Travelogue Manokwari West Papua
Ekspedisi Alfred Russel Wallace di Manokwari: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
MEMBANGUN RUMAH DI MANOKWARI
Alfred Russel Wallace
Selama tiga hari setelah kedatangan kami saya
sepenuhnya sibuk dari pagi sampai malam membangun sebuah rumah, dengan
bantuan selusin orang Papua dan pembantu-pembantu saya sendiri. Mulanya
sulit untuk menyuruh mereka bekerja, karena hampir tidak satu pun dari
mereka yang bisa berbicara bahasa Melayu; sehingga harus menggunakan banyak
bahasa isyarat, dan setelah sejumlah gerakan yang teratur sesuai dengan yang
diinginkan, maka kami dapat menyuruh mereka melakukan sesuatu. Jika kami
membuat mereka mengerti bahwa beberapa tiang lagi diperlukan, dua tiang
dapat dengan mudah dipotong, enam atau delapan tiang akan membuat mereka
pergi semuanya, sekali pun kami membutuhkan beberapa dari mereka untuk
melakukan hal-hal yang lain. Suatu pagi sepuluh dari mereka datang untuk
bekerja, dengan membawa hanya satu kapak, sekalipun mereka tahu saya sama
sekali tidak punya kapak yang siap untuk digunakan.
Saya memilih tempat kira-kira dua ratus meter
dari pantai, di daratan yang lebih tinggi, di pinggir jalan setapak utama
dari kampung Dorey ke kebun dan hutan. Dalam jarak dua puluh yard ada sebuah
kali kecil; yang menyediakan air segar dan tempat yang bagus untuk mandi
buat kami. Hanya ada sedikit sampah kayu yang perlu disingkirkan, ada
beberapa pohon hutan yang tumbuh tidak jauh, dan kami memotong kayu
kira-kira dua puluh yard di sekeliling rumah agar cahaya dan udara bisa
leluasa masuk. Rumahnya, berukuran kira-kira 20 feet x 15 feet; seluruhnya
terbuat dari kayu, dengan lantai bambu, sebuah pintu, dan sebuah jendela
besar, yang menghadap ke laut, di situ saya tempatkan meja saya, yang tidak
jauh di sampingnya ada tempat tidur yang dipisahkan dengan sebuah partisi
kecil. Saya membeli tikar-tikar besar dalam jumlah banyak dari penduduk asli,
yang saya jadikan sebagai dinding yang bagus sekali; sedangkan tikar-tikar
yang saya bawa sendiri digunakan sebagai plafon, lalu di atasnya ditutupi
dengan daun atap segera setelah pesanan kami dibuatkan. Di luar, agak ke
belakang, adalah sebuah gubuk kecil yang digunakan untuk memasak, sebuah
bangku, yang diberi atap di atasnya, di situ orang-orang saya dapat duduk
untuk menguliti kulit burung dan binatang. Setelah semuanya selesai, barang
dan perbekalan saya diangkut lalu disusun dengan rapih di dalam rumah,
selanjutnya saya membayar orang-orang Papua itu dengan sejumlah pisau dan
kapak, setelah itu saya memperbolehkan mereka pulang. Hari berikutnya kapal
layar kami berangkat ke pulau-pulau yang lebih ke timur, dan saya mendapati
diri saya sebagai satu-satunya orang Eropa yang bermukim di pulau New Guinea
yang maha besar ini.
Karena kami masih memiliki keragu-raguan
terhadap penduduk asli, pertama-tama kami tidur dengan senjata yang sudah
diisi peluru di sisi kami dengan pengaturan jaga malam; tetapi setelah
beberapa hari, mendapati bahwa orang-orang itu bersahabat, serta merasa
yakin bahwa mereka tidak akan berusaha menyerang lima orang yang bersenjata
lengkap maka kami tidak perlu merasa khawatir lagi. Kami masih memiliki satu
atau dua hari untuk menyelesaikan pembuatan rumah, menutupi kebocoran,
memasang rak-rak gantung buat mengeringkan spesimen di dalam dan di luar,
membuat jalan setapak ke kali, serta membersihkan halaman di depan rumah.
Pada
tanggal 17 April 1858, kapal uapnya belum datang, sehingga kapal batu bara
(the coal ship) akhirnya berangkat karena sudah berada di sini selama
sebulan sesuai dengan kontraknya. Pada hari yang sama pemburu-pemburuku
pergi ke hutan guna menembak untuk pertama kalinya, dan membawa pulang
seekor burung mambruk atau disebut juga dara mahkota (crown pigeon)
yang cantik sekali dan beberapa burung biasa. Pada hari berikutnya mereka
lebih berhasil, dan saya gembira melihat mereka kembali dengan seekor
Burung Surga (Bird of Paradise atau Cendrawasih) dengan bulunya yang
indah, sepasang Luri Papua yang bagus (Lorius Domicella), empat Luri dan
Parroquets, seekor Grackle (Gracula dumonti), seekor Pemburu-Raja (dacelo
Gaudichaudi), seekor racquet-tailed kingfisher (Tanysiptera Galatea), dan
dua atau tiga ekor burung yang biasa lainnya. Bersambung ke: Mengunjungi Suku Arfak
Diterjemahkan oleh: Charles Roring
|