EDISI>>01-02-03-04-05-06-07-08-09-10-11-12-13-14-15-16-17-18-19-20-21-22-23-24-25-26-27-28-29- 30-31>>

::LIPUTAN::

::BACAAN PALING EKSOTIS::

::ARTIKEL::

MODUS#09

=> Isu Exo
=> Close Up
=> Intim
=> Gaya
=> Curhat
=> Potret
=> Jelajah
=> Bollystar
=> Exobolly
=> Terawang
=> Modus
=> Blitz
=> Gemar
=> Rona
Aturan
Langganan
Pesan CD
Pesan Bundel
Crew Redaksi
Saran Anda
Tarif Iklan

Berdalih Sembuhkan Penyakit

ISTRI STRES DIBUNUH SUAMI

Oleh : Eddy sm

Lili bingung menghadapi kenyataan bahwa istrinya mengalami gangguan jiwa. Suatu ketika dia dapat ‘kiat’ penyembuhan. Sang istri  harus dimandikan di kolam. Hasilnya, bukannya sembuh, Lili malah jadi duda.

Berdalih melakukan penyembuhan terhadap istrinya yang mengidap gangguan jiwa sejenis stres berat, Lili (47), tega menenggelamkan Isop (28), istrinya di kolam milik tetangga di Kampung Cibuluh, Desa Cikadu, Kecamatan Cijambe, Subang Jawa Barat pada  Minggu dinihari (07/09). Lantaran ulahnya, korban kehabisan nafas dan meninggal dunia. Enam orang, termasuk lima tetangganya yang turut membantu, kini dijadikan tersangka.

Sejak bulan Juni lalu, pasangan Lili dan Isop menikah dan menempati rumah panggung di Kampung Cibuluh, peninggalan kakek Lili yang kini tinggal di Kampung Cikupa. Lili adalah suami kedua Isop.

Sebelumnya, suami Isop adalah Mukri, warga Kampung Cikupa. Dari Mukri dia dikaruniai satu putra yang kini berusia empat tahun. Entah lantaran apa, pertengahan tahun 2002, mereka cerai.

Hampir setahun lamanya Isop menjanda. Anaknya dipelihara orangtua Mukri. Akhirnya Isop bertemu Lili, warga Kampung Banjarsari, Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Subang. Merasa ada kecocokan duda beranak dua ini akhirnya menikahi Isop.

Awal rumah tangga mereka berjalan baik-baik saja. Lili tidak tahu jika istrinya mengidap depresi mental. Pada bulan kedua pernikahan itu, ‘kelemahan’ Isop baru terungkap. Kalau penyakitnya kambuh, Isop selalu merobek pakaiannya.

Lili tak mampu membawa istrinya berobat ke dokter. Maklum, sebagai petani kecil, kehidupan mereka serba pas-pasan. “Jangankan pergi ke dokter. Buat makan sehari-hari saja kurang,” terang Isop yang ditemui Exo di balik jeruji tahanan Polres Subang.

Kelakukan Isop semakin hari semakin mencemaskan. Wanita itu selalui dihantui rasa takut. “Katanya ia seperti berada di tempat yang  angker walaupun sudah berada di rumahnya. Kepalanya terasa pening dan perutnya terasa sakit dan sejak itulah kelakuannya berubah,” tambah Lili.

Takut akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, Lili akhirnya dikurung wanita stres itu di dalam kamar. Apalagi belakangan istrinya sering mengamuk. Pada Jumat malam (05/09), Lili berusaha menenangkan istrinya dengan mengundang tetangganya  untuk mengadakan pengajian. Hasilnya, tetap nihil.

Keesokan harinya, Apin (64) mertua Isop dari suami pertamanya datang berkunjung ke rumah Lili. Kedatangannya, selain ingin menjenguk mantan menantunya, Apin juga menyarankan proses penyembuhan. Kepada Lili ia menyarankan agar Isop ‘dimandikan’. Tujuannya agar penyakitnya bisa disembuhkan.

Namun pesan Apin disalah tafsirkan Lili. Pria itu bukan hanya memandikan istrinya, tetapi malah menenggelamkannya di kolam milik tetangganya. Pada kejadian di Minggu dinihari (07/09) itu, Lili tidak sendiri. Sebelumnya dia mendatangi tetangganya, masing-masing  Tarno (41), Muksin (24), Kuce (60), Karya (27), dan Solihin (40). Kepada mereka Lili mengatakan mau menyembuhkan istrinya dan minta bantuan ingin membantu memandikan istrinya di kolam.

Tepatnya sabtu tengah tengah malam, Lili membangunkan istrinya yang sudah lelap tidur. Kedua kaki ibu beranak satu itu diikat kain. Meskipun diikat, Isop masih bisa berjalan sedikit-sedikit. Agar istrinya tidak meronta-ronta, Lili membujuk akan membawanya mencari ikan di kolam milik Ahmad (39), tetangganya.

Begitu tiba di kolam, Isop diajak berjalan di pematang. Tiba-tiba tubuhnya diguyur air kolam dengan menggunakan ember yang dibawanya dari rumah. Tentu saja hal itu membuatnya kaget. Setelah melihat badan istrinya basah,  secara beramai-ramai Lili menceburkan Isop ke dalam kolam. Secara bergantian kepala korban ditimbul tenggelamkan, “Ayo terus, ayo terus,”  teriak Lili memberi aba-aba pada lima temannya itu.

Lili tak peduli melihat istrinya sekarat. Bahkan saat korban berteriak-teriak dan meronta-ronta, ia dan teman-temannya malah terus membenamkan kepala korban ke dalam air. Aksi mereka baru berhenti setelah korban tak berdaya. Selanjutnya, tubuh korban diangkat ke tepi. Mereka sadar bahwa Isop telah tewas. Anehnya, mereka berenam seperti tak punya dosa bahwa lantaran ulahnya telah meregang nyawa orang.

Tanpa beban, Lili segera mengabarkan kematian Isop pada keluarganya. Termasuk kepada Apin. Keesokan harinya korban dikebumikan. Sore harinya, Lili pulang ke tempat asalnya. Kejadian yang menimpa Isop tidak pernah dilaporkan kepada polisi. Sebaliknya warga malah memilih diam dan menganggap kejadian ini sudah takdir.

MENGAKU WARTAWAN--Selama berada di kampungnya, Lili sempat kedatangan Asep Iyus warga Tambakan Kecamatan Jalan Cagak yang mengaku sebagai wartawan. Kepada Lili, Asep menyuruh foto agar dibuatkan kartu pers dari Tabloid Nz yang berkantor di Patrol Jalan Cagak Subang.

Dengan berbekal tanda pengenal yang selalu menggantung di lehernya, awal Oktober lalu, mereka berdua mendatangi kelima temannya yang pernah membantunya menghabisi nyawa Isop. Mereka menggertak agar disediakan uang Rp 2 juta. Kalau tidak kasusnya akan dilaporkan ke polisi. Namun permintaan itu ditolak.

Merasa gertakannya tak berhasil keduanya mendatangi Mapolres Subang pada Kamis pagi (16/10). Lili mengadukan perkara ini sebagai suami yang merasa dirugikan.

Sore itu juga Tim Reskrim bersama Lili mendatangi kelima orang yang menurut pelaku telah membunuh istrinya. Kelima pria itu menjalani pemeriksaan secara intensif. Hasil pemeriksaan justru berbalik. Kelima temannya serempak mengatakan bahwa mereka hanya disuruh Lili. Saat itu juga Lili ditangkap. Asep langsung kabur menghilangkan jejak.

Kasat Reskrim Polres Subang Iptu Junaidi Umar ketika dikonfirmasi membenarkan bahwa kedua orang itu datang ke Mapolres, “Tanda pengenal  yang dibawa Lili dibuat mundur yaitu tanggal 2 September sebelum kejadian, padahal Lili dan Asep berkenalan setelah kejadian itu,” ungkap Junaidi.

Lucunya,  pendidikan Lili tidak tamat SD. Ini yang membuat Tim Reskrim curiga. Atas kejadian itu, menurut Junaidi keenam tersangka bisa dijerat dengan Pasal 170 yo 359 KUH Pidana dengan ancaman hukuman lima tahun penjara.

Setelah kasusnya terungakp, ada ketakutan dari warga di sekitar tempat kejadian. Apalagi saat Exo bertandang ke sana, rata-rata warga memilih tutup mulut. Alasannya serba tidak tahu. Ahmad, pemilik kolam tempat Isop dibunuh terkesan menghindar. Beberapa kali ditemui selalu dibilang tidak ada. Menurut salah seorang tetangga yang tinggal tak jauh dari rumahnya, Ahmad pulangnya selalu malam.

“Pak Ahmad kalau pulang ke rumah setelah maghrib dan berangkat pada pagi harinya karena usahanya dagang,” ujar lelaki yang enggan disebutkan namanya tadi. Ketika diburu ke orang tuanya Sapta (70) - Ami (68), di Kampung Cibuluh, mereka mengaku tidak tahu menahu.

Menurut Sapta, dirinya tak tahu persis kejadian itu. “Setahu saya Isop cuma meninggal biasa. Saya malah tidak tahu kalau meninggalnya di kolam anak saya,” terang Sapta.  Ditambahkan bahwa dirinya tahu kabar kematian Isop di kolam anaknya, setelah masalah itu ramai dibicarakan, dan Lili bersama teman-temannya ditangkap polisi.* 

***

Lili

TERBONGKAR KARENA MEMERAS

Oleh : Eddy sm

Ditemui usai menjalani pemeriksaan Lili mengaku bahwa tak ada niat untuk membunuh istrinya. Apa yang dilakukan bersama tetangganya itu hanya ingin penyakit istrinya bisa disembuhkan.“Sumpah Pak, sama sekali saya tidak ingin membunuh istri saya. Saya cuma mau menyembuhkan stresnya,” bela Lili.

Dirinya mengaku kaget ketika mendapati istrinya tewas saat dimandikan. Demi menutupi ulahnya, bersama kelima temannya, ia sepakat menutup kasus tersebut dengan mengatakan bahwa kematian istrinya adalah takdir. Hal itu sebagai antisipasi kalau ada tetangga atau keluarga korban menanyakan kematian istrinya.

Menyoal kartu pers itu sendiri, Lili tak menampik. Sejak kembali ke kampungnya dia memang didatangi Asep Iyus yang mengaku sebagai wartawan, dan disuruhnya difoto kilat agar dibuat tanda pengenal.

Padahal, ia agak berat, lantaran sekolahnya saja hanya sampai kelas II SD. Namun kala itu Asep tak menggrubisnya, malah mengajaknya berbohong demi duit. “Pokoknya ikuti saya saja,” kata Asep seperti ditirukan Lili. Lantaran Kartu Pers itu pula, bukannya mendapat duit, malah aksinya terbongkar.*

>>>Baca Juga: AKHIR PETUALANGAN KELUARGA PENCULIK...
>>>Baca Juga: PAMAN HAMILI KEPONAKAN... 

=> Rilexo
=> Cerbung
=> Noji
=> Cinexo
=> Etalase
=> Gaul
=> Kelambu
=> Exolusi
=> Amor
=> Mbak Dona
=> Horoskop
=> Poster
=>
Bintang Exo
Free Web Site Counter

hubungi redaksi - webmaster - pasang iklan
Copyright 2004 exotica23.tk (pt angkasa media utama) All Rights Reserved

Hosted by www.Geocities.ws

1