EDISI>>01-02-03-04-05-06-07-08-09-10-11-12-13-14-15-16-17-18-19-20-21-22-23-24-25-26-27-28-29- 30-31>>

::LIPUTAN::

::BACAAN PALING EKSOTIS::

::ARTIKEL::

CURHAT #09

=> Isu Exo
=> Close Up
=> Intim
=> Gaya
=> Curhat
=> Potret
=> Jelajah
=> Bollystar
=> Exobolly
=> Terawang
=> Modus
=> Blitz
=> Gemar
=> Rona
Aturan
Langganan
Pesan CD
Pesan Bundel
Crew Redaksi
Saran Anda
Tarif Iklan
CALON MERTUAKU PELANGGANKU

Keperawanan adalah mahkota yang paling berharga bagi wanita. Siapa pun pasti akan menjaganya, begitu pun aku. Namun, karena termakan janji, mustika yang seharusnya kuserahkan pada malam pertama kepada suamiku, direnggut pria yang kucintai. Setelah itu, tanpa mengenal kasihan, dia meninggalkan aku begitu saja.

Hidupku lebih berwarna ketika bertemu dengan Jaka, pria asal Tapanuli akhir tahun 1999 lalu. Dia adalah senior di tempatku kuliah, tepatnya di salah satu perguruan tinggi negeri ternama di Bandung. Yang membuat aku begitu bangga adalah karena mendapat tempat di hati Jaka yang secara fisik sangat tampan. Dia termasuk primadona di kampusku. Bagaimana tidak bangga, hampir semua wanita yang belum memiliki kekasih mencoba menjerat hatinya. Namun Jaka justru menjatuhkan pilihannya kepadaku yang sudah sejak lama juga menaruh hati padanya.

Singkat cerita, kami pun menjalani hari-hari penuh warna. Setiap berada di sisinya aku merasakan kedamaian yang belum pernah aku dapatkan dari kekasih-kekasihku terdahulu. Namun semuanya justru tak berjalan mulus, karena perbedaan agama. Tapi Jaka tetap memberi keyakinan bahwa semuanya bisa teratasi. Karena sikap percaya diri Jaka yang begitu besar membuat aku begitu menyayanginya.

Begitu sayang dan percayanya aku, hingga rela menyerahkan segalanya pada Jaka, termasuk kegadisanku. Namun janji Jaka yang akan mempertanggung-jawabkan semua perbuatan yang sudah kami lakukan membuat aku sedikit merasa tenang. Selanjutnya, tanpa lagi ingat dengan dosa, setiap ada kesempatan kami selalu bercinta. Karena kuakui setelah peristiwa pertama, aku merasakan libidoku selalu meledak-ledak saat berada di sisi lelaki yang berpostur atletis itu.

Bahkan petuah dari orangtua yang selalu berpesan agar aku bisa menjaga diri dan kehormatan tak lagi kugubris. Hingga akhirnya, setelah hubungan kami berjalan satu tahun, semuanya berubah duka, ketika mengetahui Jaka akan menikah dengan pariban-nya (sepupu yang bisa dinikahi).

Begitu hancur perasaanku, ketika Jaka juga menuruti semua keinginan orangtuanya untuk segera menikah dengan pariban-nya. Yang lebih menyakitkan lagi adalah,  dia meninggalkan aku begitu saja untuk pulang ke Medan yang aku sendiri tak tahu alamat lengkapnya. Dari situ aku tak pernah lagi mendapat kabar berita dari Jaka. Perlakuannya itu membuat aku begitu membenci Jaka. Begitu bencinya, hingga aku menyamaratakan semua lelaki. Aku bahkan memutuskan untuk menutup pintu hati terhadap yang namanya lelaki. Satu tahun kulalui dengan perasaan benci. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk membalas dendam pada semua lelaki, dengan caraku sendiri.

WANITA LIAR--Aku menjadi sosok wanita pemburu lelaki untuk sekedar memenuhi hasrat birahiku yang selalu meledak-ledak. Aku menjadi liar, dengan terus memburu setiap lelaki yang mau diajak kencan, karena harus kuakui bahwa aku mulai terbiasa dengan sentuhan lelaki yang bisa memenuhi hasrat birahi yang begitu tinggi. Dalam sehari aku bisa menggaet lebih dari 5 lelaki. Namun tetap dengan tujuan utamanya agar sang lelaki bertekuk lutut di hadapanku yang kemudian aku tinggalkan begitu saja.

Karena secara wajah, aku adalah wanita yang tergolong sangat cantik, hingga banyak lelaki yang begitu terpesona jika melihatku. Terlebih bila aku sudah berdandan. Hampir tiap hari aku nongkrong di kafe-kafe dan tempat-tempat hiburan malam yang ada di Bandung. Tujuannya hanya satu, mencari korban-korban pelampiasanku. Dari sekian banyak lelaki, justru yang membuatku merasa enjoy ketika bermain seks dengan lelaki yang umurnya lebih tua. Karena dari lelaki yang berusia tua itu aku bisa menemukan berbagai gaya baru dalam bermain seks. Dan semua itu memberikan kepuasan tersendiri bagiku.

Keliaranku makin menjadi ketika aku bertemu dengan Doni yang mengajak aku untuk pergi ke Jakarta dan mengenalkan aku pada seorang germo di salah satu diskotek di bilangan Jakarta Pusat. Awalnya Doni adalah salah satu lelaki yang akan aku jadikan korban. Tapi belakangan aku mulai menyukai lelaki yang begitu hebat permainan seksnya ini. Hingga ketika dia hendak menjadikan aku sebagai wanita penjaja cinta, aku menurut saja.

Sejak itu aku mulai menjadi sosok pramunikmat bagi lelaki hidung belang yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan olehku. Sebagai wanita bayaran, hampir tiap malam aku bertemu lelaki dengan berbagai type dan berbagai kalangan. Tidak sedikit dari para lelaki hidung belang itu yang menjadi pelanggan tetap karena merasa puas dengan servis yang kuberikan.

Bahkan tidak jarang mereka minta dilayani hingga satu minggu. Baik untuk menemani pergi ke luar kota untuk urusan bisnis atau yang sengaja berlibur untuk menuntaskan urusan bawah perutnya. Semua uang yang kuhasilkan dari bisnis lendir tersebut telah berbuah rumah dan kendaraan pribadi.  Untuk mengelabui orangtuaku, aku mengaku bekerja di sebuah perusahaan advertising di Jakarta. Karena memang, awal aku berangkat ke Jakarta bersama Doni, aku mengaku akan bekerja di perusahaan tersebut, hingga mereka merestui kepergianku.

Aku tidak mengerti, mungkin apa yang menjadi keputusanku saat terjun ke dunia kelam itu karena rasa dendam yang belum juga hilang. Namun yang jelas, aku juga menikmati setiap hubungan yang kujalin dengan banyak pria. Aku tidak bisa membayangkan bila seandainya ada keluargaku yang tahu apa pekerjaanku sebenarnya. Bisa jadi ibuku akan langsung jatuh pingsan dengan penyakit darah tinggi yang diidapnya atau ayahku langsung melempar tubuhku ke jalanan setelah mendapat deraan tangannya.

CALON MERTUA--Namun semua aktivitas rutin itu membuat aku jenuh juga. Bagaimana pun, sebagai seorang wanita, aku masih memimpikan tentang masa depan. Berkeluarga dan mempunyai anak, mengingat usiaku hampir menginjak kepala tiga. Hingga suatu hari, tepatnya akhir Agustus 2002 aku bertemu dengan Hendy di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat. Meski usianya baru 28 tahun, Hendy tergolong pria dewasa. Dia mampu menunjukan sikap arif yang membuat aku merasa tenang saat berada di sisinya.

Saat itu, Hendy tidak tahu profesiku sesungguhnya. Untuk menutupinya, aku akhirnya memutuskan untuk berhenti sebagai wanita penghangat ranjang para pria hidung belang. Karena kuakui, aku begitu jatuh cinta pada Hendy dan sangat takut jika dia tahu siapa aku yang sesungguhnya. Dan aku yakin, dia pasti akan meninggalkanku.

Selama lima bulan perjalanan cinta kami, Hendy berniat melamarku. Mendengar niat baiknya itu tentu saja aku sangat gembira. Dan kabar itu segera kusampaikan kepada kedua orang-tuaku di Bandung. Mereka pun turut berbahagia mengingat usiaku yang sudah cukup matang. Dan lagi, impian ibuku untuk segera bisa menimang cucu bisa segera terkabul. “Kalau dia sudah menjadi pilihanmu, ibu tidak melarang. Tapi ibu berharap, setelah menikah, segeralah punya anak. Ingat usiamu,” nesehat ibuku kala itu.

Sebelum benar-benar melaksanakan niatnya, Hendy mengundangku ke rumahnya untuk dikenalkan pada kedua orangtuanya. Dengan perasaan sedikit grogi, aku datang pada jamuan makan malam di kediaman Hendy. Namun betapa kagetnya aku, ketika sesampainya di rumah Hendy aku melihat sosok lelaki yang pernah menjadi pelanggan setiaku. Lebih mengejutkan lagi, ketika berjabat tangan saat diperkenalkan Hendy, ternyata lelaki itu adalah ayah Hendy.

Dengan perasaan hambar aku mengikuti acara jamuan makan malam itu. Begitu juga dengan ayahnya yang terlihat kaku. Selesai makan, aku langsung berpamitan dan Hendy mengantarku pulang. Besoknya ketakutanku akan terbongkarnya statusku yang sudah kutinggalkan itu akhirnya terbukti. Setelah mendapat keterangan dari sang ayah, dengan emosi yang tinggi Hendy mendatangiku.

Dia mendampratku sambil mengatakan bahwa selama ini dia sudah dibohongi. Dengan tangis tertahan aku hanya mendengar segala amarahnya. Air mata tak sanggup lagu kubendung ketika pengakuan itu keluar juga. Aku terjerumus ke lembah nista adalah juga karena penghianatan seorang pria. Seperti berkhianatnya ayah Hendy terhadap ibunya saat berpacu birahi denganku di atas ranjang. “Semua ini karena perbuatan laki-laki. Laki-laki yang tanpa mengenal belas kasihan, mencampakkan wanita yang sudah dinodainya. Salahkah bila aku ingin membalas dendam dan salahkah aku bila kemudian aku kembali mengerti arti cinta setelah bertemu denganmu,” ujarku berurai air mata.

Melihatku yang tidak bisa menahan perasaan, Hendy segera memeluk tubuhku. Secercah harapan timbul, namun ternyata Hendy adalah seorang anak penurut. Sebelum meninggalkan aku yang masih berurai air mata, Hendy masih sempat menyelipkan nasehat-nasehat yang membuat bulu romaku berdiri. Bahwa sebaiknya aku harus segera mendekatkan diri kepada Tuhan. Bahwa apa yang kulakukan selama ini adalah sebuah dosa besar yang hanya bisa dihapus dengan cara bertobat. Namun, tahukah Hendy bahwa mencintainya juga adalah salah satu bentuk pertobatanku. Terbukti, aku sudah meninggalkan dunia penuh coreng moreng itu sejak menjadi kekasihnya.

Dengan hati hancur aku meratapi semua peristiwa itu. Dan tanpa sadar aku juga meratapi nasehat-nasehat Hendy tentang dosa. Sambil bersujud dan berurai air mata, aku memanjatkan doa kepada Sang Pencipta. “Tuhan, salahkah hambamu yang ingin bertobat ini. Mengapa begitu berat cobaan yang engkau berikan kepadaku. Sampai kapan aku harus menanggung beban ini,” rintihku dalam doa. Hal yang sudah sangat lama kutinggalkan. *diceritakan Rina di Pondok Indah kepada Budi

=> Rilexo
=> Cerbung
=> Noji
=> Cinexo
=> Etalase
=> Gaul
=> Kelambu
=> Exolusi
=> Amor
=> Mbak Dona
=> Horoskop
=> Poster
=>
Bintang Exo
Free Web Site Counter

hubungi redaksi - webmaster - pasang iklan
Copyright 2004 exotica23.tk (pt angkasa media utama) All Rights Reserved

Hosted by www.Geocities.ws

1