Home | Artikel

Dampak Kekristenan

Kebudayaan dan Kesenian

Semua buku, tetapi khususnya semua kitab suci, harus menghadapi ujian pengaruh baik atau pengaruh buruk mereka terhadap budaya para pengikut mereka. Menyangkal bahwa buku-buku semacam memiliki kekuatan untuk mempengaruhi budaya adalah sesuatu yang tidak realistis. Tidak ada studi tentang India yang dapat mengabaikan pengaruh budaya dari agama Hindu. Pengajaran Budha telah menciptakan dan memelihara pola budaya yang mempengaruhi setiap segi kehidupan di Cina dan Korea. Aliran Tao dan penyembahan terhadap Kaisar menguasai kebudayaan Jepang selama berabad-abad. Alquran masih terus membentuk budaya Irak dan Iran. Suatu fakta yang tak terbantahkan pula bahwa Alkitab telah mempengaruhi budaya hampir seluruh Eropa dan seluruh Amerika. Meskipun tingkat pengaruhnya bervariasi, siapa yang akan menyangkal bahwa buku-buku agama berpengaruh bahkan terhadap masyarakat sekuler? Karena itulah, Alkitab, seperti kitab suci lainnya, harus menghadapi ujian pengaruhnya di atas budaya pengikutnya.

Alkitab menyambut ujian yang sangat praktis ini!

Beberapa musuh Alkitab dengan curang mempersalahkan Alkitab dan gereja Kristen atas kejahatan Inkuisisi. Kita mengakui bahwa penganiayaan yang kejam ini dilakukan oleh orang-orang yang mengaku beriman kepada Kristus dan Alkitab, namun penilaian yang adil akan menunjukkan bahwa kekejaman itu bertentangan dengan pengajaran Kristus dan Alkitab. Kekejaman ini muncul dari penyalahgunaan manusia terhadap kekuasaan sekuler dan gerejawi. Pengajaran Yesus dengan jelas menentang semua kekejaman dan penganiayaan. Kejahatan Inkuisisi bukanlah produk Alkitab atau iman Kristen, melainkan oleh struktur kekuasaan organisasi gereja yang duniawi dan jahat.

Francis BaconPenilaian yang sahih terhadap Alkitab antara lain dapat dicermati melalui penilaian yang tertulis dan betul-betul dipertimbangkan oleh tokoh kebudayaan yang diakui dalam sejarah. Pertama, pertimbangkan pandangan para filsuf yang sangat mempengaruhi pendidikan dan kebudayaan modern. Tidak ada seorang pun yang akan mempertanyakan ketokohan Francis Bacon, filsuf Inggris abad ke-16 dan 17. Dia mengatakan, "Tidak pernah ditemukan, pada zaman apapun di dunia ini, baik agama atau hukum yang sangat menjunjung tinggi kesejahteraan umum seperti Alkitab." Pada abad selanjutnya, filsuf Inggris yang lain John Locke menyatakan, "Cukup banyak buku tentang moralitas yang ditulis baik oleh filsuf kuno maupun filsuf modern, tetapi moralitas Injil melampaui semuanya itu dengan memberikan pengetahuan sepenuhnya tentang moralitas yang sejati. Saya seharusnya tidak mengiriminya buku lain kecuali Perjanjian Baru."

Bahkan filsuf Jerman yang terkenal pada abad ke-18 Imanuel Kant menyatakan, "Keberadaaan Alkitab adalah berkat terbesar yang dialami umat manusia." Pada abad ke-19, ahli biologi terkenal, Thomas Henry Huxley, meskipun seorang agnostik, menyatakan bahwa Alkitab adalah "Magna Cartanya orang miskin dan orang yang tertindas." Huxley bahkan mendukung pembacaan Alkitab di sekolah dengan mengatakan, "Dengan belajar buku mana lagi seorang anak kecil dapat diperlakukan sebagai manusia, dan membuatnya merasa bahwa setiap tokoh dalam prosesi sejarah yang begitu panjang itu mengisi, seperti mereka sendiri, suatu ruang sementara di antara dua kekekalan, dan memperoleh berkat atau kutuk sepanjang waktu, berdasarkan usahanya untuk melakukan kebaikan dan membenci kejahatan, bahkan termasuk dalam urusan gaji atas pekerjaan mereka?"

Penyair, penulis dan tokoh politik sering menyatakan keyakinan budaya yang sesungguhnya pada masa hidup mereka. Pada abad ke-18 dan 19 Samuel Coleridge mengatakan, "Selama lebih dari seribu tahun Alkitab berjalan seiring dengan peradaban, ilmu pengetahuan, hukum; singkatnya, dengan perkembangan moral dan intelektual manusia, dengan selalu mendukung dan sering pula mengarahkan." Samuel Johnson, ahli perkamusan dan penulis abad ke18, terkesan oleh jumlah orang-orang besar dalam sejarah yang menerima kebenaran Alkitab, dengan mengatakan, "Bagi agama Kristen, selain bukti kuat yang kita miliki, banyak peneguhan dari sejumlah orang besar yang telah diyakinkan oleh kebenarannya setelah mempertimbangannya secara serius. Sir Isaac Newton sebelumnya adalah seorang kafir, namun kemudian menjadi orang percaya yang sangat teguh."

Para ahli sejarah, yang diakui akurat dalam mencatat peristiwa dan pergerakan, menyatakan penilaian mereka tentang Alkitab dan pengaruhnya terhadap budaya. W.H. Lecky menyatakan bahwa "karakteristik luar biasa besar Kekristenan, dan bukti moral mengenai keilahiannya, telah menjadi sumber utama perkembangan moral di Eropa. Kekristenan tidak melakukannya dengan menerapkan sebuah sistem etika, betapapun murni, namun dengan memberikan pengaruh yang mempersatukan dan menarik dari suatu ideal yang sempurna. Kemajuan moral umat manusia akan selalu bercirikan Kekristenan sepanjang hal itu merupakan penafsiran yang bertahap terhadap karakter Pendiri Kekristenan."

Meskipun tidak dikenal sebagai orang Kristen, H.G. Wells menulis, "Alkitab adalah buku yang mempertahankan kesatuan struktur peradaban Barat. Alkitab telah menjadi buku pegangan hidup bagi jutaan orang. Peradaban yang kita miliki tidak akan muncul dan tidak akan bertahan bila tidak ada Alkitab."

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika seorang cendekiawan yang dihormati di Amerika dan Eropa, James Orr, profesor di United Free Church College, Glasgow, Skotlandia, menyimpulkan, "Dalam kehidupan berbangsa, Alkitab adalah sumber aspirasi sosial dan nasional kita yang tertinggi."

C.S. LewisMary Ellen Chase, penulis novel terkenal dan profesor Kesusastraan Inggris di Smith College, menyatakan, "Bahasa Alkitab, kadang-kadang sederhana dan langsung dalam kekuatannya yang bersahaja, kadang-kadang lantang dan mulia dalam kekayaannya, telah memberikan cap pengaruh yang tidak mungkin dihapus terhadap para penulis terbaik kita mulai dari Bacon sampai Lincoln dan bahkan sampai saat ini. Tanpa Alkitab tidak akan ada Paradise Lost, Samson Agonistes, Pilgrim's Progress; atau William Blake, atau Whittier, atau T.S. Eliot seperti yang kita kenal; tidak ada Emerson atau Thoreau, Negro Spirituals, tidak ada khotbah di Gettysburg. Tanpa Alkitab kata-kata Burke dan Washington, Patrick Henry dan Winston Churchill akan kehilangan keagungan dan maknanya." Daftar ini belum mencantumkan Dante, Shakespeare, dan masih bisa diperpanjang lagi dengan Fyodor Dostoevsky, Charles Dickens hingga The Lord of the Rings-nya J.R.R. Tolkien, The Chronicle of Narnia-nya C.S. Lewis sampai Alexander Solzhenitsyn.

Dan kita masih belum memperhitungkan pengaruh Kekristenan dalam bidang seni rupa dan seni musik seperti ditampilkan antara lain oleh Albret Dure, Michaelangelo, Leonardo Da Vinci, Johann Sebastian Bach dan George Friedric Handel. Jangan lupa pula, sebagian film terindah sepanjang masa mengangkat topik Kristiani atau menampilkan tokoh Kristen yang saleh, seperti Ben-Hur, It's a Wonderful Life, On the Waterfront, A Man for All Seasons, Chariots of Fire, Dead Man Walking, dan, tentu saja, The Passion of the Christ.

© 2004 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1