Travelogue Manokwari West Papua

Beranda | Indeks | Buku TamuKontak | Foto

 

Ekspedisi Alfred Russel Wallace di Manokwari: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

 

BERTEMU OTTO DAN GEISLER

 

Alfred Russel Wallace

 

A harbour in Mansinam island with Arfak Mountains at the background. The photo was shot by Charles Roring in 2006

Pelabuhan Mansinam dengan latar belakang Pegunungan Arfak

Foto oleh Charles Roring, 2006

Pagi berikutnya kami masuk, dan berlabuh di dekat sebuah pulau kecil yang bernama Pulau Mansinam, di situ bermukim dua orang misionaris Jerman, Messrs. Otto dan Geisler. Selanjutnya Mr. Otto segera naik ke kapal dan memberi sambutan selamat datang, lalu ia mengundang kami ke pantai untuk menikmati sarapan pagi dengannya. Kami kemudian diperkenalkan dengan temannya yang menderita bisul yang sangat parah di tumit, hal tersebut menyebabkannya tidak dapat meninggalkan rumah selama enam bulan - dan kepada isterinya seorang wanita Jerman muda yang baru tiga bulan keluar rumah. Sayangnya dia tidak dapat berbicara bahasa Melayu atau Inggris, dan hanya bisa menerka-nerka ucapan terima kasih kami atas sarapan lezat buatannya.

    Misionaris-misionaris ini adalah pekerja trampil yang telah dikirim dari negeri asalnya, dan lebih berguna berada di antara masyarakat yang masih primitif ini dari pada orang-orang yang berasal dari kalangan kelas atas. Mereka sudah berada di sini kira-kira dua tahun, bahkan Mr. Otto bisa berbicara bahasa Papua dengan lancar, ia telah mulai menerjemahkan beberapa bagian dari Alkitab. Tetapi bahasanya begitu sederhana sehingga banyak sekali kata bahasa Melayu yang harus dipakai; sangat dipertanyakan apakah mungkin menyampaikan ide-ide dari buku seperti itu, kepada masyarakat yang tingkat peradabannya (state of civilization) begitu rendah. Jumlah orang yang sudah menjadi Kristen hanyalah sejumlah perempuan; dan beberapa orang anak yang mengikuti sekolah. Mereka diberi pelajaran membaca, tetapi mereka hanya membuat sedikit kemajuan.

   Ada satu persoalan dari misi ini yang saya yakin akan berpengaruh secara moral. Misionaris-misionaris tersebut diizinkan berdagang untuk menutupi kecilnya gaji yang mereka dapatkan dari Eropa, dan tentu saja harus melaksanakan prinsip dagang yaitu membeli dengan harga murah dan menjual dengan harga mahal, agar dapat menghasilkan keuntungan. Seperti halnya semua suku-suku yang masih terbelakang, mereka kurang peduli dengan masa depan. Ketika panenan hasil bumi dalam jumlah kecil dikumpulkan, mereka membawa sebagian besarnya kepada misionaris, dan menukarnya dengan pisau, manik-manik, kapak, tembakau, atau benda-benda lain yang mereka perlukan. Beberapa bulan kemudian pada musim hujan, sewaktu makanan langka, mereka akan datang untuk membeli kembali, dan menukarnya dengan kulit penyu, tripang, pala hutan, atau produk lain. Tentu saja makanan dijual dengan harga yang jauh lebih mahal dari pada ketika dibeli. Bagi saya hal tersebut baik sekali dan dapat diterima serta adil sehingga dagang barter tersebut secara keseluruhan bermanfaat bagi penduduk asli. Pasti mereka akan menghabiskan dan membuang-buang makanan di saat jumlahnya berlimpah, dan kemudian menjadi lapar - namun saya ragu jika penduduk asli melihat hal ini dalam sudut pandang yang demikian.

   Mereka mungkin melihat misionaris-misionaris pedagang tersebut dengan sedikit kecurigaan, dan tidak dapat merasa begitu yakin dengan ajaran-ajaran mereka yang tidak menarik, perilaku misionaris ini mirip dengan yang dilakukan oleh para Jesuit di Singapura. Hal pertama yang harus dilakukan oleh misionaris adalah berusaha memperbaiki keterbelakangan dengan menarik atau menggugah hati penduduk melalui perbuatan-perbuatan baik yang mereka lakukan, dan bukannya untuk kepentingan pribadi. Agar hal ini dapat dilaksanakan misionaris harus berbuat tidak seperti yang dilakukan oleh orang lain, tidak berdagang maupun mengambil keuntungan dari orang-orang yang datang menjual, tetapi lebih memberi kepada mereka yang membutuhkan. Akan lebih baik jika misionaris dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat masyarakat setempat, dan kemudian mencoba menunjukkan bagaimana kebiasaan-kebiasaan mereka yang buruk perlu diubah secara bertahap, agar mereka menjadi lebih sehat dan lebih baik. Beberapa orang yang penuh semangat dan taat melakukan hal ini bisa mempengaruhi perbaikan moral yang dikehendaki pada suku-suku yang peradabannya masih rendah, sedangkan misionaris-misionaris dagang hanyalah mengajarkan apa yang dikatakan Yesus, tetapi tidak bertindak seperti yang dikerjakanNYA, hanya sedikit sekali bermanfaat bagi masyarakat. Dan hanya sekedar memberi sedikit manfaat suatu agama di permukaannya saja. 

Bersambung ke: Kampung Doreri

 

Diterjemahkan oleh Charles Roring

 

Hosted by www.Geocities.ws

1