Pelacur emperan tarif gedongan
‘NGEMUT
PERKUTUT’ ALA TUGU SEMAR
Oleh : Noer
Mejengnya
di sisi jalan, tetapi pasang tarif lumayan
tinggi. Mereka tidak pernah sepi ‘order’ lantaran banyak hidung
belang yang kepincut layanan ‘ngemut perkutut’nya.
Meski sore telah beranjak, dan malam segera datang, suasana sekitar
terminal Harja Mukti, Jalan Ahmad Yani, Cirebon tetap ramai. Persis
di samping pintu keluar, bersebelahan dengan terminal itu, ada
‘aktivitas’ lain. Sepanjang jalan yang dikenal dengan sebutan Jalan
Tugu Semar -- di Kampung Tugu Semar-- aktivitas menyambut malam
makin marak.
Warung-warung sederhana
terbuat dari bambu yang berdiri berderet-deret mulai berbenah.
Maklum, jika siang hari hampir semua warung memilih tutup lantaran
‘menu’ utama yang ditawarkan adalah minuman keras (miras-red).
Untuk makin menarik
perhatian pengunjung, mereka hiudpkan musik dan pasang lampu temaram.
Mulai dangdut hingga disko ‘berlomba’ memekakan telinga . Bahkan
diantaranya menyediakan fasilitas karaoke. Semakin larut, semakin
banyak pelacur bermunculan. Mereka berasal dari daerah sekitar
Cirebon, Indramayu dan Purwokerto, Jawa Tengah.
Sekitar sepuluh tahun
silam, para pelacur itu hanya mangkal di jalan depan warung-warung
Tugu Semar. Semakin lama jumlahnya makin banyak dan mereka mulai ‘berani’.
Jika ada lelaki yang datang ke warung itu tak segan-segan mereka
menghampirinya. ‘Misi’nya, selain menemani mabuk alkohol, pelacur
yang didominasi wanita muda belasan tahun ini siap diajak kencan
ranjang.
Bahkan, meskipun nampak
mejeng dan ‘beredar’ di jalanan, untuk urusan servis pelanggan tak
akan kalah dengan pelacur gedongan (sebutan pelacur klas atas di
Cirebon-red). Paling tidak hal itu seperti dituturkan Neng (18),
pelacur yang hampir dua tahun mangkal di kawasan Tugu Semar.
Kepada Exo yang menemuinya
Sabtu dua pekan lalu, wanita asal Indramayu yang mematok tarif
antara Rp.150-200 ribu per jam ini memaparkan nilai lebih dari
servis yang ditawarkan. “Jangan dilihat di mana kita beroperasi,
namun bagaimana servis yang kita berikan,” jawabnya sewot ketika
dipancing tentang tingginya tarif rata-rata pelacur jalanan Tugu
Semar, yang dianggap tak sebanding dengan pelacur jalanan lain di
kawasan Cirebon.
Ditambahkan bahwa
rata-rata mereka mematok harga tinggi lantaran tamu yang datang
umumnya minta diservis macam-macam. Hingga kabar paling santer
menyebut bahwa pelacur Tugu Semar paling handal melakukan oral seks
alias ‘ngemut perkutut’. Neng sendiri tak menampik tuduhan itu.
“Mungkin iya kali,” tandasnya malu-malu.
CALO GENTAYANGAN--Tidak
sulit untuk mendapatkan pelacur Tugu Semar. Apalagi bagi lelaki
hidung belang yang terbiasa ‘jajan’. Namun bagi mereka yang masih
‘hijau’ dan buta kawasan tersebut, jika duduk di salah satu warung
remang di sana, tak lama kemudian akan ada seseorang datang
menyambangi.
Mereka tak lain adalah
para calo yang tugasnya menghubungkan calon konsumen dengan pelacur.
Bisa tukang becak, sopir taksi yang sengaja berada di kawasan
tersebut sebagai calo. Mereka akan ‘nempel’ di dekat kita, bertutur
ramah dan terkesan sok akrab. Mulai menanyakan identitas hingga
ujungnya menawarkan jasa esek-esek.
Jika calon konsumen setuju
ingin ditemani wanita, hanya butuh waktu tak kurang dari lima menit,
‘pesanan’ akan datang. Umumnya yang dibawa lebih dari dua sebagai
pilihan.
Selanjutnya tawar menawar
akan dijalani. Bila transaksi oke, tentu saja para calo ini akan
minta uang lelah pada konsumen yang akan menggunakan jasa pelacurnya,
meskipun ia sudah punya bagian dari sang pelacurnya.
Lalu, dimana tempat
pemenuhan hasrat seks mereka. Ternyata diseberang kawasan tersebut
telah bertengger sebuah hotel yang sering digunakan pelacur Tugu
Semar melayani pelanggannya. Dengan kemudahan fasilitas itu,
prostitusi Tugu Semar makin komplit dan meriah. Bahkan jika malam
libur seperti malam minggu, sepanjang jalan itu hiruk pikuknya
bergeliat hingga menjelang fajar.
Uniknya, diujung jalan
tersebut atau hanya berjarak sekitar 150 meter berdiri sebuah Pos
Polisi Terminal Harja Mukti yang nyaris tak pernah sepi dari petugas
jaga.*
|