Home | Artikel

Dampak Kekristenan

Pendidikan

William Lyon Phelps, seorang tokoh besar pendidikan, mengatakan, "Saya percaya sepenuhnya bahwa pendidikan universitas harus terbuka baik bagi pria maupun bagi wanita; tetapi saya percaya bahwa pengetahuan Alkitab tanpa perguruan tinggi lebih bernilai daripada perguruan tinggi tanpa Alkitab."

Gagasan pendidikan untuk semua orang bersumber secara langsung dari Reformasi, meskipun ada sejumlah upaya sporadis untuk mengadakan reformasi pendidikan sebelum abad keenam belas. Penemuan mesin cetak oleh Johann Gutenberg turut melicinkan jalan menuju perkembangan fenomenal dalam bidang pendidikan ini. Sejarahwan gereja dari Universitas Yale, Philip Schaff, berkomentar, "Seni cetak, yang merupakan salah satu persiapan yang ditetapkan Tuhan untuk bergulirnya Reformasi Protestan, menjadi pendorong paling dahsyat bagi penyebaran ajaran Protestan dan budaya modern."

Samuel Blumenfeld, pendidik dan penulis terkemuka Amerika Serikat, dalam buku Is Public Education Necessary? memperlihatkan bahwa akar pendidikan untuk khalayak ramai dapat dirunut pada pergerakan Reformasi, khususnya pada ajaran John Calvin. Para Reformator menyadari bahwa satu-satunya jalan bagi Reformasi Protestan untuk bertahan adalah dengan memungkinkan masyarakat pada umumnya untuk membaca sendiri Alkitab. Inilah yang melahirkan gagasan modern tentang pendidikan umum, pendidikan untuk semua orang.

Universitas OxfordSelain pendidikan dasar, fenomena universita juga berasal dari Gereja Kristen, dengan tiga prototipe utama: Oxford, Paris dan Bologna. Di Oxford dan Paris, teologi Kristen, dan juga pemikiran Aristoteles, menjadi mata kuliah utama. Di Bologna, mata kuliah utamanya, hukum gereja dan hukum sipil. Di Amerika Serikat, hampir seluruh 123 kampus dan universitas pertama berawal sebagai lembaga Kristen, dirintis oleh orang Kristen, untuk melatih para pendeta.

Selanjutnya, para misionaris Kristen mendidik berjuta-juta orang di negara-negara Dunia Ketiga. Umat Kristen mendirikan sekolah di hutan-hutan paling terpencil, mengubah bahasa-bahasa yang belum beraksara menjadi bahasa yang bisa ditulis, serta mengajarkan membaca dan menulis kepada penduduk setempat. Di berbagai negara, terutama sebelum dekolonisasi, para misionaris Kristenlah yang melakukan sebagian besar pengajaran.

Pada akhir abad kedelapan belas, gerakan Sekolah Minggu dirintis oleh Robert Raikes di Gloucester, Inggris. Tujuannya untuk menyediakan pendidikan yang berorientasi Alkitab kepada anak-anak miskin yang kalau tidak demikian tidak akan pernah mengenyam pendidikan. Sekali lagi, ajaran Kristen menjadikan pendidikan mudah diakses oleh khalayak ramai.

© 2004 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1