PEJANTAN KAMPUNG
Oleh : Ara
Minggu
sore, 14 Desember lalu warga Dusun Kebon Kelapa, Desa Segara Makmur,
Tarumajaya, Bekasi nyaris mengeksekusi Bajul (25) yang buron hampir
sebulan lalu. Kenapa Bajul buron, dan mengapa warga berang. Tarik
napas sebentar, kita lanjutkan kisah pejantan kampung pemilik ilmu
pelet ini.
Penampilan Bajul biasa saja. Duitnya pun pas-pasan. Tetapi dia bisa
menggaet Ijah (19), bunga desa yang kalau berjalan bokongnya
bergetar mirip balon. Konon kabarnya, Bajul sudah lama ngincer Ijah.
Tetapi wanita itu emoh lantaran Bajul bukan tipe cowok idamannya.
Sekitar dua tahun silam, setelah dua minggu menghilang, tiba-tiba Bajul
sudah bisa menggandeng Ijah nonton layar tancap. Mereka pulang
hampir pagi dan sempat mampir di kebon milik jawara kampung. Di
kegelapan malam, Bajul berhasil memeras dua ‘kelapa’ Ijah yang
ranum. Sementara Ijah tidak jijik ‘mengupas pisang’ Bajul.
Kencan pertama yang sangat berkesan bagi mereka itu terus berlanjut
disela-sela cemooh keluarga Ijah dan beberapa tetangga, terutama
tukang ojek yang juga tertarik dengan Ijah. “Pasti Si Bajul pake
ilmu pelet. Kalo nggak mana mungkin Ijah mau sama dia,” kira-kira
begitu celoteh para tukang ojek di ujung jalan menuju rumah Ijah.
Baju yang rasa pede-nya terlalu tinggi tidak perduli orang tua Ijah
kurang suka padanya. “Gua seneng sama anaknya, bukan sama ibunya,
apalagi Bapaknya,” itulah jawabannya jika disinggung tentang sikap
keluarga Ijah yang kurang kooperatif.
Lantaran tidak memiliki kerjaan tetap sehingga selalu berkantong cekak,
pria paling anti gosok gigi itu lebih senang ‘mojokin’ Ijah di
samping sekolah SD yang sepi. Sekali waktu punya uang lebih, Bajul
ngajak Ijah bobo siang di hotel murah meriah di kota Bekasi. Sekali
kena suntik, Ijah lupa diri. Mereka sering mesum beralas koran di
kebon milik tetangga.
Hasilnya, Ijah sering mual dan pusing. Begitu dua bulan tidak ‘bocor’,
Ijah bingung. Dia segera lapor ibunya tentang perutnya yang sudah
berisi Bajul junior. Keluarga Ijah tidak bisa menentang lagi
hubungan mereka. Belum digertak, Bajul sudah berikrar akan menikahi
Ijah. Meskipun nikah terpaksa lantaran ‘kecelakaan’, namun
resepsinya lumayan meriah dan tetap nanggap layar tancap.
Semua wanita yang sedang hamil muda umumnya ngidam. Ijah ngidam sesuatu
yang tidak muluk-muluk. Dia selalu mau muntah jika dekat dengan
Bajul. Akibatnya, sejak saat itu, Bajul tidak dapat jatah ‘menggali
sumur’ istrinya. Sampai bulan ketiga, dia masih tahan. Namun di
bulan ke lima, pria itu jadi sering uring-uringan. Mau ‘jajan’ di
Rawamalang –tempat pelacuran—tidak punya uang, mau ‘main tangan’
takut lecet.
Suatu malam, Bajul kembali merengek minta dilayani, namun sang istri
tetap emoh. Akhirnya pria itu melirik Rani, adik Ijah yang baru
berusia 14 tahun dan tinggal bersama mereka. Begitu Ijah pulas,
bajul langsung masuk kamar adik iparnya sambil komat-kamit baca
mantera pelet. Ajian yang dipakainya ternyata jitu. Tanpa banyak
cakap, Ijah angkat rok dan pasrah diperawani Bajul.
Karena keenakan, Bajul mengungsikan istrinya ke rumah seorang famili
yang masih tinggal di Bekasi dengan alasan agar ada yang merawat
sampai melahirkan. Padahal dalam hatinya bilang, buat apa punya
‘lubang’ tapi ngak boleh ‘dilongok’.
Rani yang sudah kecantol Bajul akhirnya jadi bulan-bulanan seks kaka
iparnya. Karena bawah udelnya terus ‘diacak-acak’, akhirnya Rani
bunting. Hari Jumat pagi 8 November lalu dia melahirkan. Bajul yang
bingung harus berbuat apa kemudian kabur. Djaya, ayah Ijah sekaligus
bapak kandungnya Rani kelabakan mengetahui ulah Bajul yang celamitan
dan bergaya sebagai ‘pejantan kampung’. Dia segera lapor polisi,
namun Bajul keburu raib entah kemana.
Biar nyambung dengan cerita di atas, hari Minggu sore, 4 Desember lalu,
seorang warga memergoki Bajul sedang mengendap-endap dekat jendela.
Rupanya pria itu kangen dengan dua wanita yang sudah melahirkan
anaknya. Namun, amarah warga sudah tidak terbendung lagi, terutama
Djaya yang sangat geram begitu melihat menantu celamitan itu sedang
dikerumuni warga.
Djaya bergegas menyedot bensin dari tangki motor seorang tukang ojek dan
dimasukkan botol plastik. Bajul yang sudah ditelanjangi disiram
bensin. Sedetik kemudian Djaya mengeluarkan korek api zippo made in
Tangerang. Juss... zippo menyala. Warga memberi semangat, “Bakar...
bakar... bakar...”.
Sebelum tubuh Bajul dilalap api, beberapa anggota polisi dari Polsek
Tarumajaya tiba di lokasi dan segera mengamankan Bajul yang
ketakutan sambil menutupi ‘pisang’nya yang mengkerut disiram bensin.
Ijah dan Rani ikut diperiksa polisi. Sambil memberi keterangan, dua
wanita itu sibuk menyusui anak mereka.
Kepada polisi Bajul mengaku merasa kesal dengan istrinya yang tidak mau
melayaninya lagi. “Saya tidak mau karena ngidam. Eh dia malam pelet
dan perkosa adik saya,” hardik Ijah kesal. Sambil menundukan kepala,
Bajul membantah kalau dirinya memiliki ilmu pelet. “Dia memang suka
sama saya, dia juga ngaku ikut enak waktu digituin,” ujar Bajul
sambil melirik Rani yang melotot.
Karena warga tetap ngotot dan sempat datang ke polsek, akhirnya
Bajul digiring ke Mapolres Bekasi untuk diamankan. “Kalau saya
dipenjara, siapa yang urus Ijah sama Rani. Kalau saya bebas, Rani
mau saya nikahi,” tantang Bajul yang belum dijawab Djaya sebagai
pemegang keputusan nasib dua putrinya.*
*** |