Dua korban dibunuh
AKHIR PETUALANGAN KELUARGA PENCULIK
Oleh : Sunu p
Satu keluarga
berprofesi sebagai penculik. Sepak terjang mereka di Jawa Tengah,
Jawa Barat, Jakarta, dan Banten berakhir setelah timah panas
menembus kaki Tono Andianto (51) alias Tomi Buntung, ketua komplotan
sekaligus ayah dari Jefry Saputra (23) yang tewas ditembak polisi.
Sabtu siang akhir
September lalu, rumah Sutinem (50) di Jalan Kolonel Sugiyono 8 Rt
01/05, Kelurahan Cilacap Selatan, kedatangan seorang lelaki tak
dikenal mengenakan kaos biru tua dan bersandal jepit. Orang yang
kemudian diketahui bernama Jefri itu, menanyakan temannya yang
bernama Hadi, penduduk Karangkadri, Kesugihan, Cilacap.
Kedatangan Jefri ditemui Sutinem dan Ahmadi (45)
tana rasa kecurigaan. Maklum, Jefri terlihat santun. Lima belas
menit ngobrol, mereka sudah akrab. Bahkan saat Jefri menawarkan
rokok pada Ahmadi dan memberi permen pada Budi Bahari (4), mereka
tak menampik.
Kemudian kepada Sutinem dan Ahmadi ---belakangan
diketahui nenek dan paman Budi--, Jefri minta ijin mengajak balita
itu membeli rokok di depan KUD Mino Saroyo, tak jauh dari rumah
mereka. Lagi-lagi mereka tak curiga.
Namun seperempat jam kemudian, Ahmadi mulai was-was,
lantaran keduanya belum pulang. Ahmadi bermaksud menengok ke toko
kelontong yang dimaksud. Betapa kagetnya ia, lantaran di toko
tersebut tak menemui keduanya.
Beserta keluarga dan dibantu tetangganya, Ahmadi
mulai mencari kemana perginya Jefri dan Budi. Hingga sore hari
pencarian itu nihil. Sutinah (30), ibu kandung Budi langsung syok
mengetahui putranya diculik orang. Setelah berembuk, mereka
melaporkan kasus penculikan tersebut ke Polsek Cilacap.
Minggu siang, Supriyati, tetangga Sutinah datang
memberi tahu, dirinya baru saja dapat telepon dari seorang tak
dikenal yang mengaku menculik Budi dan minta tebusan Rp. 10 juta.
Wanita yang sedang dirundung malang itu nyaris pingsan. Dia segera
kembali ke Polsek Cilacap Selatan melaporkan perkembang baru tentang
anaknya.
Senin siang, pelaku kembali menelepon. Kali ini ia
memberitahukan nomor rekeningnya di Bank Lippo dan meminta keluarga
korban segera mentransfer uangnya. Kalau tidak, anaknya akan
dipotong-potong, ancam lelaki dari telepon tersebut.
Lantaran takut terjadi apa-apa dengan anaknya, Rabu
siang Tusinah mentranfer Rp 5 juta lewat Bank Lippo, Cilacap karena
untuk memenuhi Rp 10 juta dia belum punya uang. Sebelum uang itu
ditransfer pihak kepolisian terlebih dahulu berkoordinasi dengan
pihak bank. Selain untuk mengetahui nama pemilik rekening tersebut,
pihaknya bermaksud menjebak saat penculik mengambil uang tersebut di
ATM.
Dari informasi diketahui alamat asal penculik di
Kampung Nambo Rt 04/II Desa Keseragan Kec. Walantaka Kab. Serang,
Banten. Satu tim Reskrim Polres Cilacap, dengan didampingi pihak
keluarga meluncur ke alamat tersebut. Sementara tiga tim lainnya
mengepung sedikitnya sembilan ATM di wilayah Cilacap dan Banyumas.
Pelisi yakin penculik akan mengambil uang di wilayah tersebut.
Ternyata dugaannya meleset uang 5 juta diambil tanpa hambatan di
ATM Lippo Brebes Kota, Jawa Tengah.
Petugas lantas menyimpulkan, mobilitas para
tersangka berada di sekitar Cirebon, Brebes, Ajibarang, Purwokerto,
Banyumas, dan Cilacap. Berdasar analisa itu polisi lantas mengawasi
setiap ATM Bank Lippo di kota-kota tersebut. Selain itu, petugas
juga 'memancing' tersangka dengan memberi tahu lewat ponsel yang
diberikan pada Tusinah. Isinya Tusinah akan mentransfer lagi uang
sebesar Rp 750 ribu.
Rupanya, pancingan itu berhasil. Jumat siang (26/09)
Tusinah dengan ‘disutradarai’ polisi mentransfer uang yang
dijanjikan. Tersangka Jefri yang tidak menyadari telah diintai,
beberapa saat kemudian terlihat memasuki ATM Bank Lippo Karanglewas,
Purwokerto.
Saat keluar dari ATM, ia disergap petugas berpakaian
preman. Dari dompetnya, ditemukan dua kartu ATM atas nama Imas dan
Jefri Saputra. Tertangkapnya Jefri membuka kasus penculikan anak,
bukan hanya di Cilacap tetapi juga yang terjadi di Cianjur dan
Jakarta. Dari mulut Jefri berhasil dikorek keterangan tempat
persembunyiannya .Ternyata, mereka mengontrak rumah di Perumnas
Ajibarang.
Berbekal informasi itu, pada Sabtu dinihari (26/09)
polisi melakukan penggerebekan. Di rumah itu, polisi membengkuk Tomi,
Maryati, dan Imas, serta menemukan dua bocah yang dijadikan sandera,
Budi Bahari dan Riska (6) yang mereka culik di Cianjur.
TEWAS
DITEMBAK--Penggerebekan
dilakukan Polres Cilacap di sebuah rumah kontrakan di Komplek
Perumnas Ajibarang Blok P Nomor 9, Desa Ajibarang Kulon, Kecamatan
Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Ternyata Riska adalah
anak Dayat Sonjaya warga Kapung Cicantumekar Desa Hegarmanah,
Kecamatan Sukaluyo, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, yang diculik
sejak 19 Juli 2003.
Saat dalam perjalanan membawa para tersangka ke
Cilacap, ban mobil yang ditumpangi petugas bersama tersangka kempes.
Saat hendak memperbaiki, Jefri dan Tomi Buntung melarikan diri.
Terpaksa petugas menembak mereka. Jefri tewas di Rumah Sakit Islam (RSI)
Fatimah Cilacap. Sedangkan Tomi dirawat di bangsal Al Faat C-4
dengan luka kaki kanan tertembus timah panas.
Menurut keterangan petugas, meski sudah tak berdaya
Tomi Buntung yang memang dikenal ‘licin’ itu, tidak dianggap enteng.
Karena kedua kakinya dirantai ke besi tempat tidur. Sementara
beberapa polisi berjaga-jaga di dalam dan luar kamar perawatan.
Menurut Kapolres Cilacap AKBP Prasta Wahyu Hidayat,
para tersangka termasuk profesional dalam menjalankan aksinya. Cara
mereka berpindah-pindah tempat, termasuk saat mencairkan uang
tebusan di ATM, menandakan mereka cukup pintar dalam menghilangkan
jejak.
“Mereka juga melakukan pembagian tugas. Imas
misalnya, bertugas merawat anak-anak yang diculik. Tan Mon Lai alias
Maryati ditugasi di bagian logistik, menyediakan makanan, baik untuk
keluarga juga untuk para korban penculikan.Sedangkan yang menjadi
otak dari penculikan tersebut adalah Tomi Buntung,” jelasnya.
Sebelum tertangkap di Cilacap, Tomi sempat
mengungkapkan niatnya menyerahkan diri ke Kasat Serse Polres Cianjur,
AKP John Wenart Hutagalung. Pelaku sempat menelepon polisi kira-kira
dua minggu sebelum ditangkap.
Menurut pengakuan Tomi yang sempat direkam petugas,
alasannya menyerahkan diri saat itu karena ia merasa lelah
terus-terusan lari dari kejaran petugas. Namun, Tomi meminta syarat,
yaitu ia akan menyerahkan diri kalau petugas menjamin keluarganya
tidak akan ditangkap.
Selain itu, Tomi juga meminta agar ia bisa berbicara
melalui telepon dengan anaknya yaitu Deni yang ditangkap petugas
lebih dahulu di Surabaya dan ditahan di Mapolsek Pademangan,
Surabaya. Namun karena syarat yang diajukan terlalu berlebihan,
polisi tidak mengabulkannya.
MENCARI ALAMAT--Dalam mencari mangsa,
Tomi mengaku menggunakan berbagai modus. Diantaranya pura-pura
bertamu, atau mencari alamat, kemudian mengajak pergi anak tuan
rumah, lalu memberi minuman oplosan supaya si bocah teler dan
terbius lalu dibawa pergi. Bahkan dalam operasinya mereka mengaku
sebagai keluarga anggota GAM saat menghubungi keluarga korban ketika
meminta uang tebusan.
Menurut data kepolisian Tomi merupakan seorang
residivis kambuhan dan saat itu statusnya masih buronan LP
Nusakambangan. Tersangka masuk ke Nusakambangan karena melakukan
perampokan toko emas di Jakarta. Tomi yang buntung tangan kanannya
itu juga pernah satu sel dengan Johnny Indo waktu di LP Cipinang.
Setelah buron, tersangka kemudian mengajak istri dan kedua anaknya
melakukan serangkaian penculikan di sejumlah daerah.
Dalam melakukan aksinya pelaku selalu mengincar
korban dari keluarga yang status ekonominya menengah ke bawah. Ini
dilakukan karena yakin keluarga korban tidak bisa memberikan
‘bantuan’ kepada polisi untuk melakukan pencarian.
Komplotan Tomi Buntung, selain telah menculik Nabila
(2), warga Jalan Budi Mulya Kelurahan Pademangan Barat, Jakarta
Utara bulan Maret lalu, juga menculik Novi anak warga Cilangkap
Jakarta. Kedua-duanya telah mereka bunuh. Dua dari tiga bobah yang
merek culik dikembalikan setelah menerima tebusan dan seorang lagi
meloloskan diri.
Mereka masing-masing anak Kepala Lembaga
Pemasyarakatan (LP) Bogor dengan tebusan Rp 85 juta dan seorang anak
dari Kampung Melayu Jakarta Timur dengan tebusan Rp 6 juta. Dan
seorang korban berhasil lolos kabur dari upaya penculikan, adalah
seorang siswa SLTP di Magelang, Jawa Tengah. Selain menculik,
catatan krimimal lainnya, kelompok tomi sering melakukan curanmor.*
***
Tusinah (30)
PINJAM UANG
Oleh : Sunu p
Untuk
menebus
putranya, Tusinah terpaksa pinjam uang ke rentenir. Sehingga untuk
memenuhi tebusan Rp 10 juta hanya mampu mengumpulkan Rp 5 juta.
Itupun mencarinya secara pontang-panting ke mana-mana. Mencari
tambahan lagi hanya dapat pinjaman Rp 750 ribu.
Sepuluh hari
kemudian meski dirinya menanggung banyak hutang, mengaku sangat
gembira karena anaknya sudah kembali ke pangkuannya. Karena itu ia
mengucapkan terimakasih kepada pihak kepolisian.
Karena anaknya
telah kembali dengan selamat, nama Budi Bahari diganti jadi Untung
Bahari Sanjaya. Sedang Budi masih tampak tertekan dan tidak mau
lepas dari gendongan ibunya. Budi jadi trauma berat, sangat takut
dengan orang yang belum dikenal. Janda ini berharap para penculik
dihukum seberat-beratnya. Andaikan kasus ini tidak terbongkar ,
mungkin Budi anaknya pasti juga bakal dibunuh.*
|