Halaman legenda |
Legenda Gunung Semeru
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Menurut kepercayaan
masyarakat Jawa yang ditulis pada kitab kuno abad 15, Pulau Jawa pada
suatu saat mengambang di lautan luas, dipermainkan ombak kesana-kemari.
Para Dewa memutuskan untuk memakukan Pulau Jawa dengan cara
memindahkan Gunung Meru yang asalnya dari India ke atas Pulau Jawa.
Dewa Wisnu menjelma menjadi seekor kura-kura raksasa menggendong
gunung itu dipunggungnya, sementara Dewa Brahma menjelma menjadi ular
panjang yang membelitkan tubuhnya pada gunung dan badan kura-kura
sehingga gunung itu dapat diangkut dengan aman.
Dewa-Dewa tersebut meletakkan gunung itu di atas bagian pertama pulau
yang mereka temui, yaitu di bagian barat Pulau Jawa. Tetapi berat
gunung itu mengakibatkan ujung pulau bagian timur terangkat ke atas.
Kemudian mereka memindahkannya ke bagian timur pulau tetapi masih
tetap miring, sehingga Mereka memutuskan untuk memotong sebagian dari
gunung itu dan menempatkannya di bagian barat laut.
Penggalan ini membentuk Gunung Pawitra, yang sekarang dikenal dengan
nama Gunung Pananggungan, dan bagian utamanya adalah Gunung Mahameru,
tempat bersemayam Dewa Shiwa, dan sekarang dikenal dengan nama Gunung
Semeru. Pada saat Sang Hyang Siwa datang ke pulau jawa dilihatnya
banyak pohon Jawawut, sehingga pulau tersebut dinamakan Jawa.
Lingkungan geografis pulau Jawa dan Bali memang cocok dengan
lambang-lambang agama Hindu. Dalam agama Hindu ada kepercayaan tentang
Gunung semeru, Gunung semeru dianggap sebagai rumah para dewa-dewa dan
sebagai sarana penghubung diantara bumi (manusia) dan Kayangan. Kalau
manusia ingin mendengar suara dewa mereka harus semedi di puncak
Gunung Semeru. Banyak masyarakat Jawa dan Bali sampai sekarang masih
menganggap gunung sebagai tempat kediaman Dewa-Dewa atau mahluk halus.
Selanjutnya daerah bergunung-gunung masih dipakai oleh manusia Jawa
sebagai tempat semedi untuk mendengar suara gaib.
Menurut orang Bali Gunung Mahameru dipercayai sebagai Bapak Gunung
Agung di Bali dan dihormati oleh masyarakat Bali. Upacara sesaji
kepada para dewa-dewa Gunung Mahameru dilakukan oleh orang Bali.
Betapapun upacara tersebut hanya dilakukan setiap 8-12 tahun sekali
hanya pada waktu orang menerima suara gaib dari dewa Gunung Mahameru.
Selain upacara sesaji itu orang Bali sering datang ke daerah Gua
Widodaren untuk mendapat Tirta suci.
Orang naik sampai puncak Mahameru ada yang bertujuan untuk mendengar
suara-suara gaib. Selain itu juga ada yang memohon agar diberi umur
yang panjang. Bagaimanapun alasan orang naik ke puncak Mahameru,
kebanyakan orang ditakutkan oleh macam-macam hantu yang mendiami
daerah sekeliling gunung. Hantu-hantu tersebut biasanya adalah roh
leluhur yang mendiami tempat seperti hutan, bukit, pohon serta danau.
Roh leluhur biasanya bertujuan menjaga macam-macam tempat dan harus
dihormati. Para pendaki yang menginap di danau Ranu Kumbolo sering
melihat hantu Ranu Kumbolo. Tengah malam ada cahaya berwarna orange di
tengah danaunya dan tiba-tiba berubah wujud menjadi sesosok hantu
wanita. Biasanya hanya orang yang punya kekuatan mistis dia akan
melihat hantu dan dapat bicara dengan hantu. Terserah orang percaya
pada hantu atau tidak tetapi banyak orang Jawa yang percaya bahwa
daerah Bromo, Tengger, Semeru banyak didiami oleh hantu-hantu.