‘ngebor’ dibarter narkoba
MELACAK SARANG ABG MADIUN
Oleh : Noer
Meski sebatas kota eks karesidenan,
Madiun ternyata menyimpan segudang lahan prostitusi. Anak Baru Gede
(ABG) menu utamanya. Tarif jutaan hingga barter tubuh dengan
sabu-sabu.
Seorang gadis belia, resah
berdiri di sebuah tangga masuk pusat perbelanjaan SR, yang merupakan
pusat perbelanjaan terbesar di kota Madiun, Jawa Timur, awal
Desember lalu. Pandangannya liar, menyapu lantai parkir mobil yang
lumayan jelas dari jarak pandangnya, lantaran tak ada dinding
pembatas.
Sesekali, gadis berkaos
oblong ketat dipadu jeans ketat, khas dandanan anak gaul ini merogoh
isi tas dipunggungnya, mengambil sebuah ponsel keluaran terkini,
lantas mengamati layar ponsel itu.
Sejurus kemudian, ia
nampak menghela nafas panjang. Dari raut mukanya, ada kesal yang
mendalam. Tetap dalam posisi semula, gadis yang bila ditebak usianya
tak lebih dari 17 tahun ini, kembali menyapu pandangan ke pelataran
parkir.
Tangannya masih
menggenggam ponsel mungilnya. Cukup lama ia berdiri di tangga --belakangan
diketahui bahwa tangga tersebut merupakan satu-satunya akses lain
menuju pintu masuk pusat perbelanjaan dari arah parkir mobil--.
Bosan dalam penantian, kembali ia mengamati layar ponselnya.
Jari-jarinya menari diatas
papan tuts, untuk kemudian gadis berambut sebahu yang boleh dibilang
lumayan cantik itu nampak sedang menelepon. Meski lalu lalang
pengunjung silih berganti, seolah-olah ia cuek.
Selanjutnya sebuah
pembicaraan terjadi. Jelas sekali bahwa gadis itu marah besar. Belum
satu menit menelepon, tiba-tiba seorang lelaki setengah baya yang
juga menempelkan ponselnya ditelinga, memeluk sang gadis itu dari
belakang. Rupanya, lelaki berpenampilan parlente, yang usianya
pantas menjadi ayah gadis itulah yang sedang ditunggunya.
Lelaki itu nampak
tersenyum. Namun senyuman itu dibalas dengan mimik muka cemberut.
Meskipun demikian, keduanya tetap berlalu bersama-sama meninggalkan
tangga pusat perbelanjaan yang terletak di Jalan Pahlawan, Madiun
itu, menuju pelataran parkir, untuk selanjutnya masuk dalam mobil
sedan warna putih metalik dan meluncur entah kemana.
Pemandangan diatas,
mungkin sudah baisa ditemui nyaris tiap hari di pusat perbelanjaan
itu. Maklum, selain menjadi pusat perbelanjaan terbesar, SR adalah
pusat perbelanjaan paling komplit dan ramai dikunjungi, setelah
pusat perbelanjaan MAT di jalan yang sama dengan SR dan PRE di Jalan
Alun-Alun Madiun.
Sepertinya pusat
perbelanjaan masih menjadi tempat favorit bagi anak baru gede (ABG)
untuk sekedar kencan atau memang sengaja memburu mangsa. Cewek
cabutan (istilah menyebut ABG yang bisa ‘dipakai’-red) itu hafal
betul dimana titik-titik strategis.
Di SR sendiri, titik
paling strategis untuk transaksi adalah di tangga masuk. Tentu saja
tangga itu di pilih lantaran SR hanya terdiri dari dua pintu masuk,
yakni pintu utama yang berhadapan dengan jalan raya dan tangga masuk
yang persisnya berada di atas sebuah kafe sederhana.
Di tangga masuk alternatif
itulah tiap hari para ABG itu dengan cueknya mejeng sambil menggoda
pengunjung yang lewat. Meski tidak seprofesional penjaja kenikmatan
gedongan, namun rata-rata mereka yang mangkal di sana hafal betul
mana mangsa yang berkocek tebal atau pengunjung kantong kempes yang
cuma mau cuci mata.
Malah terkadang mereka tak
segan-segan, minta diajak bareng masuk SR, bila nalurinya sedang
menemukan buruan tajir (kaya-red). Tanpa malu-malu dan tanpa
ragu-ragu.
Tipe ABG semacam itu
biasanya datang tidak sendirian alias lebih dari satu orang. Kadang
berdua, bertiga atau kadang lebih.
Modus selanjutnya, setelah mangsanya kecantol, dengan senang hati
mereka akan mengikuti jalan-jalan di dalam SR. Yang patut diwaspadai,
tidak semua ABG yang mangkal di tangga tersebut mau di ajak lanjut
ke kamar. Tak sedikit dari komunitas ini hanya mau diajak
jalan-jalan, minta belanja, selanjutnya good bye.
Namun tak sedikit dari
mereka yang mangkal memang khusus untuk pemuas seks. Dengan tetap
konkow di tangga, mengikuti mangsanya berbelanja untuk kemudian
berlanjung ke ranjang.
Tidak usah khawatir dengan
teman-temannya. Umumnya, setelah puas belanja, satu diantara mereka
berlanjut ke hotel, yang lainnya memilih pulang dengan imbalan
mengganti ongkos taksi tak lebih dari Rp. 100 ribu, tergantung
lelaki yang akan membuking temannya.
Lantas, berapa tarif cewek
cabutan yang hendak dibuking ke hotel? Ternyata tidak terlalu mahal.
Cukup merogoh kocek paling banter Rp. 200 ribu untuk short time,
ABG tangga alternatif tersebut sudah bisa diajak ‘goyang’.
OKNUM SPG--Bagi
lelaki hidung belang yang ingin mencicipi cewek cabutan lebih
berkelas, masih dalam satu lokasi alias di pusat perbelanjaan yang
sama, pilihannya adalah para oknum Sales Promotion Girl (SPG).
Untuk komunitas ini, meskipun terkesan lebih rapi namun jika tahu
jalurnya, dengan mudah transaksi bisa dijalani. Komunitas paling
mencolok dan paling laris kabarnya terletak di lantai dua atau
mereka yang tergabung dalam ‘pasukan’ berdandanan menor alias SPG
counter parfum dan kosmetik.
Hanya saja mereka nampak
tidak seperti gadis yang terang-terangan menjajakan diri. Bahkan
untuk mangsanya, terkesan sangat selektif.
Saat Exo bertandang Selasa
sore (03/12), suasa sekitar counter lumayan ramai. Para wanita
cantik dengan busana kebesaran ‘institusi’nya masing-masing,
berpostur rata-rata tinggi dan penampilan seksi sibuk menawarkan
produknya.
Terlihat ramah, sambil tak
bosan-bosannya mengumbar senyum. Sesekali tawanya terlepas dan dari
balik bibirnya terlontar ucapan menggoda. Namun hal itu khusus
dilakukan pada mangsa yang sedang menjadi incarannya.
Bila mangsanya tergoda,
tetap dengan dalih menawarkan produknya, mereka memasuki fase
pendekatan. Bagi lelaki hidung belang yang memahami senyum manjanya,
klop sudah.
Namun demikian tak jarang
para hidung belang yang lebih proaktif, dengan datang ke counter
mereka, melakukan pendekatan dengan pura-pura hendak membeli produk
yang ditawarkan.
Meski hanya membeli satu
produk, kesempatan itu tidak pernah disia-siakan untuk berlama-lama
ngobrol. Boleh jadi rayuan maut dengan dalih beli produk ini
merupakan simbol bahwa mereka sedang butuh ‘ditemani’.
Selanjutnya, bila
sama-sama terjalin respon, transaksi berlanjut untuk menjemput
pulang. Bila tahap ini lolos, bisa ditebak. Setelah bubar kerja
‘resepsi’ yang dijalani adalah makan malam, dugem atau langsung
‘take off’ ke ranjang.
Dalam perkembangannya,
lantaran kebutuhan makin membumbung dan era serba praktis makin
menggeliat, sistem yang dijalani turut mengalami perombakan. Mereka
tidak sekedar menjual produk sambil menjajakan diri sendiri-sendiri,
namun lebih profesional dengan menggunakan perantara seorang mami
alias germo.
Mami yang dimaksud dan
dipercaya para SPG untuk menjembatani transaksi ‘jual tubuh’ itu tak
lain adalah teman mereka sendiri yang pangkatnya lebih senior. Sebut
namanya Dinda. Ditangan Dinda inilah para SPG itu dijual untuk
komoditi para lelaki hidung belang dengan tarif lumayan mahal.
Untuk short time alias
satu jam dipatok tarif Rp. 400 ribu. Namun bagi ‘tamu’ yang
kelihatan tajir, tak segan-segan Dinda mematok tarif hingga satu
juta rupiah. “Habis, cari ‘barang’ bagus di Madiun susah Mas,” kilah
Dinda saat Exo mencoba menawar ‘dagangan’nya.
Apa yang dikatakan mami cukup beralasan. ‘Barang’ bagus dimaksud,
lantaran prostitusi papan atas di Madiun memang lumayan sulit
didapat. Apalagi, lokasinya kotanya memang tak terlalu luas. Jadi,
wajar saja jika tarifnya tiba-tiba meroket.
MANGKAL DI DISKOTIK--Sebagal
lahan alternatif yang dipakai para ABG menjajakan tubuh di kota yang
hanya sejengkal itu alias tak lebih dari luasnya wilayah Jakarta
Pusat adalah Fire Discotique atau dikenal dengan sebutan Klab Bara
yang terletak di Jalan Cokroaminoto, Madiun.
Untuk dapat masuk diskotik,
tiap pengunjung dikenakan cover charge Rp. 25 ribu. Areal
diskotiknya sendiri tidak terlalu luas atau tak kira-kira hanya
berukuran 10x20 meter. Terdiri dari satu lantai ditambah balkon
melingkar diatasnya.
Sedang dilantai basement
oleh pihak pengelolanya difungsikan sebagai lahan untuk karaoke,
terdiri delapan kamar. Tarif sewanya terdiri dari dua kelas. Untuk
kelas standar seharga Rp. 60 ribu perjam minimal buking dua jam.
Sementara kelas VIP tarifnya Rp. 100 ribu perjam, minimal buking dua
jam. Di areal karaoke inilah pengunjung juga bisa bergedek ria
sambil nenggak ekstasi yang dijual di dalam diskotik seharga Rp. 125
ribu perbutir.
Sementara itu untuk
berburu ABG di Klab Bara tidak sulit. Ada dua kriteria yang tersedia,
yakni ABG berstatus freelance dan ABG binaan mami Dewi --mami binaan
tempat dugem tersebut--.
Untuk ABG binaan mami Dewi,
teorinya hanya untuk menemani dugem. Bisa untuk teman karaoke atau
berdugem ria di diskotik. Tarifnya hanya Rp. 25 ribu perjam, minimal
buking dua jam.
Sementara jika yang
dikehendaki tamu adalah urusan ranjang, tergantung negosiasi dengan
yang bersangkutan. Kabarnya, mereka rata-rata bersedia diajak
merengkuh birahi, asal ada kecocokan harga. Tarifnya dihitung mirip
argo taksi, yakni semakin lama semakin mahal. Untuk short time atau
hanya sekedarnya, mereka biasanya mematok tarif antara Rp. 200-400
ribu, tergantung ‘pasiennya’.
Harga tersebut tidak
mengikat atau masih bias dinego hingga Rp. 100 ribu. Bahkan jika
mereka kebelet ‘on’ kadang barter pil kirik (istilah dalam menyebut
ekstasi, kirik adalah anak anjing-red) atau sabu-sabu pun jadi.
Tarif itu juga berlaku
bagi gadis-gadis yang berstatus freelance. Barangkali yang
membedakan hanya status dan gengsi, di mana anak asuh sang mami
dikenal lebih elit dan berkelas, meskipun faktanya dalam berburu
rupiah mengikuti standarisasi diskotik.
Selain itu adalah kawasan
dimana mereka mangkal. Anak asuh mami terkordinir rapi dan agak
tersembunyi sebelum ada tamu yang membukingnya. Sementara para
freelance, lebih bebas bertebaran, hingga hinggap di sana sini
memburu kepuasan sambil mencarai mangsa yang tepat untuk mengisi
koceknya dengan barter tubuh-tubuh yang tergolong masih belia.
SAMBIL KARAOKE--Kawasan yang juga banyak dihuni para ABG dalam memburu mangsa adalah
dua lokasi karaoke, masing-masing LA Karaoke di Jalan Ponorogo dan
Larosa Karaoke di Jalan Wuni, Madiun.
Meski bertengger diatas bangunan sederhana, namun pengunjungnya
lebih banyak dari golongan menengah atas. Mulai pengusaha hingga
pejabat Pemda setempat. Bahkan kawasan tersebut juga menjadi kawasan
favorit para anggota dewan dalam berdugem ria.
LA Karaoke sedikit lebih
elit ketimbang Larosa yang hanya menyajikan menu karaoke diareal
hall.
Sebuah room VIP, di LA
tersedia khusus bagi para member. Bahkan untuk ukuran ABG-nya, LA
lebih lumayan. Dalam hal penampilan hingga nilai wajahnya.
Untuk dapat kencan dengan
gadis-gadis belia itu dipatok tarif Rp. 25 ribu perjam. Hal itu
sebatas teman berkaraoke ria. Sementara jika yang dipilih adalah
urusan ranjang, bergantung dari kesepakatan.
Meski demikian, para tamu
tidak bisa main cabut begitu saja. Ada aturan yang ditetapkan, yakni
jika ada tamu yang hendak buking diluar urusan ‘teman karaoke’,
hanya boleh dilakukan selepasnya jam bubar karaoke atau sekitar
pukul dua dinihari.
Hal itu berlaku juga bagi
ABG yang mangkal di Larosa, yang juga tersedia ABG dalam jumlah
lumayan banyak.
Dengan demikian, lengkap
sudah areal berburu ABG di kota Madiun. Bahkan kondisi tersebut
masih diperparah dengan maraknya hotel-hotel, yang rata-rata
mempunyai relasi dengan para ABG rumahan, dengan sistim ada
pelanggan, tinggal tekan tombol telepon. Serba mudah, efektif dan
efesien.*
***
AZZA (21), Sales Promotion Girl
GAJI CEKAK
Oleh : Noer
Sebut
saja namanya Azza. Wajahnya cantik, khas wanita pribumi.
Meski tidak terlalu kuning, namun dia adalah gadis yang menarik.
Belum lagi didukung postur tubuhnya yang bagus.
Dalam penuturannya, ia menjual tubuh lantaran faktor ekonomi. Alasan
klise, namun hal itulah yang memang terjadi. Kenekatannya berprofesi
ganda diakui lantaran gajinya tidak dapat dipakai untuk mencukupi
biayai hidup yang terus melambung tinggi.
“Aku di sini kos. Gajiku sekitar Rp. 300 ribu. Mana cukup kalau aku
nggak cari ‘sambilan’,” ungkapnya tanpa beban.
Belum lagi, selain urusan perut, ia juga mengikuti arus tren pakaian.
“Kalau ngga begitu, nanti dibilang ngga modis,”lanjutnya.
Ujungnya, yang dipilih untuk menutupi gajinya yang cekak, hampir
setahun lalu ia nekat menjajakan diri. Apalagi banyak teman-temannya
yang melakukan hal serupa. Menjual kepuasan sesaat.*
***
Nina (18)
BANTING TARIF
Oleh : Noer
Meski
stok ABG untuk kepuasan bawah perut di kota Madiun terbatas, namun
bagi Nina tak ada kata mati dengan tarif yang dipatoknya. Apalagi
dalam lingkup diskotik yang dijadikan markas untuk ‘berkarir’
menjajakan tubuh.
“Disini ceweknya sedikit,
tapi peminatnya juga ngga banyak mas. Kalu lagi ramai aku bisa
memat6ok tarif Rp. 200-300 short time. Tapi pas lagi sepi, banting
Rp. 150 ribu saja para tamu kadang pada ngacir,” terang wanita yang
kadang rela terpaksa rela barter tubuhnya dengan sebutir ekstasi.
Untuk urusan yang satu ini,
biasanya mereka pilih-pilih. Tidak semua lelaki diterima. “Bagaimana
ya Mas. Namanya gratisan, kita berhak milih dong,” lanjut wanita
bertubuh gempal ini.
Pilihannya, apalagi kalau
bukan pemuda-pemuda gagah, muda dan tentunya masih enerjik.
“Itung-itung buat jamu mas, ha...ha...ha...,” tambah Nina sambil
tertawa lebar.*
***
Santi (22), Mahasiswi
SAMPAI ROBEK
Oleh : Noer
Satu
hal yang menjadi identitas ABG Madiun adalah to the poin jika
transaksi sudah cocok. Dlam artian jangan harap mereka mau diajak
bermesraan atau beromantis ria ketika telah berada di dalam kamar.
Hal
itu pula yang dijalani Santi, mahasiswi yang memiliki obyek
sampingan menjual kenikmatan via seorang ‘relasi’ di salah satu
hotel termahal di Madiun.
“Time
is money,” celotehnya mantap. Lantaran menomorsatukan waktu itu
pula, dalam menjalani profesinya, sistem kilat yang dijalani.
“Transaksi cocok, tempat oke, datang langsung servis, selesai. Aku
orangnya ngga betah berlama-lama dalam kamar. Apalagi diajak
jalan-jalan dulu. Duh, makasih aja ya,” lanjut Santi.
Lantaran langsung main tembak itu pula, Santi sempat masuk rumah
sakit usai melayani tamunya. Bibir vaginya robek dan harus mendapat
empat jahitan. “Tiga hari saya di rumah sakit,” kenangnya.
Namun
hal itu tidak lantas membuatnya kapok. Ya lantaran time is money itu
tadi yang mungkin tetap menjadi motivasinya.*
>>>Baca
juga:
HOTEL MESUM MENGGURITA.....
|