EDISI>>01-02-03-04-05-06-07-08-09-10-11-12-13-14-15-16-17-18-19-20-21-22-23-24-25-26-27-28-29- 30-31>>

::LIPUTAN::

::BACAAN PALING EKSOTIS::

::ARTIKEL::

CLOSE UP #13

=> Isu Exo
=> Close Up
=> Intim
=> Gaya
=> Curhat
=> Potret
=> Jelajah
=> Bollystar
=> Exobolly
=> Terawang
=> Modus
=> Blitz
=> Gemar
=> Rona
Aturan
Langganan
Pesan CD
Pesan Bundel
Crew Redaksi
Saran Anda
Tarif Iklan

‘ngebor’ dibarter narkoba

MELACAK SARANG ABG MADIUN

Oleh : Noer

Meski sebatas kota eks karesidenan, Madiun ternyata menyimpan segudang lahan prostitusi. Anak Baru Gede (ABG) menu utamanya. Tarif jutaan hingga barter tubuh dengan sabu-sabu.

Seorang gadis belia, resah berdiri di sebuah tangga masuk pusat perbelanjaan SR, yang merupakan pusat perbelanjaan terbesar di kota Madiun, Jawa Timur, awal Desember lalu. Pandangannya liar, menyapu lantai parkir mobil yang lumayan jelas dari jarak pandangnya, lantaran tak ada dinding pembatas.

Sesekali, gadis berkaos oblong ketat dipadu jeans ketat, khas dandanan anak gaul ini merogoh isi tas dipunggungnya, mengambil sebuah ponsel keluaran terkini, lantas mengamati layar ponsel itu.

Sejurus kemudian, ia nampak menghela nafas panjang. Dari raut mukanya, ada kesal yang mendalam. Tetap dalam posisi semula, gadis yang bila ditebak usianya tak lebih dari 17 tahun ini, kembali menyapu pandangan ke pelataran parkir.

Tangannya masih menggenggam ponsel mungilnya. Cukup lama ia berdiri di tangga --belakangan diketahui bahwa tangga tersebut merupakan satu-satunya akses lain menuju pintu masuk pusat perbelanjaan dari arah parkir mobil--. Bosan dalam penantian, kembali ia mengamati layar ponselnya.

Jari-jarinya menari diatas papan tuts, untuk kemudian gadis berambut sebahu yang boleh dibilang lumayan cantik itu nampak sedang menelepon. Meski lalu lalang pengunjung silih berganti, seolah-olah ia cuek.

Selanjutnya sebuah pembicaraan terjadi. Jelas sekali bahwa gadis itu marah besar. Belum satu menit menelepon, tiba-tiba seorang lelaki setengah baya yang juga menempelkan ponselnya ditelinga, memeluk sang gadis itu dari belakang. Rupanya, lelaki berpenampilan parlente, yang usianya pantas menjadi ayah gadis itulah yang sedang ditunggunya.

Lelaki itu nampak tersenyum. Namun senyuman itu dibalas dengan mimik muka cemberut. Meskipun demikian, keduanya tetap berlalu bersama-sama meninggalkan tangga pusat perbelanjaan yang terletak di Jalan Pahlawan, Madiun itu, menuju pelataran parkir, untuk selanjutnya masuk dalam mobil sedan warna putih metalik dan meluncur entah kemana.

Pemandangan diatas, mungkin sudah baisa ditemui nyaris tiap hari di pusat perbelanjaan itu. Maklum, selain menjadi pusat perbelanjaan terbesar, SR adalah pusat perbelanjaan paling komplit dan ramai dikunjungi, setelah pusat perbelanjaan MAT di jalan yang sama dengan SR dan PRE di Jalan Alun-Alun Madiun.

Sepertinya pusat perbelanjaan masih menjadi tempat favorit  bagi anak baru gede (ABG) untuk sekedar kencan atau memang sengaja memburu mangsa. Cewek cabutan (istilah menyebut ABG yang bisa ‘dipakai’-red) itu hafal betul dimana titik-titik strategis.

Di SR sendiri, titik paling strategis untuk transaksi adalah di tangga masuk. Tentu saja tangga itu di pilih lantaran SR hanya terdiri dari dua pintu masuk, yakni pintu utama yang berhadapan dengan jalan raya dan tangga masuk yang persisnya berada di atas sebuah kafe sederhana.

Di tangga masuk alternatif itulah tiap hari para ABG itu dengan cueknya mejeng sambil menggoda pengunjung yang lewat. Meski tidak seprofesional penjaja kenikmatan gedongan, namun rata-rata mereka yang mangkal di sana hafal betul mana mangsa yang berkocek tebal atau pengunjung kantong kempes yang cuma mau cuci mata.

Malah terkadang mereka tak segan-segan, minta diajak bareng masuk SR, bila nalurinya sedang menemukan buruan tajir (kaya-red). Tanpa malu-malu dan tanpa ragu-ragu.

Tipe ABG semacam itu biasanya datang tidak sendirian alias lebih dari satu orang. Kadang berdua, bertiga atau kadang lebih.

Modus selanjutnya, setelah mangsanya kecantol, dengan senang hati mereka akan mengikuti jalan-jalan di dalam SR. Yang patut diwaspadai, tidak semua ABG yang mangkal di tangga tersebut mau di ajak lanjut ke kamar. Tak sedikit dari komunitas ini hanya mau diajak jalan-jalan, minta belanja, selanjutnya good bye.

Namun tak sedikit dari mereka yang mangkal memang khusus untuk pemuas seks. Dengan tetap konkow di tangga, mengikuti mangsanya berbelanja untuk kemudian berlanjung ke ranjang.

Tidak usah khawatir dengan teman-temannya. Umumnya, setelah puas belanja, satu diantara mereka berlanjut ke hotel, yang lainnya memilih pulang dengan imbalan mengganti ongkos taksi tak lebih dari Rp. 100 ribu, tergantung lelaki yang akan membuking temannya.

Lantas, berapa tarif cewek cabutan yang hendak dibuking ke hotel? Ternyata tidak terlalu mahal. Cukup merogoh kocek paling banter Rp. 200 ribu untuk short time, ABG tangga alternatif tersebut sudah bisa diajak ‘goyang’.

OKNUM SPG--Bagi lelaki hidung belang yang ingin mencicipi cewek cabutan lebih berkelas, masih dalam satu lokasi alias di pusat perbelanjaan yang sama, pilihannya adalah para oknum Sales Promotion Girl (SPG).

Untuk komunitas ini, meskipun terkesan lebih rapi namun jika tahu jalurnya, dengan mudah transaksi bisa dijalani. Komunitas paling mencolok dan paling laris kabarnya terletak di lantai dua atau mereka yang tergabung dalam ‘pasukan’ berdandanan menor alias SPG counter parfum dan kosmetik.

Hanya saja mereka nampak tidak seperti gadis yang terang-terangan menjajakan diri. Bahkan untuk mangsanya, terkesan sangat selektif.

Saat Exo bertandang Selasa sore (03/12), suasa sekitar counter lumayan ramai. Para wanita cantik dengan busana kebesaran ‘institusi’nya masing-masing, berpostur rata-rata tinggi dan penampilan   seksi sibuk menawarkan produknya.

Terlihat ramah, sambil tak bosan-bosannya mengumbar senyum. Sesekali tawanya terlepas dan dari balik bibirnya terlontar ucapan menggoda. Namun hal itu khusus dilakukan pada mangsa yang sedang menjadi incarannya.

Bila mangsanya tergoda, tetap dengan dalih menawarkan produknya, mereka memasuki fase pendekatan. Bagi lelaki hidung belang yang memahami senyum manjanya, klop sudah.

Namun demikian tak jarang para hidung belang yang lebih proaktif, dengan datang ke counter mereka, melakukan pendekatan dengan pura-pura hendak membeli produk yang ditawarkan.

Meski hanya membeli satu produk, kesempatan itu tidak pernah disia-siakan untuk berlama-lama ngobrol. Boleh jadi rayuan maut dengan dalih beli produk ini merupakan simbol bahwa mereka sedang butuh ‘ditemani’.

Selanjutnya, bila sama-sama terjalin respon, transaksi berlanjut untuk menjemput pulang. Bila tahap  ini lolos, bisa ditebak. Setelah bubar kerja ‘resepsi’ yang dijalani adalah makan malam, dugem atau langsung ‘take off’ ke ranjang.

Dalam perkembangannya, lantaran kebutuhan makin membumbung dan era serba praktis makin menggeliat, sistem yang dijalani turut mengalami perombakan. Mereka tidak sekedar menjual produk sambil menjajakan diri sendiri-sendiri, namun lebih profesional dengan menggunakan perantara seorang mami alias germo.

Mami yang dimaksud dan dipercaya para SPG untuk menjembatani transaksi ‘jual tubuh’ itu tak lain adalah teman mereka sendiri yang pangkatnya lebih senior. Sebut namanya Dinda. Ditangan Dinda inilah para SPG itu dijual untuk komoditi para lelaki hidung belang dengan tarif lumayan mahal.

Untuk short time alias satu jam dipatok tarif Rp. 400 ribu. Namun bagi ‘tamu’ yang kelihatan tajir, tak segan-segan Dinda mematok tarif hingga satu juta rupiah. “Habis, cari ‘barang’ bagus di Madiun susah Mas,” kilah Dinda saat Exo mencoba menawar ‘dagangan’nya.

Apa yang dikatakan mami cukup beralasan. ‘Barang’ bagus dimaksud, lantaran prostitusi papan atas di Madiun memang lumayan sulit didapat. Apalagi, lokasinya kotanya memang tak terlalu luas. Jadi, wajar saja jika tarifnya tiba-tiba meroket.

MANGKAL DI DISKOTIK--Sebagal lahan alternatif yang dipakai para ABG menjajakan tubuh di kota yang hanya sejengkal itu alias tak lebih dari luasnya wilayah Jakarta Pusat adalah Fire Discotique atau dikenal dengan sebutan Klab Bara yang terletak di Jalan Cokroaminoto, Madiun.

Untuk dapat masuk diskotik, tiap pengunjung dikenakan cover charge Rp. 25 ribu. Areal diskotiknya sendiri tidak terlalu luas atau tak kira-kira hanya berukuran 10x20 meter. Terdiri dari satu lantai ditambah balkon melingkar diatasnya.

Sedang dilantai basement oleh pihak pengelolanya difungsikan sebagai lahan untuk karaoke, terdiri delapan kamar. Tarif sewanya terdiri dari dua kelas. Untuk kelas standar seharga Rp. 60 ribu perjam minimal buking dua jam. Sementara kelas VIP tarifnya Rp. 100 ribu perjam, minimal buking dua jam. Di areal karaoke inilah pengunjung juga bisa bergedek ria sambil nenggak ekstasi yang dijual di dalam diskotik seharga Rp. 125 ribu perbutir.

Sementara itu untuk berburu ABG di Klab Bara tidak sulit. Ada dua kriteria yang tersedia, yakni ABG berstatus freelance dan ABG binaan mami Dewi --mami binaan tempat dugem tersebut--.

Untuk ABG binaan mami Dewi, teorinya hanya untuk menemani dugem. Bisa untuk teman karaoke atau berdugem ria di diskotik. Tarifnya hanya Rp. 25 ribu perjam, minimal buking dua jam.

Sementara jika yang dikehendaki tamu adalah urusan ranjang, tergantung negosiasi dengan yang bersangkutan. Kabarnya, mereka rata-rata bersedia diajak merengkuh birahi, asal ada kecocokan harga. Tarifnya dihitung mirip argo taksi, yakni semakin lama semakin mahal. Untuk short time atau hanya sekedarnya, mereka biasanya mematok tarif antara Rp. 200-400 ribu, tergantung ‘pasiennya’.

Harga tersebut tidak mengikat atau masih bias dinego hingga Rp. 100 ribu. Bahkan jika mereka kebelet ‘on’ kadang barter pil kirik (istilah dalam menyebut ekstasi, kirik adalah anak anjing-red) atau sabu-sabu pun jadi.

Tarif itu juga berlaku bagi gadis-gadis yang berstatus freelance. Barangkali yang membedakan hanya status dan gengsi, di mana anak asuh sang mami dikenal lebih elit dan berkelas, meskipun faktanya dalam berburu rupiah mengikuti standarisasi diskotik.

Selain itu adalah kawasan dimana mereka mangkal. Anak asuh mami terkordinir rapi dan agak tersembunyi sebelum ada tamu yang membukingnya. Sementara para freelance, lebih bebas bertebaran, hingga hinggap di sana sini memburu kepuasan sambil mencarai mangsa yang tepat untuk mengisi koceknya dengan barter tubuh-tubuh yang tergolong masih belia.             

SAMBIL KARAOKE--Kawasan yang juga banyak dihuni para ABG dalam memburu mangsa adalah dua lokasi karaoke, masing-masing LA Karaoke di Jalan Ponorogo dan Larosa Karaoke di Jalan Wuni, Madiun.

Meski bertengger diatas bangunan sederhana, namun pengunjungnya lebih banyak dari golongan menengah atas. Mulai pengusaha hingga pejabat Pemda setempat. Bahkan kawasan tersebut juga menjadi kawasan favorit para anggota dewan dalam berdugem ria.

LA Karaoke sedikit lebih elit ketimbang Larosa yang hanya menyajikan menu karaoke diareal hall.

Sebuah room VIP, di LA tersedia khusus bagi para member. Bahkan untuk ukuran ABG-nya, LA lebih lumayan. Dalam hal penampilan hingga nilai wajahnya.

Untuk dapat kencan dengan gadis-gadis belia itu dipatok tarif Rp. 25 ribu perjam. Hal itu sebatas teman berkaraoke ria. Sementara jika yang dipilih adalah urusan ranjang, bergantung dari kesepakatan.

Meski demikian, para tamu tidak bisa main cabut begitu saja. Ada aturan yang ditetapkan, yakni jika ada tamu yang hendak buking diluar urusan ‘teman karaoke’, hanya boleh dilakukan selepasnya jam bubar karaoke atau sekitar pukul dua dinihari.

Hal itu berlaku juga bagi ABG yang mangkal di Larosa, yang juga tersedia ABG dalam jumlah lumayan banyak.

Dengan demikian, lengkap sudah areal berburu ABG di kota Madiun. Bahkan kondisi tersebut masih diperparah dengan maraknya hotel-hotel, yang rata-rata mempunyai relasi dengan para ABG rumahan, dengan sistim ada pelanggan, tinggal tekan tombol telepon. Serba mudah, efektif dan efesien.*

***

AZZA (21), Sales Promotion Girl

GAJI CEKAK

Oleh : Noer

Sebut saja namanya Azza. Wajahnya cantik, khas wanita pribumi. Meski tidak terlalu kuning, namun dia adalah gadis yang menarik. Belum lagi didukung postur tubuhnya yang bagus.

Dalam penuturannya, ia menjual tubuh lantaran faktor ekonomi. Alasan klise, namun hal itulah yang memang terjadi. Kenekatannya berprofesi ganda diakui lantaran gajinya tidak dapat dipakai untuk mencukupi biayai hidup yang terus melambung tinggi.

“Aku di sini kos. Gajiku sekitar Rp. 300 ribu. Mana cukup kalau aku nggak cari ‘sambilan’,” ungkapnya tanpa beban.

Belum lagi, selain urusan perut, ia juga mengikuti arus tren pakaian. “Kalau ngga begitu, nanti dibilang ngga modis,”lanjutnya.

Ujungnya, yang dipilih untuk menutupi gajinya yang cekak, hampir setahun lalu ia nekat menjajakan diri. Apalagi banyak teman-temannya yang melakukan hal serupa. Menjual kepuasan sesaat.*

*** 

Nina (18)

BANTING TARIF

Oleh : Noer

Meski stok ABG untuk kepuasan bawah perut di kota Madiun terbatas, namun bagi Nina tak ada kata mati dengan tarif yang dipatoknya. Apalagi dalam lingkup diskotik yang dijadikan markas untuk ‘berkarir’ menjajakan tubuh.

“Disini ceweknya sedikit, tapi peminatnya juga ngga banyak mas. Kalu lagi ramai aku bisa memat6ok tarif Rp. 200-300 short time. Tapi pas lagi sepi, banting Rp. 150 ribu saja para tamu kadang pada ngacir,” terang wanita yang kadang rela terpaksa rela barter tubuhnya dengan sebutir ekstasi. 

Untuk urusan yang satu ini, biasanya mereka pilih-pilih. Tidak semua lelaki diterima. “Bagaimana ya Mas. Namanya gratisan, kita berhak milih dong,” lanjut wanita bertubuh gempal ini.

Pilihannya, apalagi kalau bukan pemuda-pemuda gagah, muda dan tentunya masih enerjik. “Itung-itung buat jamu mas, ha...ha...ha...,” tambah Nina sambil tertawa lebar.*

*** 

Santi (22), Mahasiswi

SAMPAI ROBEK

Oleh : Noer

Satu hal yang menjadi identitas ABG Madiun adalah to the poin jika transaksi sudah cocok. Dlam artian jangan harap mereka mau diajak bermesraan atau beromantis ria ketika telah berada di dalam kamar.

Hal itu pula yang dijalani Santi, mahasiswi yang memiliki obyek sampingan menjual kenikmatan via seorang ‘relasi’ di salah satu hotel termahal di Madiun.

“Time is money,” celotehnya mantap. Lantaran menomorsatukan waktu itu pula, dalam menjalani profesinya, sistem kilat yang dijalani. “Transaksi cocok, tempat oke, datang langsung servis, selesai. Aku orangnya ngga betah berlama-lama dalam kamar. Apalagi diajak jalan-jalan dulu. Duh, makasih aja ya,” lanjut Santi.

Lantaran langsung main tembak itu pula, Santi sempat masuk rumah sakit usai melayani tamunya. Bibir vaginya robek dan harus mendapat empat jahitan. “Tiga hari saya di rumah sakit,” kenangnya.

Namun hal itu tidak lantas membuatnya kapok. Ya lantaran time is money itu tadi yang mungkin tetap menjadi motivasinya.*

>>>Baca juga: HOTEL MESUM MENGGURITA.....

=> Rilexo
=> Cerbung
=> Nojii
=> Cinexo
=> Etalase
=> Gaul
=> Kelambu
=> Exolusi
=> Amor
=> Mbak Dona
=> Horoskop
=> Poster
=>
Bintang Exo
Free Web Site Counter

hubungi redaksi - webmaster - pasang iklan
Copyright 2004 exotica23.tk (pt angkasa media utama) All Rights Reserved

Hosted by www.Geocities.ws

1