Pelacuran hiasi Olimpide 2004 Athena
Oleh : Hendrik
Yunani,
negeri indah di laut Tengah, tidak setengah-setengah mempersiapkan
diri menjadi tuan rumah Olimpiade. Semua itu untuk memberikan
pelayan mengesankan bagi perserta pesta olahrag bergengsi tahun
2004.
Berbagai
fasilitas yang ada telah ditingkatkan mutunya, atau dibuat bangunan
baru. Tidak berhenti hanya memodernisasi fasilitas olahraga,
pemerintah ibukota Yunani, Athena berencana menyediakan layanan
pelacuran selama Olimpiade belangsung.
Tiga puluh
rumah bordil baru akan dibangun di Athena, melengkapi tempat
pelacuran sebelumnya. Di Yunani diperkirakan terdapat 500 lebih
lokasi pelacuran yang melayani jutaan orang setiap tahunnya. Selain
perempuan Athena sendiri, rencana dewan kota tersebut juga diminati
para pekerja seks dari kota lain termasuk negara tetangga, seperti,
Bulgaria, Hongaria, dan Rumania.
Malah
palacur dari kawasan Skandinavia yakni, Finlandia, Norwegia, dan
Swedia yang lumayan jauh dari Yunani juga berbondong-bondong datang
ke negeri Dewi Aprodhite tersebut.
Para pemberi
kenikmatan biologis yang menyambut paling antusias rencana itu
adalah Albania, negeri tetangga langsung Yunani yang sedang
mengalami resesi dan konflik bekepanjangan. Penelitian yang
dilakukan Universitas Pandios, sekarang ini paling tidak, ada 10
ribu perempuan Albania beroperasi sebagai pelacur di Yunani.
Walau
masyarakat Eropa mengenut faham free sex, niat pemerintah
Yunani ini, mendapat kecaman dan keprihatian dari Gereja Ortodok
Yunani dan pemerintah negara-negara Eropa seperti, Swedia, Norwegia,
Estonia, dan Lithuania serta negara-negara lainya.
Para Menteri
Urusan Perempuan negara tersebut telah melayangkan protes kepada
pemerintah Yunani.
“Itu adalah hal yang aneh dan mengerikan bagi akal sehat. Saya
menjadi ngeri membayangkan, pesta olahraga terhormat seperti
Olimpide harus diramaikan oleh pasar prostitusi,” kata Margareta
Winberg, Menteri Keperempuanan Swedia seperti yang tersiar di situs
pemerintah.
Fasilitas pelacuran yang akan dibuat tersebut dikhawatirkan, akan
membuat semakin bertambahnya angka pelacuran yang sekarang menjadi
keprihatinan negara-negara Eropa yang diklaim mempunyai tingkat
kesejahteraan ekonomi tinggi.
Kritikan
lebih keras datang dari otoritas gereja Yunani. Mereka menilai
rencana tersebut merupakan kasus menjijikan. Gereja menuduh dewan
kota mencari tambahan anggaran dari ‘bisnis lendir’.
Namun semua
protes ini dijawab oleh dewan Kota Yunani bahwa, kebijakan ini
ditempuh untuk menertibkan bisnis rumah bordil dan memberikan
legalitas prostitusi supaya mudah dipantau dari segi kesehatan.
Bagi pihak
yang berkeberatan, kebijakan itu ditakutkan akan makin meningkatnya
penyebaran AIDS, perdagangan perempuan antar negara, dan ikut
terjunnya anak di bawah umur mencari uang dengan cara menjajakan
diri di negara yang dipenuhi bangunan bersejarah tersebut.*
|