EDISI>>01-02-03-04-05-06-07-08-09-10-11-12-13-14-15-16-17-18-19-20-21-22-23-24-25-26-27-28-29- 30-31>>

::LIPUTAN::

::BACAAN PALING EKSOTIS::

::ARTIKEL::

CURHAT#14

=> Isu Exo
=> Close Up
=> Intim
=> Gaya
=> Curhat
=> Potret
=> Jelajah
=> Bollystar
=> Exobolly
=> Terawang
=> Modus
=> Blitz
=> Gemar
=> Rona
Aturan
Langganan
Pesan CD
Pesan Bundel
Crew Redaksi
Saran Anda
Tarif Iklan

Pengakuan primadona penebar dosa (2)
DEMI ANAK AKU SELINGKUH

 

Semasa SMU aku sang primadona. Kedekatanku dengan kepala sekolah mendongkrak nilai ijazah. Saat kuliah, keintimanku dengan dosen, mengubah nilaiku. Kebebasanku dengan teman kuliah mengubahku jadi pembunuh tiga calon bayi yang tak sempat menghirup udara. ‘Madu’ itu kini jadi petaka.

 Ringkasan kisah edisi lalu. Demi lulus sekolah aku mengobral tubuh. Kepala sekolah dan tiga temanku sudah puas menjamah tubuh ini. Dorongan gairah seksualku yang tinggi plus imajinasi liar menggiringku menjadi pemuja birahi. Ketika kami menggelar acara perpisahan kelas, Irvan, Faisal, dan Iqbal rebutan demi mereguk surga semu dariku.

Pengaruh alkohol dan ganja telah mematikan rasa malu tiga remaja itu. Mereka saling pamer ‘senjata’ di hadapanku. Ulah mereka membuatku terbahak. Selanjutnya kami hanyut dalam pesta seks tanpa skenario. Semua berjalan begitu saja hingga pagi menjelang.

Pengumuman hasil ujian sangat memuaskan.Aku bisa lulus walaupun tidak dapat masuk Perguruan Tinggi Negeri. ‘Sumbangan’ Pak Anwar dan ‘bantuan’ tiga arjuna muda itu menjadi modalku kuliah Jurusan Akuntansi di PTS terkenal di kawasan Depok. Sebagai imbalannya, tidak ada kata tidak jika diantara mereka ‘butuh’ diriku.

Setiap minggu, sedikitnya dua pria itu tenggelam dalam pelukanku. Menjelang akhir semester pertama aku positif hamil. Gilanya, aku sadar berbadan dua setelah usia janinku dua bulan. Karena merasa ‘tanggung jawab’, keempat ‘pejantan’ku itu memberi uang untuk ongkos aborsi. Irvan yang paling sering menyetubuhi ikut mengantar ke klinik aborsi di kawasan Karamatjati, Jakarta Timur. Dia juga sempat menemaniku tidur semalam di hotel menungguku pulih kembali.

Sejak diriku hamil, Pak Anwar mulai atur jarak dan jarang menghubungiku. Begitu juga dengan Iqbal dan Faisal yang sudah punya hubungan serius dengan pacar mereka. Kondisi itu membuat isi ‘kas’ku menipis. Tidak ada jalan lain, aku terpaksa jual diri sambil dugem di diskotek.

Irvan kembali tercengang begitu tahu aku hamil lagi. “Lho, selama ini kita selalu pakai kondom, kok kamu bisa hamil,” ujarnya tidak percaya. Memang benar apa yang dia katakan. Aku yakin bayi dalam rahimku yang baru berusia dua minggu adalah benih pelangganku, bukan darah daging Irvan. Setelah menolongku membunuh janin itu, Irvan melupakanku.

Kenyataan pahit itu harus aku reguk sendiri. Rasanya tidak mungkin setiap malam nongkrong di tempat hiburan demi mengumpulkan uang kuliah dan biaya hidup. Akhirnya aku pamit kepada ibu dan memilih kos di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. “Bu, iseng-iseng aku jadi sales asuransi, jadi ada uang lebih untuk bayar kos,” alasanku agar dapat ijin tinggal di rumah kos yang dibiayai pria keturunan Cina pedagang barang elektronik di Mangga Dua.

Meskipun tidak setiap malam pria sipit dan gendut itu tidur di tempat kosku, namun status gadis piaraan telah mengekang langkahku untuk menikmati kebebasan. Baru tiga bulan jadi piaraan, aku minggat dan pulang ke rumah. Ternyata aku salah perhitungan, sebelum pisah, aku tidak sempat mengetes rahimku. Dua minggu pisah, baru terasa ada janin lagi di dalam perutku. Sisa uang tabungan yang lumayan banyak ludes untuk biaya aborsi.

“Ini aborsi yang ketiga. Karena penuh resiko jadi biayanya mahal,” ujar calo aborsi di kawasan Raden Saleh yang memboyongku ke klinik aborsi di kawasan Bantar Gebang, Bekasi. Dalam kondisi kepept dan tanpa uang itu, aku putuskan berhenti kuliah dan bekerja sebagai Sales Promotion Girl (SPG) di kawasan mal Kalibata, Jakarta Timur.

KECANTOL PELANGGAN--Tiga bulan jadi SPG, aku kenal dengan seorang pria setengah baya yang mengaku duda. Berawal dari saling senyum akhirnya kami dekat dan menjalin hubungan asmara. “Surya,” ujar lelaki itu ketika pertama kami kenalan. Surya yang punya usaha bengkel mobil sederhana itu sudah lama menduda. Istrinya meninggal sesaat setelah melahirkan anak pertama mereka. Tidak sampai satu minggu, bayi itu menyusul ibunya.

“Aku sudah memutuskan  hidup sendiri sampai mati. Tapi, begitu bertemu kamu, aku berubah pikiran. Kamu sangat mirip mendiang istriku,” paparnya sebelum menumpahkan keinginannya menikahiku. Ibuku sangat mendukung aku segera menikah. Begitu juga dengan dua kakak lelakiku yang mungkin sudah mencium siapa sebenarnya diriku ini.

Pesta pernikahan kami berlangsung sederhana. Surya mengajakku tinggal di rumahnya yang lumayan besar. Sesekali ibuku menginap jika Surya keluar kota mengurus bisnisnya. Setahun telah berlalu, namun belum ada tanda-tanda aku hamil. “Aku sudah terbukti pernah punya anak. Coba kamu periksa ke dokter kandungan. Jangan-jangan kamu mandul,” ujar Surya sebelum pergi ke Surabaya dengan wajah kesal.

Sarannya aku turuti. Menurut dokter, aku termasuk wanita subur hanya saja rahimku lemah lantaran sudah tiga kali aborsi. Kenyataan itu aku rahasiakan. Demi melanggengkan perkawinanku, setan telah menawarkan solusi gila.

Setiap Surya ke luar kota, dia selalu menyuruh keponakannya yang kuliah di bekas kampusku. Namanya Adri, penampilannya biasa saja. Kelebihannya hanya satu, dia dibekali Mr P lumayan besar. Suatu pagi, aku sempat memergokinya sedang pulas di sofa ruang tamu. Seperti pria normal pada umumnya, setiap pagi pasti ereksi.

Celana pendek dari kaos yang dikenakannya tidak mampu membendung isinya yang ereksi. Terlebih dia tidak mengenakan celana dalam sehingga separuh dari ‘senjatanya’ mencuat keluar. Pagi itu aku dibuat pusing. Hasrat wanitanya tergelitik. Rasanya aku ingin memperkosa pemuda itu. Namun sangat mustahil. Dari semua  pria yang pernah menggeluti tubuhku, belum ada yang memiliki ‘senjata’ seperti milik Adri yang over size itu.

Demi menuntaskannya, aku terpaksa masturbasi di kamar mandi. Di saat melakukan seks swalayan itu, aku teringat lagi pesan setan itu. Mungkin Adri bisa menanam benih dalam rahimku sehingga perkawinan kami bisa diselamatkan. Tapi, bagaaiman caranya, selama ini Adri selalu bersikap sopan padaku.

TERTANGKAP BASAH--Demi niat jahat itu, aku terpaksa pasang perangkap. “Dalam waktu tiga hari, sebelum Surya pulang, aku harus menaklukkan Adri,” demikian niatku. Cara pertama, aku sengaja meletakkan beberapa keping VCD porno di dekat televisi. Aku tahu pemuda itu suka memutar film sambil mengundang ngantuk. Jebakanku mengena. Tengah malam aku dengan suara orang sedang bersetubuh dari film yang dia putar. Aku sempat mengintip, sambil nonton dia memainkan Mr.P-nya. Dia onani!!

Sengaja aku keluar kamar menuju kamar mandi mengenakan daster tipis tembus pandang. Adri sempat kaget dan merapikan celananya yang sudah turun sampai dengkul. Aku pura-pura tidak tahu ulah pemuda yang sedang birahi itu. Keluar dari kamar mandi, kau lihat dia sudah tidak ada di ruang tamu dan televisi sudah mati.

Pagi harinya, aku masih mengenakan daster semalam. Aku layani dia rasapan pagi. Sesekali aku memergokinya sedang melahap tubuh dengan bola matanya yang nanar. “Kamu nonton film apa semalam,” pancingku. Dia gelapan kemudian bilang kalau dirinya tidak sengaja memutar film porno. “Ah, nggak apa-apa kok. Pria seusia kamu sudah pantas melihat dan melakukannya,” jawabku yang membuatnya terbelalak.     

Sudah pukul sembilan malam Adri belum pulang kuliah. Aku sengaja tidur-tiduran di sofa dengan pakaian tidur menantang tanpa bra. Sementara di dilayar televisi aku putar film porno. Tidak sampai lima belas menit aku dengar suara motornya. Aku pura-pura tidur. Film syur itu tetap ‘tayang’.

Aku merasakan tubuh Adri sudah menindih tubuhku. “Apa-apaan ini Adri. Aku ini tante kamu,” hardikku sambil pura-pura menepis tangannya yang sudah meremas payudaraku yang masih kenyal dan menantang. Adri tidak   perduli, dia terus ‘memperkosaku’. Akhirnya aku imbangi permainannya hingga orgasme dua kali.

“Ini rahasia kita,” ujarku ketika kami sarapan bersama. Pemuda itu hanya mengangguk kemudian bangkit dan merangsangku. Pagi itu kamu bersetubuh di atas meja makan. Dari pagi hingga menjelang pagi lagi, kami habiskan untuk menuntaskan harsat jalang. Kami istirahat hanya untuk makan dan membersihkan segala macam lendir dari tubuh kami.

Sejak kejadian itu, Adri jadi sering menginap di rumah kami. Bahkan dia sempat bilang kepada suamiku ingin tinggal bersama kami lantaran dekat dengan kampusnya. Surya tidak memberikan kepastian. “Nanti, aku tanya dulu ibu kamu,” jawabnya.

Kami selalu bersebadan di saat Surya tidak di rumah. Bahkan kami juga sering melakukan seks isntan di dapur, samping rumah atau di balik pintu di saat Surya nonton televisi atau baca koran. Tidak jarang aku campurkan obat tidur di minuman suamiku agar dia pulas dan kami puas. Dua bulan affair itu tidak membuatku hamil.

Suatu pagi, aku lihat Surya sedang menyiram tanaman di halaman rumah. Sementara Adri masih tidur di kamar tamu yang selalu digunakan ketika menginap. Aku menyelinap dan melahap benda lunak namun tegak milik Adri. Seperti singa betina yang lapar, aku duduki pemuda itu demi menggapai surga biru.

Tiba-tiba terdengar suar pintu ditendang. Sambil mengacung-acungkan gunting rumput, Surya memaki kami yang sedang bersetubuh dengan kondisi setengah bugil. Mungkin karena tidak ingin msalah ini diketahui banyak orang. Surya langsung meredam emosinya dan mengusir Adri. “Kamu tidak perlu kasih alasan. Kita cerai saja,” hardik Surya padaku yang terduduk di pojok kamar sambil menangis.

Kini, lima bulan setelah peristiwa itu, dalam kesendirian  aku baru menyadari. Semua ini adalah karma bagi wanita penabur dosa seperti aku. Tuhan tidak rela menitipkan bayi dalam rahimku yang kotor. *Disarikan oleh Ara dari penuturan Ana di Kalideres, Jakarta Barat (habis)

=> Rilexo
=> Cerbung
=> Nojii
=> Cinexo
=> Etalase
=> Gaul
=> Kelambu
=> Exolusi
=> Amor
=> Mbak Dona
=> Horoskop
=> Poster
=>
Bintang Exo
Free Web Site Counter

hubungi redaksi - webmaster - pasang iklan
Copyright 2004 exotica23.tk (pt angkasa media utama) All Rights Reserved

Hosted by www.Geocities.ws

1