan abadi bagi kebatilan. Dengan IPK yang saat ini masih 3 koma, ia senantiasa berupaya memenuhi tuntutan orang tuanya untuk lulus pada waktunya. Riyono yang menambahkan kata Abdullah dibelakang nama aslinya dan dipercaya sebagai Ketua Divisi Politik ‘wedangjae’ ini memiliki cita-cita untuk menjadi wakil rakyat alias menjadi anggota dewan yang benar-benar berorientasikan pada pengabdian. Bukan apa-apa, soalnya Riyono itu termasuk dalam barisan masyarakat yang KSAD (Kecewa Sama Anggota Dewan…!)
		RITA CATUR WULANDARI. Ketua Divisi Humaniora ini asli wong Semarang. Ita’, panggilan akrabnya, pertama kali diperdengarkan adzan pada 22 April 1980. Dari TK hingga berstatus sebagai mahasiswa Fakultas Psikologi UNISSULA, Ita’ praktis menjalani semuanya di Semarang. Karena itulah, Ita’ sangat menyukai kegiatan travelling dan adventuring, jalan-jalan di alam terbuka dan keluar kota untuk mencari ilmu dan pengalaman baru. Bahkan ia memiliki harapan untuk dapat go abroad, ke tanah suci bersama suaminya nanti. Mulai menulis sejak SD dan sering dilibatkan pada berbagai event perlombaan.. Salah satu tulisannya pernah dimuat di majalah ANNIDA dan juga pernah menjadi juara harapan penulisan cerita pendek 1998 di Polines. Semasa SMP dan SMU, selain menulis ia juga aktif di Pramuka, Paduan Suara, OSIS dan Rohis. Mantan pengurus BEM dan BLM ini juga pernah menjadi asisten laboratorium Fakultas Psikologi UNISSULA. Ketertarikannya dengan dunia psikologi, khususnya psikologi Islami,menjadikannya sebagai wakil ketua Ikatan Mahasiswa Muslim Psikologi Se-Indonesia (IMAMUPSI) Koordinator Jateng-DIY. Hingga saat ini Ita’ masih bergerak aktif menyalurkan idealismenya melalui tugasnya sebagai asisten psikologi Biro Konsultasi dan Kesehatan yayasan Rabbabal Aulad Semarang, dan asisten Psikologi RS. Roemani Semarang (Play Therapy for Children). Interaksinya dengan berbagai tipologi karakter manusia semakin mengokohkan niatannya untuk all out mendedikasikan dirinya menjalankan misi perbaikan lewat profesi yang ia tekuni kini.. Menurutnya, tulisan adalah bahasa Qolbu dan bahasa pikir tetapi ia akan lebih bermakna saat menjadi bahasa amal dan menjadi bagian dari karakter kita. Pemilik motto hidup : “Setiap diri adalah unik dan istimewa maka brsyukur dan berbahagialah untuk mengenal dan menjadi diri sendiri tanpa menafikkan kontribusi orang-orang di sekeliling kita” ini mempunyai jargon ‘Jadilah hamba Allah yang tangguh lembut ! dan bukan lemah lembut !’.
		AFFAN MAWARDI. Dilahirkan di kota hujan, Bogor pada 20 Agustus 1978, Affan hijrah ke Tangerang dan mengenyam pendidikan di kota ini hingga memperoleh prestasi sebagai Mahasiswa Teladan SMUN 6 Tangerang. Ketertarikannya pada dunia manajerial membawanya ke Semarang dengan menjadi mahasiswa Manajemen Fakultas Ekonomi UNDIP. Pria berambut lurus ini mempunyai kenangan tersendiri saat aktif di Karang Taruna di lingkungan rumahnya. Mantan pengurus Rohis ini, giat menganalisis sistem perekonomian syariah yang menurutnya banyak memiliki keistimewaan dibanding sistem konvensional. Sekarang ia menjabat sebagai President KSEI (Kelompok Studi Ekonomi Islam) FE UNDIP sekaligus dipercaya Koordinator FOSSEI Region Jawa Tengah. Pada Munas II FOSSEI di Unibraw Malang, Affan berkesempatan mempresentasikan tulisannya yang berjudul Alternatif Visions, design, effect of Indonesian Monetary Reform. Tulisannya yang lain, Reparadigming The Paradigm (Heart Mind Management) pernah dimuat di majalaj kampusnya ‘Edents’. Beberapa tulisannya yang lain adalah Ekonomi Indonesia di Persimpangan Jalan : AFTA, dan Etos Kerja Seorang Muslim. Dengan motto hidup : “Let’s bright and enlight the world with the words !’ ini, pria yang beralamat di Jalan Kertanegara Selatan 18 B ini siap mengawal ‘komunitas wedangjae’ dari perspektif ekonomi dan manajemen.
		JOHAN HAMIDI. Pemuda dinamis yang satu ini yakin dengan pasti, bukannya tanpa makna saat 6 April 1981 lalu orang tuanya mengamanahkan nama itu. Dalam tempaan hidup dan didikan yang keras, ia tumbuh dan dibesarkan. Terkadang hatinya berontak. Namun, ia yakin Bapak dan Ibunya pun pasti punya maksud mendidiknya seperti itu. Di sebuah desa kecil dengan belaian bahagia ia dibesarkan. Di bawah atap SD yang terpencil di sudut desa lukisan jiwanya diukir. Perjalanannya ”nangsu kawruh” berlanjut hingga di SMP 1 Pati. Semangatnya untuk selalu menjadi bintang kelas, mengantarkan langkahnya hingga di pelataran STM Negeri Pati, ”kampus kecil” favorit di kotanya. Namun vonis pedih harus disandangnya: disamaratakan masyarakat dengan predikat anak nakal, jago tawur, walau sekalipun belum pernah itu dilakukannya. Namun ia tak ingin protes sama Tuhan, atau pada masyarakat, karena ia yakin ”cambuk sosial” itu adalah sentuhan mesranya untuk terus memperbaiki diri. Kini, sebagai konsekuensi seringnya berteriak reformasi, ia harus berjuang keras mereformasi dirinya secara total, walau ternyata itu tak semudah melafalkannya. Banyak batu kerikil mesti dinjak. Buatnya, tak perlu malu menangis untuk sebuah penyesalan. Prestasinya sebagai juara I menulis artikel Menggalang Kekuatan Oposisi tingkat Jateng, juara II menulis artikel Menuju Kampus Religius, Akademis dan Profesional, serta juara III menulis artikel Islami Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Lintas Peradaban Islam tingkat Kodya Semarang yang diadakan FOSTIBI FMIPA UNDIP membuatnya dipaksa menjadi Pemimpin Redaksi Majalah DIMENSI. Menggugat Peran Teknologi Informasi, Memaknai Filosofi Pendidikan Kita adalah contoh tulisan terbarunya. Redaktur buletin Al Kautsar ini, sealau berprinsip, ”di manapun dirimu berada, yang terbaik adalah yang lebih berbakti pada sesama, karena itu hargailah perbedaan dan tebarkanlah selalu persaudaraan dan cinta kasih”.
		ARIF BW. Nama lengkapnya Arif Basuki Wibowo. Kadang ia menggunakan nama penanya sebagai Arif BW, kadang ABW atau ABAWI. Anak bungsu dari tiga bersaudara yang lahir pada malam Kamis Kliwon 8 April 1982 ini bertanah kelahiran Wonogiri. Alumni SMUN 1 Wonogiri ini sebelumnya menempuh pendidikan MI sebelum diterima sebagai siswa SMPN 1 Kiswantoro. Sekarang ia tercatat sebagai mahasiswa Pendidikan Fisika 2000 UNNES. Hobinya yang menurutnya ‘terpaksa’ ia geluti saat ini adalah menyusun huruf-huruf. “Mudah sebenarnya tetapi sulit sejatinya !”, begitu ujarnya. Akibat dari ‘keterpaksaan’ itu, ABW harus mengomandani mengelola buletin tebal Qolamussyabab (QS) dan juga menjadi Redaksi Pelaksana Pers Kampus UNNES ‘Nuansa’. Kenangan menulisnya yang tak terlupakan baginya adalah ketika tulisannya dimuat di majalah ‘Ceria’ semasa masih SD, bahkan hingga saat ini ABW masih ingat nomor edisinya yaitu edisi 200. Sekarang, ia mempunyai obsesi agar tulisannya tersebar di Suara Merdeka, Rindang, Serial Khutbah Jumat, Sabili, Annida, Karima, ataupun buletin Rohis. Nah, untuk ‘jaga-jaga’ jika tulisannya tidak dimuat, ABW menerbitkan media sendiri sehingga tulisannya jadi tetap termuat, yaitu belutin QS itu… Motto hidupnya sangat ‘tendensius’ yaitu “Jangan sampai pernah berhenti berekspresi dan ‘Taklukan’ redaktur dan editor media dengan tulisan-tulisan kita yang bermutu !” . Menurutnya juga, semua hal itu bisa ditulis. Namun, persoalannya ada sesuatu hal yang semuanya tak bisa kutulis. So ?
		MAYA HAYATI. ‘Yang terbaik darimu adalah yang paling bermanfaat bagi umat’, adalah motto hidup dara kelahiran Jakarta, 7 Februari 1982 ini. Karenanya, mahasiswa Fakultas Hukum UNDIP 1999 ini bercita-cita menjadi seorang pengacara, agar dapat membela orang-orang yang lemah namun memiliki pancaran kekuatan kebenaran. Alasan itu pula yang membuat Maya tidak hanya menyukai proses adu wacana lewat diskusi tetapi juga menyukai hal-hal yang bersifat petualangan dan tantangan termasuk di alam bebas. Baginya, tidaklah layak keindahan alam ini dikotori oleh asap, polusi dan segala macam pencemaran lainnya. Selain aktif di KAMMI Daerah Semarang, Maya juga tercatat sebagai aktivis Pusat Advokasi Hukum dan Hak Azazi Manusia (PAHAM) Semarang. Kepekaannya terhadap kondisi lingkungan dan sosial mejadikan karya tulisnya sebagai runner up lomba LKTI Hukum se-Jateng. Di sela-sela kesibukannya, kadang ia menyisihkan sedikit waktu untuk hunting mencari angle foto yang menarik untuk mempertajam intuisi fotografi, bakat sekaligus hobinya selain menulis dan membaca. Mantan relawan Pilar PKBI Jateng ini juga sangat terbuka atas kritik dan saran, sehingga Maya memberikan alamat emailnya untuk saling berkorespondensi di mumtaz@myownemail.com atau menemuinya di wisma Salsabila di Jalan Singosari X/10 Semarang (024-8450858).

"Kita adalah kelembutan Ilahi, tiupan suci dan ruh yang berasal dari Allah, yang telah menciptakan kita dengan 'kedua tangan-Nya', lalu meniupkan ruh-Nya ke dalam diri kita, melebihkan kita dari kebanyakan makhluk-Nya."

(Hasan Al-Banna, Pembaharu Islam, pendiri Al-Ikhwan pada 1928)

email us