EDISI>>01-02-03-04-05-06-07-08-09-10-11-12-13-14-15-16-17-18-19-20-21-22-23-24-25-26-27-28-29- 30-31>>

::LIPUTAN::

::BACAAN PALING EKSOTIS::

::ARTIKEL::

CLOSE UP #09

=> Isu Exo
=> Close Up
=> Intim
=> Gaya
=> Curhat
=> Potret
=> Jelajah
=> Bollystar
=> Exobolly
=> Terawang
=> Modus
=> Blitz
=> Gemar
=> Rona
Aturan
Langganan
Pesan CD
Pesan Bundel
Crew Redaksi
Saran Anda
Tarif Iklan

Kaum homoseks makin menggeliat
PRO KONTRA PERKAWINAN SEJENIS

Oleh : Bud/Bar/Don/Ray

Persamaan hak menjadi harapan kaum homoseks di Indonesia. Caranya beragam, termasuk ‘menikah’ di negara lain yang sudah melegalkan pernikahan sejenis. Ironisnya, banyak yang menentang termasuk dari kaum mereka sendiri.

Belakangan, Kota Gudeg mendapat sorotan lantaran ulah ‘nyeleneh’ pasangan homoseks, Philip Iswardono (37) dan William Johanes (59) yang menggelar resepsi pernikahan di Planet Pyramid, restoran mewah di Jalan  Parangtritis, Yogyakarta pada Sabtu (06/09) lalu. Sebelumnya --Rabu 23/07-- pasangan beda negara itu sudah melegalkan ‘pernikahan’ mereka di Gereja Katolik Roma Santo Yosep, Lausden, Belanda. Dalam resepsi unik itu hadir sekitar 400 undangan.

Saat ditemui Exo di kediamannya di Desa Jadigan, Kecamatan Sewon, Bantul, Yogyakarta pasangan ‘pengantin’ itu terlihat bahagia. Dengan lemah lembut, pria beranting di telinga kanan itu mengisahkan kisah cintanya yang berliku dengan William hingga menjadi ‘suami istri’. “Saya sengaja mengumumkan perkawinan ini dan mengundang media cetak cukup berpengaruh,” jelasnya.

Alasan utamanya, mereka ingin mendapat pengakuan masyarakat. Philip meminta seorang untuk mengangkat potret kaum homoseks secara keseluruhan. Buntut dari pemberitaan tersebut bukan malah pandangan sinis kepada mereka.

Tidak hanya itu, kaum mereka pun turut ‘diobok-obok’. Beberapa media cetak dan elektronik datang ke kediamannya yang asri. Mereka meminta wawancara eksklusif. Kenyataan itu membuat Wim agak berang. “Saya tidak ingin perkawinan ini menjadi sorotan publik. Kalau masyarakat bisa menerima, tidak masalah. Bagaimana dengan yang tidak suka,” ujar Wim yang membuat Philip mengalah.

Publikasi agar bisa mendapat pengakuan tersebut melenceng dari harapan Philip. Mereka menjadi gunjingan nasional yang menarik. “Sebenarnya satu publikasi saja cukup menampung harapan kami, yaitu pengakuan. Kami tidak ingin memancing pro dan kontra. Warga Desa Jadigan sudah menerima keberadaan kami sebagai suami istri,” ujar Philip.

Saat ini, Philip khawatir dengan sistem hukum kita yang tidak bersedia mengakomodasi kepentingan kaumnya. Philip mengatakan, mereka hanya berharap, pemerintah tidak mempermasalahkan hubungan mereka. Meski tidak mendapat legalitas hukum, minimal legalitas kewarganegaraannya tidak dicabut. “Asal bisa hidup di tengah masyarakat, itu sudah cukup bagi kami,” harapnya.

Di tengah keharmonisan rumah tangga yang baru seumur jagung itu, Wim sedang berusaha mengurus ijin tinggal tetapnya di Indonesia. Setelah menyibukkan diri dengan aktivitas rutin di siang hari, bila malam tiba, mereka bercengkerama di depan televisi sebelum kemudian beranjak ke kamar tidur di rumah type 21 itu. “I love this country and I love him too,” ujar Wim sambil melirik Philip mesra.

IKUTI JEJAK--Langkah Wim-Philip tampaknya akan diikuti pasangan Hendy M. Sahertian (30) dan Mamoto Gultom yang sudah mempersiapkan rencana ‘pernikahan’nya di Belanda. Ketika sedang berada di Manado, Mamoto ayng diwawancarai Exo melalui telepon genggamnya pada  Senin (20/10) mengaku punya banyak relasi di Belanda. “Saya yakin, bisa berjalan lancar,” katanya optimis.

Lebih jauh, pria kelahiran Sumatera Utara ini mengatakan, bagi pasangan gay yang akan menikah di Belanda, syaratnya salah seorang di antaranya harus warga negara Belanda, atau jika keduanya bukan warga negara Belanda, salah seorang di antaranya sudah pernah menetap minimal satu  tahun di negara Kincir Angin itu.

Meski kedua syarat itu tidak ada, pasangan ini sudah membeli cincin kawin, busana pernikahan, serta menyiapkan visa dan paspor. Mereka mengandalkan rekan-rekannya yang di Belanda untuk meminta dispensasi dan mencari gereja tempat prosesi pernikahan. ”Kami sudah dapat dispensasi. Bulan Desember nanti kami menikah,” ungkap Mamoto.

Mamoto berkisah, keputusannya menikahi Hendy sudah bulat. Karena sejak pertunangan mereka pada Desember tahun lalu, mereka sudah tinggal bersama di Perumahan Jati Bening Estate, Pondok Gede, Bekasi. Di rumah sederhana itu mereka hidup layaknya ‘suami-istri’ sekaligus mengurus Yayasan Pelangi Kasih Nusantara (YPKN) yang juga berkantor di sana.

Pasangan Philip-William dan Mamoto-Hendy adalah dua pasangan  homoseks yang percaya, apa yang mereka lakukan adalah langkah terbaik bagi hidup mereka. Namun, pada kenyataannya, banyak kaumnya tidak bersedia menempuh jalur itu dengan alasan masih merasa sebagai orang Indonesia yang dibentengi adat ketimuran dan agama.

HIDUP SENDIRI--Seorang gay –sebut saja Yudi- berpendapat, bila masyarakat masih sensitif dengan yang terjadi di sekelilingnya, bagaimana mungkin kaumnya bisa menunjukkan jati diri. “Jangankan pernikahan sejenis, pernikahan beda agama saja jadi gunjingan. Biar pun saya gay, saya nggak mungkin mengambil langkah seperti yang mereka lakukan. Saya nggak setuju dengan cara ‘gila’ itu,” ujar pria bertubuh kekar ini.

Pendapat senada datang dari Dedi (33), pengurus Ikatan Persaudaraan Orang-Orang Sehati (IPOOS). Gay yang tahun depan akan menikahi seorang wanita ini menentang perkawinan Philip -William. “Saya tidak setuju. Alasannya, adat ketimuran masih sangat melekat di hati saya. Meski pun dilahirkan sebagai gay, saya tidak akan menempuh cara itu. Tentang persamaan hak, rasanya itu nggak mungkin,” tegas pria berkaca mata ini.

Menurut Dedy, umumnya anggota IPOOS adalah gay yang memilih hidup berkeluarga secara normal dengan wanita. Bahkan banyak yang sudah mempunyai keturunan. “Cuma, biar udah punya anak, mereka tidak bisa meninggalkan dunia gay. Karena sejak lahir, mereka sudah memiliki kelainan. ‘Sakit’, istilahnya,” papar Dedi.

Pilihan itu, kata Dedi adalah untuk masa depan. Memiliki pasangan yang direstui keluarga, masyarakat, dan agama, juga agar bisa memperoleh keturunan. Beberapa anggota IPOOS menurutnya, memilih hidup sendiri sampai mati.

Pendapat lain diungkapkan Alvin, gay yang kebetulan berprofesi sebagai dosen di sebuah PTS di Jakarta Selatan. Menurutnya, Indonesia sudah terlanjur menjadi negara hukum. Kalau seandainya dulu menjadi negara agama, sudah pasti undang-undang pernikahan sejenis itu akan ditolak. “Saya optimis suatu saat kita bisa seperti Belanda,” terangnya.

Pria ini mengakui, pendapatnya bukan karena dia seorang gay, melainkan karena kondisi bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. “Segala sesuatu yang akan diputuskan berdasarkan pertimbangan hukum. Arahnya pasti akan menuju kesana, nantinya. Mau tidak mau yang berhubungan dengan religion akan ada bentrok dan akhirnya akan dipikirkan untuk membuat undang-undang,” ujar pria yang sudah delapan tahun menjadi dosen ini.

LEBIH DIKUCILKAN--Waria biasanya lebih dikucilkan kehadirannya di tengah masyarakat dibanding gay dan lesbian. Bukan hanya karena kelainan seksualnya, melainkan juga karena keinginan besarnya menjadi wanita. Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, mereka berusaha mengubah tampil seperti wanita termasuk operasi kelamin dengan risiko dan biaya tinggi.

Beberapa waria yang dijumpai Exo tidak setuju dengan penikahan yang dilakukan Philip – William. Seperti ungkapan Wanda (29) yang tinggal di Cipinang Besar Utara, Jakarta Timur. Waria ini mengaku ingin menikah dengan wanita, mempunyai keturunan. “Siapa sih yang mau hidup susah seperti ini yang segala sesuatunya nggak jelas,” imbuhnya kepada Exo pada Sabtu sore (18/10) lalu.

Namun demikian, bila memang nantinya di Indonesia ada UU yang mengatur tentang perkawinan sejenis, bukan tidak mungkin dia juga akan bisa mengikuti jejak pendahulunya. Menurutnya, nasib itu ibarat roda yang berputar. Walau saat ini posisi dirinya masih berada jauh di bawah, tapi dia yakin suatu saat akan dapat memenuhi semua impiannya. “Syukur kalau bisa nikah sejenis,” ujar waria yang ogah ganti kelamin ini.

Menyadari bahwa mereka adalah kaum minoritas, mereka bersatu membuat wadah khusus, seperti IPOOS (Ikatan Persudaraan Orang-orang Sehati) yang juga dikenal dengan nama Gaya Betawi. Selain itu juga ada Gaya Nusantara yang dimotori Dr. Dede Oetomo, dosen di Surabaya, Jawa Timur.

Komunitas lain, Yayasan Pelangi Kasih Nusantara (YPKN) pimpinan Mamoto dan Hendy, Blue Angel, kumpulan kaum waria, Persudaraan Gay Yogyakarta (PGY), Gaya Dewata, Bali, Gaya Siak, Pekanbaru, Batam Gay Society, Gaya Angso Duo, Jambi, Gaya Priangan, Bandung, Gaya Semarangan, Semarang, Gayeng Salatiga, Salatiga, dan lain-lain.

Hampir seluruh perkumpulan ini menentang aggotanya yang melacurkan diri. Tujuannya tidak lain untuk menghindari penyakit kelamin yang rawan hinggap. Sebagai gantinya, mereka merancang beragam kegiatan positif seperti menyelenggarakan seminar-seminar AIDS, merancang acara-acara kesenian, dan beberapa kegiatan lain.

Sejauh pantauan Exo, sudah banyak tempat hiburan malam di Jakarta yang mengakomodir kebutuhan kaum mereka seperti pertunjukan-pertunjukan yang dirancang khusus. Kaum homoseks biasa datang ke Moon Light yang berlokasi di Jalan  Pangeran Jayakarta,  Cafe Jalan Jalan di Jalan  HR. Rasuna Said,   H2O di Jalan Panglima Polim,  Blue Sky di Jalan  Thamrin, dan beberapa hiburan lain. Di Yogyakarta mereka mangkal di Diskotek Papillon  dan Mall Malioboro.

Seorang pengelola tempat hiburan malam yang membuka untuk komunitas gay mengatakan, pihaknya hanya menyediakan tempat. Bila pada akhirnya tempat tersebut dijadikan ajang bersenang-senang atau kencan, pihaknya tidak mempersoalnya. “Di tempat hiburan malam mana pun pasti ada kegiatan negatif, seperti narkoba atau prostitusi. Dan itu sudah biasa terjadi,” ujarnya.

New Stardust, tempat hiburan yang juga pernah merancang acara khusus kaum waria dan menyediakan tempat untuk seluruh gender. “Sejauh mereka tidak membuat masalah, mengapa tidak,” ujar Ilham Kurniawan, Konsultan & Humas New Stardust. *

>>>Lanjutan: BELANDA NEGARA HOMOSEKS.....

=> Rilexo
=> Cerbung
=> Noji
=> cinexo
=> Etalase
=> Gaul
=> Kelambu
=> Exolusi
=> Amor
=> Mbak Dona
=> Horoskop
=> Poster
=>
Bintang Exo
Free Web Site Counter

hubungi redaksi - webmaster - pasang iklan
Copyright 2004 exotica23.tk (pt angkasa media utama) All Rights Reserved

Hosted by www.Geocities.ws

1