Satu kata
ampuh dari Ahmad fuadi, penulis buku "Negeri 5
menara", yakni Man jadda wajada. Motivasi itu
datangnya dari sebuah mimpi. Pesannya janganlah
bermimpi kecil-kecilan, karena suatu saat mimpi
itu akan terwujud bila kita bersungguh-sungguh.
"Tak ada yang mustahil bagi Allah", itulah
prinsip yang beliau pegang hingga sekarang yang
akhirnya membawa beliau ke berbagai belahan
dunia seperti Italia, Spanyol, London, Perancis,
Amerika dan Yunani dengan mengantongi beasiswa.
Beliau dulunya merupakan salah satu murid di
Pondok pesantren Gontor, Ponorogo. Kehidupan di
asrama memiliki keunikan tersendiri menurutnya.
Walaupun pada bulan-bulan pertama perasaan
Homesick tak jarang menghantui, seperti layaknya
kami siswa SMAN Sumatera Selatan (Sampoerna
Academy) yang juga bernaung di bawah atap asrama
di seputaran daerah Jakabaring , Palembang.
Beliau juga adalah seorang motivator yang hadir
dalam acara Open House dan Youth Conference 2013
SMAN Sumatera Selatan (Sampoerna Academy) untuk
membakar semangat anak-anak se-Palembang
khususnya dalam menumbuhkan kembali minat baca
dan tulis yang kian menurun karena arus
globalisasi. Menurut beliau salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi minat baca siswa di
sekolah ialah keadaan perpustakaannya, termasuk
bagaimana koleksi yang tersedia di dalamnya.
Dalam kesempatan ini juga 5 grup siswa-siswi
SMAN Sumatera Selatan (Sampoerna Academy)
mewakili 20 grup yang tergabung dalam program
Pathway To Leadership yang merupakan program
tahunan dari Sampoerna Foundation bagi
siswa-siswi kelas 11 sebagai Final project yang
termasuk bidang non-akademik. Terdapat beberapa
kategori yakni, Environment, Entrepreneur dan
IT. Siswa diberi kebebasan dalam mengeksplor
ide-ide kreatif mereka yang pastinya berguna
bagi lingkungan sekitar dan juga dibekali modal
awal untuk perlengkapan pendukung.
Tak hanya mempresentasikan, mereka juga
diwajibkan membuat booth per grup di ruang
Auditorium SMAN Sumatera Selatan. Salah satu
grup yaitu Hijab painting yang beranggotakan Eva
Yunita, Kiki Oktariani, Merta Septiani, Puspa
Dewi dan Yongki Aleksander yang dibimbing Ibu
Wirda Ningsih dan Ayu Ambar Paluvy berhasil
menarik banyak peminat hijab ke booth mereka
untuk melihat-lihat bahkan membeli, tak sedikit
pula anak-anak asrama juga memesan dengan desain
mereka sendiri. Kemungkinan bisnis tersebut
masih akan berjalan setelah berakhirnya program
PTL itu sendiri. (Feb 9th 2013)