Home | Film Favorit

Awakenings

Sutradara: Penny Marshall
Pemain: Robert De Niro, Robin Williams, Julia Kavner

"Hal-hal yang terindah dalam dunia ini tidak bisa dilihat atau disentuh, namun dirasakan dalam hati," demikianlah kata Helen Keller, seorang pengacara terkenal yang tuli dan juga buta. Hal yang sama berlaku dalam film ini.

Film Awakenings mengisahkan perjuangan seorang dokter bernama Malcolm Sayer (Robin Williams) di dalam menangani pasien yang mengalami gangguan syaraf akut (post-encephalitic). Penyakit ini membuat orang yang mengalaminya tidak bisa melakukan apa-apa dan harus dibantu oleh orang lain bila melakukan sesuatu. Kebanyakan, mereka yang menderitanya hanya bisa duduk diam di atas kursi roda. Gejalanya seperti penyakit Parkinson, namun lebih parah. Dalam pekerjaannya, Dr. Sayer dibantu dengan Eleanor Costello (Julia Kavner) yang setia. Ia bekerja di Chronic Hospital di Bronx.

Suatu hari di musim panas tahun 1969 kejaiban terjadi. Seorang kimiawan datang ke Chronic Hospital dan di hadapan dokter-dokter di sana, ia mempresentasikan tentang kemungkinan kesembuhan akibat pemberian suatu ramuan kimia bernama L-Dopa. Ramuan ini akhirnya digunakan sebagai percobaan pada Leonard Lowe (Robert De Niro). Keesokan harinya, Leonard sembuh! Ia melakukan apa yang paling suka dilakukannya sejak kecil: menulis namanya, Leonard.

Pemberian obat akhirnya diberikan kepada lima belas orang pasien, dan keajaiban terjadi: mereka semua sembuh! Mereka semua diajak berjalan-jalan dan bersenang-senang.

Satu peristiwa yang tidak kalah menarik adalah tumbuhnya cinta di dalam hati Leonard terhadap seorang gadis cantik bernama Paula (Penelope Ann Miller). Gadis ini dengan setia mengunjungi ayahnya dan membacakan kisah-kisah olahraga buat ayahnya yang mengalami sakit hampir serupa (karena sebelum sakit, ayahnya sangat menyukai olahraga).

Nah, inilah bagian yang paling menyentuh buat saya. Waktu itu, Paula hendak meninggalkan Leonard di rumah sakit karena jam kunjungan sudah berakhir. Kata-kata terakhir yang diucapkan Leonard kepadanya, "Ayahmu tahu. Ayahmu tahu kalau kau mengunjunginya." Lalu, Paula meninggalkannya.

Sayang, pengaruh L-Dopa hanya berlangsung selama musim panas di tahun 1969. Setelah itu, mereka semua kembali dalam keadaan yang semula. Mereka semua hanya bisa duduk diam di atas kursi roda. Menyedihkan. Namun, memang demikian yang terjadi -- film ini berangkat dari kisah nyata.

Sebelum film ini berakhir, Dr. Sayer menyampaikan pidatonya. Ia berkata bahwa, "Jiwa manusia lebih kuat dari pada obat manapun dan itulah yang harus dipelihara." (Human spirit is more powerful than any drugs and that was must be nursed.) Leonard telah mengatakan kepada Paula bahwa orang-orang yang sakit seperti ayahnya bisa merasakan kehadiran orang lain yang memberikan kasih sayang dan perhatian. Ketenangan jiwa atau hati manusia karena kasih dari orang lain di dalam kasus seperti ini lebih penting daripada obat. Helen Keller benar, yang terindah (bagi beberapa orang) mungkin tidak bisa dilihat dan disentuh, namun bisa dirasakan dalam hati. *** (Sidik Nugroho, Malang, 25 Januari 2004)

Home | Film Favorit | Email

© 2004 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1