Home | Renungan

Kramatjati dan Apollo 13

Bus Kramatjati itu menyeruduk dua kendaraan pribadi, lalu terjadi kebakaran dan disusul jerit tangis para penumpang yang berusaha membuka pintu belakang bus, agar bisa keluar dari kepungan api. Tiga puluh satu orang tewas terpanggang, 11 luka berat dan ringan dalam peristiwa tabrakan di jalan tol Jagorawi, Sabtu (23/3), itu. Tragis.

Yang lebih tragis lagi adalah tanggapan sopir bus tersebut. " Ini musibah. Soal tanggung jawab, belum tahu. Saya harus bertemu majikan saya dulu," ucapnya enteng.

Kontras sekali dengan reaksi tim peluncuran Apollo 13 ketika pesawat ruang angkasa itu gagal mencapai bulan gara-gara kebocoran oksigen. Kalaupun nekat mendarat di bulan, pesawat dengan ketiga awaknya tidak mungkin kembali ke bumi. Pilihan lainnya menuntut seluruh tim mengerahkan sumber daya yang ada untuk melakukan tugas yang nyaris mustahil. Namun, yang paling mengesankan, dan sekaligus amat melegakan, adalah tekad ketua tim misi penerbangan tersebut. Ia menegaskan, "Kita tidak akan membiarkan satu pun orang Amerika terhilang di ruang angkasa sana!" upaya yang mendebarkan untuk berlomba menaklukkan kecanggihan teknologi ciptaannya sendiri ini pun membuahkan hasil yang memuaskan. Ketiga awak itu kembali dengan selamat ke bumi!

Mungkin agak mengada-ada menghubungkan kasus bus Kramatjati dengan peristiwa Apollo 13. Kramatjati adalah bus angkutan antarkota dengan tujuan (paling tidak dalam benak sopirnya) mencari penumpang dan mencari keuntungan. Apollo 13 adalah proyek bergengsi untuk menjajal keunggulan teknologi dengan mengatasnamakan kepentingan kemanusiaan. Perbedaan "misi dan visi" inilah, kalau boleh dikatakan demikian, yang membedakan sikap sopir bus Kramatjati dengan sikap ketua tim misi Apollo 13.

Kalau kita mengembang suatu misi dan visi yang besar, dan kita bersungguh-sungguh hendak mengejarnya, misi dan visi itu akan mengubah pemikiran kita dan mempengaruhi segala sesuatu yang kita lakukan. Dan, salah satu tanda kesungguhan kita dalam mengejar visi dan misi tersebut adalah rasa pertanggungjawaban kita. Kita akan mengerti betapa pentingnya kesetiaan dalam perkara-perkara kecil, dan sekaligus betapa mengerikannya kelalaian dalam perkara-perkara kecil tersebut. *** (1995)

© 2003 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1