SAJAK
SOLIDARITAS UNTUK SANG USTADZ (Abu Bakar Ba'asyir)
Oleh : Doni Riadi
Lautan
istighfar beterbangan ke langit biru
Lelehan air mata menetes mengharu
nafas tersedak kelu dan hati tercabik-cabik beku
Ketika robot-robot berseragam
Yang tak lagi punya nurani
Dan Buta mata hati
Menjadikan rumah sakit sebagai medan perang
Menghajar paramedis dan para santri
Menculik sang ustadz layaknya buronan yang paling dicari
Tak ada
rasa khidmat
Tak ada rasa hormat
Kepada sang ustadz
Yang bahkan telah bersumpah atas nama Tuhan-Nya
Yang ada hanyalah
Gelegak angkara murka
Lembaran dolar yang membayang dimata
Dan impian kenaikan pangkat jabatan dari komandannya
Ustadz,
Pemimpin negeri ini tak lagi percaya padamu
Mereka lebih percaya pada ramalan mistis
Atau analisis kapitalis yang bermulut manis
Pemimpin negeri ini tak lagi mendengar nasehatmu
Mereka lebih suka menganggapnya sebagai angin lalu
Atau bahkan menjadi bahan untuk dapat menangkapmu
Dan kau
Ustadz,
Mengapa tak habis-habisnya sabar dihatimu ?
Bahkan meminta kami juga untuk ikut bersabar
Mengapa kau masih saja sempat mendoakan keselamatan bagi mereka
?
Mengapa tak kau minta saja Allah menimpakan azab kepadanya
?
Disaat mereka memperlakukanmu bagai seonggok sampah !
Ustadz,
Kami iri dengan jalan yang kau tempuh
Kami iri dengan anugerah hati emas dari Allah yang diberikan
kepadamu
Kami iri dengan kejujuran yang terpancar dari kata dan sikapmu
Dan kami iri dengan keteguhan dan ketabahan hatimu
Sesungguhnya
ustadz,
Itulah tanda-tanda
Bahwa engkau adalah pewaris tahta para nabi
Walaupun ustadz,
Kegetiran yang tersirat dari matamu
Memberikan hikmah kepada kami
Bahwa negeri ini nyata berada di ambang destruksi
Ustadz,
Sejuta kiriman doa terpancar kepadamu
Bersama iringan sholawat kepada Baginda SAW
Semoga niatan hidup mulia dan mati sebagai syuhada
Teranugerah kepadamu
Ustadz,
Kami yakin
Kelak Allah akan membukakan mata dunia
Bahwa sesungguhnya yang benar itu
tidak akan pernah terkamuflase dengan kebatilan
Bahwa sesungguhnya kebatilan itu
tidak akan pernah nampak abadi sebagai kebenaran.
ALLAHU
AKBAR !
Renungan
Hari Lahir
Oleh Doni Riadi
T-0203,
Mata kita adalah hati kita
Seringkali kita
Manusia
tak bijaksana
saat saling membohongi diantara keduanya
Mata kita
sering kita bikin tertawa
Padahal hati kita sebenarnya menangis lirih
Hati kita sering berkata cinta
Tapi kenapa mesti mata membelalak marah
Ketika
kita bisa memberikan kejujuran
Pada keduanya
disanalah kita bisa menemukan
Kesejatian kedamaian
dan kebahagiaan
Semarang-Kendal, 29 Agustus 2001
>> puisi
- Seribu
satu pelangi bercahaya dalam dadaku, Syuhada,
Palestina Menjadi Cahaya:
Wida Sireum Hideung
- Pada
Penggalan Masa, Syair Burung Rawa-rawa, Tafakur
Diri :
Prakoso Bhairawa Putera
- Ketika
Kau Sakiti Lagi Hati Kami, Narasi Pembantaian dan Nisan
Tanpa Nama, Wisata ke Bukit Tengkorak : Nanang
Suryadi
- Sajak Untuk Sang Ustadz,
Renungan hari Lahir
: Doni Riadi
- Ayah
: Hida
- Kalau
Aku Menamakan, Biarku Merenung :
Maya Hayati
- Dalam
Suaranya, Mengharap Abadi, Cahaya Rumah Kami :
Maya Hayati
- 2001-01-01 :
Imam Nur Azis
- Riskannya Aku Mencintai-Mu, Harakiri Bimbang, Hilang:
Alqawmany
|