Travelogue Manokwari West Papua
Ekspedisi Alfred Russel Wallace di Manokwari: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
LALAT RUSA BERTANDUK
Alfred Russel Wallace
Pada
tanggal 15 Mei 1858 kapal perang Etna yang bertenaga uap tiba; tetapi kapal
batu-baranya telah pergi, kapal itu diwajibkan untuk tinggal sampai mereka
kembali. Kaptennya tahu kapan kapal batu bara tersebut harus datang, dan berapa
lama kapal itu dicarter untuk tinggal di Dorey, dan seharusnya ia bisa tiba
tepat waktu, tetapi ia berharap untuk menantinya, sehingga ia tidak begitu
tergesa-gesa. Kapal uap itu membuang sauh tepat di depan rumahku, saya terhibur
dengan bunyi lonceng yang dipukul setiap setengah jam, yang sangat menyenangkan
setelah kesunyian yang monoton dari hutan tersebut. Kapten, dokter, teknisi, dan
beberapa orang opsir mengunjungi saya; pelayan-pelayan ke anak sungai untuk
mencuci pakaian, dan anak dari Pangeran Tidore dengan satu atau dua pembantunya
turun untuk mandi; kalau tidak saya hanya dapat melihat sedikit dari mereka, dan
tidak terganggu oleh pengunjung-pengunjung seperti sebelumnya telah saya
perkirakan. Pada waktu ini cuacanya agak baik, tetapi burung maupun serangga
tidak menjadi lebih banyak, dan burung-burung baru sangat jarang muncul. Tak
satu pun Burung Surga kecuali jenis biasa yang pernah saya temukan, dan kami
masih mencari dengan susah payah beberapa burung bagus yang pernah didapatkan
Lesson di sini. Serangga cukup berlimpah, tetapi rata-rata tidak sebagus yang
ada di Amboyna, saya enggan untuk tiba pada kesimpulan bahwa Dorey adalah tempat
yang bagus untuk membuat koleksi. Kupu-kupu sangat jarang terdapat, dan hampir
sama dengan yang saya peroleh di Aru.
Di antara serangga-serangga dari ordo lain, yang
paling aneh dan baru adalah sekelompok lalat bertanduk, saya dapatkan empat
species yang berbeda, tinggal di pohon-pohon yang telah rubuh dan batang pohon
yang membusuk. Serangga-serangga yang luar biasa ini, digambarkan oleh Mr. W.W.
Saunders sebagai suatu genus baru, di bawah nama Elaphomia atau lalat-rusa
(deer-flies), bertubuh ramping dan panjangnya kira-kira setengah inch, kaki-kakinya
sangat panjang, dan ditarik bersama-sama untuk mengangkat tubuhnya tinggi di
atas permukaan tempat mereka berdiri. Sepasang kaki depan jauh lebih pendek dan
seringkali dibentangkan lurus ke depan, mirip antena. Tanduknya muncul dari
sebelah bawah mata, nampaknya merupakan perpanjangan dari bagian bawah orbit.
Pada spesies yang terbesar dan paling unik, yang dinamakan Elaphomia cervicornis
atau Lalat-Rusa Jantan Bertanduk (stag-horned deer-fly), tanduk-tanduk ini
hampir sepanjang tubuhnya, dan memiliki dua cabang, dengan dua belahan kecil di
dekat bifurkasinya, sehingga mirip tanduk seekor rusa jantan. Warnanya hitam,
dengan ujung-ujung yang sedikit pucat, sedangkan badan dan kaki berwarna coklat
kekuning-kuningan, matanya (ketika masih hidup) berwarna violet dan hijau.
Spesies selanjutnya (Elaphomia Wallacei) memiliki warna coklat gelap,
diselubungi dan dipenuhi dengan kuning. Tanduk-tanduknya kira-kira sepertiga
panjang serangga tersebut, lebar, mendatar, dan dari foam segitiga yang
memanjang. Warnanya merah muda (pink) cantik, pinggirannya hitam, dengan garis
tengah yang pucat. Bagian depan kepala juga merah muda, dan matanya violet pink,
dengan strip hijau yang menyilang, membuat serangga tersebut sangat anggun
(elegant) dan penampilannya lain dari pada yang lain. Spesies ke tiga adalah
Elaphomia alcicornis, atau Lalat Rusa Kutub Bertanduk ukurannya sedikit lebih
kecil dari dua spesies yang telah dijelaskan sebelumnya, tetapi menyerupai warna
Elaphomia wallacei. Tanduk-tanduknya luar biasa karena tiba-tiba melebar menjadi
pelat datar, yang bergerigi kuat di sekitar tepi luar, menyerupai bentuk tanduk
rusa elk, sehingga diberi nama demikian. Warnanya kekuning-kuningan, tepinya
coklat, dan ujungnya hitam pada tiga gigi atas. Spesies ke empat Elaphomia
brevicornis, lalat-rusa bertanduk-pendek atau the short-horned deer-fly berbeda
sekali dengan yang lainnya. Bentuknya lebih gemuk, warnanya hampir hitam, dengan
cincin kuning di dasar abdomen; sayapnya memiliki strip-strip yang berwarna
gelap, kepalanya padat dan melebar secara lateral, dengan tanduk datar yang
sangat kecil; yang berwarna hitam dengan bagian tengah pucat, tepatnya mirip
ciri-ciri pokok tanduk-tanduk dua spesies sebelumnya. Tak satu pun betina yang
memiliki tanda-tanda bertanduk, dan Mr. Saunders menempatkan spesies yang tidak
memiliki tanduk untuk kedua jenis kelamin (Elaphomia polita) di genus yang sama.
Penduduk asli jarang membawa kepadaku sesuatu.
Mereka miskin, dan hampir tidak pernah menembak burung, babi, atau kanguru, atau
bahkan binatang pohon yang lambat seperti Kuskus. Kanguru pohon dapat ditemukan
di sini, tetapi sangat sedikit karena pemburu-pemburuku, sekalipun mereka pergi
ke hutan seharian penuh, tidak penah sekali pun melihat binatang itu. Kakaktua,
Luri, Parroquets merupakan burung yang paling umum dijumpai. Bahkan burung dara
jarang ada, dan dalam varietas yang sedikit, meskipun kami kadang-kadang
memperoleh Burung Dara Mahkota (Mambruk) yang bagus, yang selalu dengan senang
hati kami terima sebagai tambahan bagi tempat penyimpanan kami yang minim.
Tidak lama sebelum kapal uap tersebut tiba
persendian saya terluka karena memanjat di antara batang dan cabang pohon-pohon
yang rubuh (tempat perburuan serangga yang paling terbaik buat saya), dan
seperti biasanya dengan luka-luka kaki pada iklim seperti ini, luka itu berubah
menjadi borok yang lama, akibatnya saya tidak dapat keluar rumah selama beberapa
hari. Ketika borok itu sembuh, diikuti oleh radang di bagian dalam kaki, sesuai
dengan nasihat dokter saya beri obat terus-menerus selama empat atau lima hari,
supaya menurunkan bengkak di tendon sebelah atas tumit. Ini harus dibedah dan
dikeluarkan nanahnya, lalu dirawat dengan salep dan obat selama beberapa minggu,
sampai saya hampir putus asa. Cuaca ketika itu baik, dan saya tergoda melihat
sebuah kupu-kupa besar yang terbang melewati pintu rumah lalu saya berpikir
tentang dua puluh atau tiga puluh spesies baru serangga yang perlu saya dapatkan
setiap hari. Ini juga di New Guinea - sebuah daerah yang mungkin tidak akan
pernah saya kunjungi lagi, suatu daerah yang mungkin tak satu pun naturalis
pernah bermukim sebelumnya, - suatu daerah yang memiliki obyek-obyek natural
yang lebih aneh, lebih baru dan lebih cantik dari pada bagian manapun di bumi
ini. Naturalis akan mampu menghargai perasaan saya, duduk dari pagi sampai malam
di dalam gubuk kecil, tidak dapat bergerak tanpa tongkat, satu-satunya hiburan
bagi saya adalah burung-burung yang dibawa oleh pemburu-pemburu saya setiap
sore, dan beberapa serangga yang ditangkap oleh orang Ternate saya, Lahagi, yang
setiap hari pergi menggantikan saya, tentu saja ia tidak memperoleh seperempat
bagian dari apa yang seharusnya saya dapatkan. Kesulitan itu diperparah lagi
karena semua orang-orang saya kurang lebih menderita sakit, beberapa ada yang
demam, dan yang lainnya disentri; pada suatu ketika ada tiga orang di samping
saya yang tak berdaya sekaligus, tukang masak sendiri yang masih sehat, dan
memiliki banyak pekerjaan selain merawat kami. Pangeran Tidore dan Residen Panda
(mungkin yang dimaksudkan Residen Banda - pent) ada di dalam kapal uap
itu dan sedang mencari Burung Surga. Mereka mengirim orang ke segala arah,
sehingga tidak ada kesempatan buat saya untuk memperoleh kulit burung dari jenis
yang lebih langka. Berbagai burung, serangga, atau binatang yang hendak dijual
orang-orang Dorey semuanya dibawa ke atas kapal uap tersebut, di sana
pembeli-pembelinya mendapatkan segala yang mereka inginkan dan barang-barang
yang beraneka jenis dalam jumlah yang lebih besar daripada yang saya miliki
ditawarkan kepada para penjual.
Setelah sebulan terkurung saya sedikit demi sedikit
bisa keluar rumah, dan pada saat yang sama saya berhasil memperoleh sebuah
perahu dengan enam orang penduduk asli untuk membawa Ali dan Lahagi ke Amberbaki,
dan membawa mereka kembali di akhir bulan. Ali ditugaskan membeli semua Burung
Surga (Birds of Paradise) yang dapat ia peroleh di sana, serta menembak maupun
menguliti semua burung langka atau burung jenis baru lainnya; Lahagi harus
mengumpulkan serangga, yang saya harapkan lebih berlimpah dari pada yang
terdapat di Dorey. Ketika saya memulai kembali jalan harian mencari serangga,
saya mendapati perubahan besar di daerah sekitar saya, sebuah perubahan yang
sangat saya setujui. Selama saya berbaring di rumah, anak buah kapal dan
serdadu-serdadu jawa yang telah dibawa untuk bekerja (sebuah kapal layar yang
telah tiba segera setelah Etna), telah disuruh untuk memotong pohon, menggergaji,
dan membelah kayu-kayu besar untuk kayu bakar, supaya kapal uap bisa kembali ke
Amboyna jika kapal-batu bara yang ditunggu tidak kembali; dan mereka juga telah
membabat sejumlah jalan yang lurus dan lebar di dalam hutan ke berbagai arah,
sehingga membuat penduduk asli begitu kagum, tetapi tidak memahami semua itu.
Sekarang saya memiliki bermacam-macam jalan, dan sejumlah kayu mati sebagai
tempat mencari serangga; tetapi dengan tidak melihat manfaat jalan tersebut,
serangga yang ada tidak sebanyak yang pernah saya temukan di Serawak, atau
Amboyna, atau Batchian, guna memastikan pendapat saya bahwa Dorey bukanlah
tempat yang baik. Tetapi di suatu tempat beberapa mil jauhnya ke pedalaman, jauh
dari bebatuan karang yang baru naik ini dan jauh dari pengaruh udara laut,
tangkapan yang lebih banyak mungkin bisa diperoleh. Bersambung ke: Kanguru Pohon
Diterjemahkan oleh Charles Roring |
|