Home | Film Favorit

FILM FAVORIT

Kelompok #2

(Seorang teman bertanya: Mengapa beberapa film yang dimuat dalam homepage lama...  tidak dimuat dalam (homepage baru)? Saya jawab: Sebab utamanya, ketika mengubah homepage itu, saya belum sempat menyimpan file yang lama. Sebab lainnya, saya kesulitan untuk mengingat bagian mana yang paling "nges" dari film-film yang belum tercantum itu. Dengan kata lain, mungkin saya perlu menontonnya lagi....

Eh, ternyata file itu masih ada. Memang, isinya baru judul dan sutradaranya, tapi lumayanlah untuk referensi kalau pingin nonton lagi. Komentar-komentarnya akan saya tambahkan sambil jalan.)

  1. Anna and the King (Andy Tenant) -- Film ini membuat saya membayangkan: Bagaimana ya seandainya Ayu Azhari cukup rendah hati untuk menerima tawaran kemungkinan berperan sebagai Tuptim? ("Mengutip kata Pak Teguh Karya, lebih bagus jadi kepala semut daripada buntut gajah," katanya.) Filmnya sendiri, yah, tidak semegah setting-nya. Dan Anna -- saya tidak yakin kalau Jodie Foster tengah memerankan seorang guru dari abad ke-19.

  2. Anne Frank (Robert Dornhelm) -- Sebagai penulis, saya tergelitik dengan adegan ini: Anne Frank dihukum untuk menulis “’Kwek, kwek, kwek!’ kata si induk bebek yang cerewet kepada anak-anaknya” 1000x. Alih-alih menulis kalimat itu berulang-ulang, ia menulis karangan yang sangat bagus tentang induk bebek dan anak-anaknya bertemu angsa. Sebuah re-writing jempolan!

  3. Antz (Eric Darnell dan Tim Johnson) --

  4. Appolo 13 (Ron Howard) -- "Kita tidak akan membiarkan satu pun orang Amerika terhilang di ruang angkasa sana!"

  5. Awakening (Penny Marshall) -- "Ayahmu tahu. Ayahmu tahu kalau kau mengunjunginya." (Resensi oleh kawan saya, Sidik Nugroho).

  6. Ben-HurBen-Hur (William Wyler) -- Ketika membaca bukunya, walaupun hanya abridged version, mata saya memanas pada bagian perjumpaan kembali Ben-Hur dengan ibu dan adiknya (namanya Tirza!) yang menyandang kusta. Menonton filmnya, tidak. Namun, siapa yang tidak terpaku menyaksikan pacuan kereta spektakuler selama 11 menit itu?

  7. Candle in the Dark (Christian History Institute) -- Kisah William Carey. Sayang, film ini terlalu cepat berlayar ke India.

  8. Contact (Robert Zemeckis) -- Alien itu, kali ini, mengambil rupa seorang ayah.... "Dad, are you there?"

  9. Daun di Atas Bantal (Garin Nugroho) -- Sisi lain Yogyakarta. (Habis nonton, dalam hujan rintik-rintik, ban motor saya gembos dua kali....)

  10. David Copperfield (Simon Curtis) -- Sebuah adaptasi yang sabar, rasanya lembar demi lembar diwujudkan ke dalam layar, satu demi satu tokoh diperkenalkan, sehingga penonton yang belum sempat membaca novelnya pun tidak perlu pusing menghadapi karakter-karakter Dickens yang majemuk dan kompleks itu. Ini tampaknya salah satu kelebihan film teve, yang lebih leluasa dalam hal durasi. O ya, di situ ada Daniel Radcliffe sebelum mengenakan kacamata Harry Potter dan Maggie Smith sebelum diselubungi jubah Minerva McGonagall. Juga, coba tebak, kapan Ian McKellen (Gandalf dalam The Lord of the Rings) muncul?

  11. Days of Heaven (Terence Malick) -- Poetry in motion. Serbuan belalang dan api yang melalap ladang gandum itu....

  12. Dead Poets Society (Peter Weir) -- Cocok untuk ilustrasi Pengkhotbah 11:9-12:9.

  13. The Edge (Lee Tamahori) -- Akal lawan okol.

  14. Enemy of the State (Tony Scott) -- Dari lingerie hingga privasi.

  15. Kevin Kline dan Michael PalinA Fish Called Wanda (Charles Crichton) -- Menontonnya lagi setelah lebih dari sepuluh tahun, aku terayun dalam ambiguitas: Komedi kepongahan, ketamakan dan hawa nafsu ini memang heboh, dan sekaligus serba bengkok, toh aku tetap tergelak setiap kali Otto meledak, "Don't call me stupid!" Kenapa aku memaafkannya, termasuk ikut merasa lega saat Wanda dan Archie akhirnya lolos (jangan lupa catatan kakinya!)? Kurasa kutemukan jawabannya dalam catatan Philip Yancey tentang tawa: "Terpikir oleh saya, sebenarnya tawa mempunyai banyak kemiripan dengan doa. Dalam kedua tindakan itu, kita berdiri di medan yang sama, secara bebas mengakui diri kita sebagai makhluk berdosa. Kita tidak terlalu serius memandang diri kita. Kita memikirkan kemakhlukan diri kita. Sementara pekerjaan membagi dan menentukan peringkat; tawa dan doa mempersatukan."

  16. Forrest Gump (Robert Zemeckis) -- Kau dapat coklat rasa apa?

  17. The Fugitive (Andrew Davis) -- Kebenaranlah yang membuat Richard Kimble secara gigih against all odds.

  18. Gettysburg (Ronald F. Maxwell) --

  19. Good Will Hunting (Gus Van Sant) --

  20. The Green Mile (Frank Darabont) -- Jesus Christ, eh John Coffey, as an inmate on Death Row.

  21. Hamlet (Kenneth Branagh) -- Nah, lo, Kate Winslett bisa akting, 'kan? (Dia memang tidak tenggelam bersama Titanic).

  22. Hearts in Atlantis (Scott Hicks) --

  23. Hidden Fortress (Akira Kurosawa) -- Lho, ini to salah satu sumber inspirasi Lucas dalam menggarap Star Wars?

  24. Marvin's Room (Jerry Zaks) -- ``I've been so lucky to have been able to love someone so much.'' (Di situ ada, bayangkan, Meryl Streep, Diane Keaton, Robert De Niro dan... Leonardo DiCaprio sebelum tenggelam bersama Titanic).

  25. The Matrix (Andy dan Larry Wachowski) -- Is he the One?

  26. Meet Me in St. Louis (Vincente Minnelli) -- Empat musim di 5135 Kensington Avenue.

  27. Men of Honor (George Tillman Jr.) -- Oh, kegigihan! (Resensi oleh kawan saya, Sidik Nugroho)

  28. The Messenger: The Story of Joan of Arc (Luc Besson) -- Faith under scrutiny. (Namun, saya sangat menyayangkan adegan fiktif pembunuhan dan pemerkosaan [begitu urutannya] kakak Joan, yang secara tersirat lalu menjadi "motivasi" perjuangan Joan. By the way, film ini mendorong saya mencari tahu lebih jauh tentang pahlawan iman satu ini.)

  29. The Miracle of the Card (Mark Griffiths) -- Penggemar Chicken Soup for the Soul akan menyukai film ini.

  30. Midnight Run (Martin Brest) -- Lucu! Lucu! Lucu! Planes, Trains and Automobiles ketemu The Fugitive ketemu A Fish Called Wanda. Chemistry antara De Niro dan Grodin sedap banget, khususnya justru saat keduanya terdiam. "I think under different circumstances ... You and I probably still would have ended up hating each other."

  31. The Mighty (Peter Chelsom) -- Ketika dua pecundang bersatu....

  32. Miracle Worker (Nadia Tass) -- "Saya tuli dan juga buta," tulis Helen Keller. "Masalah akibat ketulian lebih dalam dan lebih kompleks, kalau bukan lebih penting, daripada masalah kebutaan. Ketulian adalah nasib buruk yang jauh lebih jelek. Karena hal itu berarti hilangnya rangsangan yang paling penting -- bunyi suara yang mengungkapkan bahasa, yang membuat pikiran menjadi sibuk, dan yang menempatkan kita dalam pergaulan intelektual di kalangan manusia." Film ini melukiskan bagaimana dia, dengan bantuan Anne Sullivan, menemukan kunci untuk berkomunikasi dengan dunia luar.

  33. Les Miserables (Bille August) -- Kayak membaca novel abridged version.

  34. The MissionThe Mission (Roland Joffe) -- Perbedaan tafsir dua orang paderi atas I Korintus 13, saat pertarungan kepentingan geopolitik dan hierarki gereja menerjang pekerjaan misi di perkampungan Suku Indian Guarani yang terletak tepat di atas gemuruh sebuah air terjun, di tengah lebat rimba Amazon pada abad ke-18. Ketika bayi-bayi telanjang itu digeletakkan di bawah kangkangan kaki seorang prajurit, hatiku pun terulur pada Mendoza. It's not about "might is right", Father Gabriel; it's about "there is a time to fight."

  35. The Mummy (Stephen Sommers) -- Bagaimana tidak puas kalau nontonnya di Anggrek 21? Badai pasir itu serasa akan mengubur kita.....

  36. October Sky (Joe Johnston) -- Saya kutip Roger Ebert, "The tension in the movie is not between the boys and their rocket, but between the boys and those who think that miners' sons belong down in the mines and not up in the sky."

  37. The Patriot (Roland Emerich) --

  38. Rain Man (Barry Levinson) -- Mungkin begini ini ya repotnya Tuhan berusaha berkomunikasi dengan kita?

  39. Saving Private Ryan (Steven Spielberg) --

  40. Shrek (Andrew Adamson dan Vicky Jenson) -- Bagaimana kalau Beauty saja yang menjadi serupa dengan the Beast? Boleh juga.....

  41. The Silence of the Lambs (Jonathan Demme) -- Hannibal Lecter dan Clarice Starling, pasangan yang susah dilupakan.

  42. Snow WhiteSnow White and the Seven Dwarfs (David D. Hand) -- "It's a magic wishing apple!" Yeah, one bite, and a whole new world of magic animation will come true! (Sayang dilewatkan: bonus alunan Someday My Price Will Come oleh Barbra Streisand dan The Making of yang memaparkan bagaimana film ini menjadi titik balik bagi studio Disney.)

  43. Speed (Jan De Bont) -- Setelah ketegangan di atas bis berakhir, ternyata masih ada kejutan di subway. Sedap!

  44. Spy Kids (Robert Rodriguez) -- Keluarga dalam misi. Dalam Spy Kids 2: The Island of Lost Dreams, sang kakek dan nenek tidak mau ketinggalan. Tontonan segar.

  45. The Thin Red Line (Terrence Malick) -- Meditations on war. Peperangan itu lebih berkecamuk di kepala daripada di medan tempur.

  46. Three Kings (David O. Russell) -- Another side of Gulf War I.

  47. Titanic (James Cameron) -- Theme song-nya lebih dulu akrab, dan saya selalu bertanya-tanya, "Kenapa lagu ini nggak romantis, ya? Sepertinya malah berbau kematian." Ternyata....

  48. The Truman Show (Peter Weir) -- Apa yang Anda lakukan kalau Anda adalah Truman?

  49. Ulee's Gold (Victor Nunez) -- Rekonsiliasi ala lebah. "Film ini wajar sekali," komentar Rina.

  50. A Walk in the Clouds (Alfonso Arau) -- Tarian mengusir embun beku di kebun anggur itu... fantastis! 


Home - Puisi - Fiksi - Renungan - Film - Buku - Artikel

© 2003-2004 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1