Terbongkar dari cerita sopir mikrolet
KETUA
RT DALANGI PERAMPOKAN SADIS
Oleh : Yadi
Sebagai Ketua RT, Ruyat (45) sangat
‘kooperatif’. Tetapi sayang dia melakukan kerjasama perampokan
hingga menewaskan pengusaha konveksi. Selama sebulan polisi
melakukan penyelidikan. Kasusnya terungkap lantaran seorang sopir
mikrolet kelepasan omong di depan anggota polisi.
Tiga bulan lalu
Ruyat bertemu Musmulyadi (35) alias Mus, seorang pedagang segala
jenis barang. Saat itu Mus ‘menantang’ Ruyat, dia bersedia membeli
peralatan dan mesin untuk buka usaha konveksi. Sejak pertemuan itu,
saban malam benak Ruyat selalu terbayang tawaran yang dinilainya
sangat mengiurkan itu.
Bapak tiga anak
yang dipercaya menjabat Ketua RT 04/03 Kampung Baru, Kebon Jeruk,
Jakarta Barat ini teringat temannya, Muhasim alias Kucing yang
mempunyai kenalan seorang pengusaha konveksi di Jalan Meruya Ilir
Blok B10 Nomor 15, Jakarta Barat. Namanya Johan Nofianto (23).
Untuk lebih cepat
mewujudkan apa yang ‘mengganggu’ pikirannya, Ruyat menyambangi
Muhasim, sekaligus menyuruh Kucing mengajak ketiga temannya,
masing-masing Slamet alias Memet (25), Johan alias Kopral (40),
dan Suhadiyono alias Gondrong (24). Mereka merencanakan perampokan
di tempat usaha Nofianto. Modusnya, mereka memanfaatkan Muhasim yang
kebetulan kenal dekat dengan Nofianto.
Sebagai otak dari
rencana jahat itu, Ruyat tidak ikut dalam operasi tersebut. Jumat
sore (21/11), Muhasim, Selamet, Suhadiyono, dan Johan mengunjungi
rumah sekaligus tempat usaha Nofianto. Kala itu tampak sepi. Para
karyawannya sudah mudik lebaran meningalkan sang majikan.
Karena tidak curiga,
Nofianto menyambut kedatangan para tamunya yang dianggap sudah
menjadi teman dekat itu. Setelah berbincang-bincang cukup lama,
situasi yang semula tenang mendadak menjadi tegang lantaran Nofianto
menolak keinginan Muhasim yang meminta paksa beberapa unit mesin
jahitnya.
Akhirnya, Nofianto
menjadi bulan-bulanan keempat tamunya itu. Puas menganiaya korban,
para pelakumenyumpal mulut dan mengikat tangan lelaki malang itu
dengan lakban. Kemudian dihajar berkali-kali dengan balok kayu
hingga tewas. Kawanan perampok itu menggondol sebelas unit mesin
jahit, satu unit mesin pembuat kancing, dan satu unit mesin potong.
Beberapa saat
kemudian, seorang karyawan korban bernama Zudin (50) datang ingin
membetulkan mesin jahit yang rusak. “Ketika pintu saya ketuk, dari
dalam tidak ada jawaban. Karena pintu rumah tidak dikunci, saya
langsung masuk. Saya kaget ternyata mesin jahit sudah tidak ada,”
terang Zudin yang ditemui Exo pada Rabu siang (10/12).
Lebih kaget lagi,
lelaki yang sudah bekerja selama 15 tahun sebagai teknisi di
perusahan itu menemukan tubuh korban tergeletak dilantai tak
bernyawa. Saat itu kondisi mengenaskan. “Tangan terikat dan mulut
masih dilakban. Dari mulut dan telingannya keluar darah,” terangnya.
SOPIR
MIKROLET--Satu minggu kemudian,
ditengah upaya polisi berupaya keras mengungkap kasus ini, tanpa
sengaja, seorang anggota reserse Polsek Kembangan mendengar cerita
dari seorang sopir Mikrolet M-11 jurusan Tanah Abang-Kebon jeruk
bernama Sumako.
Kala itu Sumako sedang istirahat setelah ‘narik’
seharian. Kepada teman-temannya, dia cerita, suatu malam, mobilnya
pernah dicarter seharga Rp 60 ribu oleh beberapa orang untuk
mengangkut beberapa mesin jahit.
“Saat itu, salah satu anggota saya ada di warung
tersebut mendengar apa yang diceritakan. Sumako tidak sadar, kalau
orang-orang yang mencarter mikroletnya, adalah yang selama ini
sedang kami cari,” ujar Kanit Reskrim Polsek Kembangan, Iptu Djudjun
W kepada Exo pada Rabu (10/12).
Untuk memperjelas info tersebut, Sumako dibawa ke
Mapolsek Kembangan untuk dimintai keterangannya. Dari mulut Sumako
inilah akhirnya titik terang pembunuhan Nofianto mulai terkuak.
Polisi akhirnya
melakukan pengejaran. Mus sebagai penadah yang pertama ditangkap
berikut barang bukti hasil curian yang belum sempat. Selanjutnya
menyusul Ruyat, dalang perampokan disertai pembunuhan tersebut.
Hingga berturut, tiga tersangka lainnya. Hanya saja Muhasim berhasil
melarikan diri dan hingga berita ini diturunkan masih buron.
“Selain Ruyat, Muhasim juga kami nilai sebagai
pelaku utama dan juga otak dalam kasus ini. Pasalnya, Muhasim kenal
dekat dengan korban,” tegas Djudjun.
Untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya, para
tersangka tersebut diancam pasal 365 ayat empat dengan ancaman
hukuman mati atau seumur hidup atau selama-lamanya 20 tahun penjara.
MASIH
TRAUMA--Sementara itu Saridi, ayah
korban yang sangat berperan mendirikan usaha konveksi yang kini
digarap korban, mengaku masih trauma. Bapak enam anak ini, awalnya
adalah pemilik usaha konveksi tersebut. Lantaran usianya mulai menua,
Saridi memutuskan ‘pensiun’ dari usaha yang telah dirintisnnya
selama 20 tahun.
Untuk menggantikan
posisinya, ia mempercayakan kepada korban sebagai anak sulungnya.
Saridi memilih untuk tinggal bersama istri dan anak-anaknya di
kampung halamannya, di daerah Pekalongan, Jawa Tengah.
“Ketika mendengar
kabar dari Zudin tentang kematian Nofianto, saya sempat nggak
percaya. Sama sekali saya ngga menyangka hal itu akan terjadi pada
keluarga kami,” ujar Saridi dengan nada parau.
Hingga kini, ia
sendiri belum bisa memikirkan bagaimana kelanjutan usahanya. “Nggak
tahu ya mas. Saat ini saya masih trauma dengan kejadian ini.
Jangankan untuk menjalankan usaha, untuk melihat rumah itu saja saya
tidak kuat,” jawabnya pelan.
Saridi hanya bisa
pasrah, sekaligus berharap bahwa para pelakunya akan diganjar dengan
hukuman setimpal. Sementara itu, Musmulyadi membantah tudingan
sebagai penadah barang hasil curian. Pria berperawakan kurus
‘bisnis’nya lumayan banyak. Sebagai pedagang, ia tak pilih kasih
soal jual beli barang.
“Saya nggak kalau
itu barang tersebut. Saya juga nggak pesan barang itu sama Ruyat.
Saya mau beli karena hargnya murah cuma enam juta,” dalih Mus.
Selain murah, ia cukup lama kenal dengan Ruyat.
Selain itu, ia juga mengenal Ruyat sebagai tokoh masyarakat,
sehingga apa yang dilakukan Ruyat tidak akan menyebabkan masalah,
apalagi ada kaitannya dengan masalah hukum. Namun dugaannya
melenceng.*
***
Ruyat (45), Otak Perampokan
MINTA
THR
Oleh : Yadi
Perampokan yang
dilakukan bersama teman-temannya, ternyata ditampik oleh Ruyat.
Kepada Exo yang menemuinya di ruang pemeriksaan, Ruyat mengaku kalau
pada saat itu, dirinya hanya ingin meminta uang THR dan mengutus
para tersangka. Namun, permintaannya itu ditolak Nofianto dengan
alasannya, uangnya telah habis untuk membayar THR karyawannya.
Atas penolakan itu
muncul inisiatif Muhasim, yaitu minta satu mesin obras sebagai
penggantinya. Permintaan itu tetap saja ditolak, hingga akhirnya
mereka marah dan memukuli korban hingga tewas. Selain itu, mereka
juga menguras barang-barang di rumah tersebut.
Meskipun demikian, Ruyat mengelak bahwa ia yang
menganjurkan untuk menguras barang-barang milik korban apalagi untuk
membunuhnya. “Saya tidak pernah merencanakan untuk melakukan
perampokan, apalagi untuk membunuh. Saya hanya meminta sumbangan
hari raya,” jawabnya dengan nada meninggi.
Sementara itu,
ketika ditanya mengenai hubungannya dengan Mus, Ruyat tak langsung
menjawab. Matannya menerawang ke arah langit-langit ruangan. Entah
apa yang sedang dipikirkannya.
Sejurus kemudian,
bibirnya bergerak dan dari mulutnya meluncur ucapan,” Saya dengan
Mus memang sudah kenal lama, dia saya kenal sebagai penjual
barang-barang bekas,” tukasnya seraya menundukkan kepala.*
>>>Baca
Juga :
TABIB DUA KALI GAGAHI PASIEN...
>>>Baca Juga :
CINTA SEGI TIGA BERAKHIR MAUT...
|