Pahami Kurikulum Merdeka Agar "Tidak Mereka-reka" dan Salah Arah Dalam Building Human Resources For The Future




Produksi pendidikan adalah manusia tidak bisa menggunakan approach yang sama, sangat kompleksitas. Satu hal yang perlu disadari ciri-ciri sekolah/madrasah yang terbaik adalah dan banyak sekolah-sekolah baik di Indonesia agak bandel-bandel menemukan prosesnya sendiri, berinovasi sendiri, keluar dari jalur yang pas dengan peserta didiknya. Itu adalah organization of culture-nya pada sekolah/madrasah itu bukan individu. Culture dalam sekolah/madrasah itu adalah culture of learning, culture of innovation, culture dimana banyak tanya, banyak coba, dan banyak karya. Sekolah/madrasah memiliki orang-orang yang punya growth mindset. Itu sebenarnya tujuan (objectives) dari sistem pendidikan. Sekolah/madrasah menciptakan peserta didik yang memiliki growth mindset apapun passion mereka. Ini nggak bisa dilakukan dengan administrasi pendidikan. Ini harus dilakukan melalui transformation of school change makanya ini harus diserang dari berbagai penjuru seperti guru yang baru masuk, perubahan dan fleksibilitas dari kurikulum, perubahan dari sisi administrasi dan regulasi, melepaskan berbagai kendala dan sekat-sekat. Merdeka belajar adalah seluruh solusi ini yang akan memerdekakan unit pendidikan untuk melakukan inovasi dan berubah mindset inovasinya kepada learning culture bukan an administrative culture. Jadi yang lebih terjadi sekarang adalah administrasi pendidikan bukan pembelajaran. Pembelajaran akan bisa terjadi kalau ada psychological safety di sekolah/madrasah itu, yaitu berani gagal, mencoba hal-hal yang baru. Student bukan passive consumptive melainkan mereka berpartisipasi di dalam pendidikan tersebut. Guru jangan dibebani setumpuk administrasi tapi core functionnya adalah mengajar dan berinteraksi dengan peserta didik. Jadi merdeka belajar adalah kata kunci yang menjadikan call to action untuk kepala sekolah/madrasah, guru, dan orang tua.


Kemenag RI - Kurikulum Merdeka, Karakteristik Madrasah, & Mufaraqah Kurikulum Merdeka



Agar karakteristik madrasah tidak hilang maka Kurikulum merdeka kemenag RI walaupun berimam pada kurikulum merdeka Kemendikbud ristek maka di kurikulum kemenag RI perlu melakukan distinction maka perlu dilakukan sejumlah mufaraqah (memisahkan diri dari imam) pada sejumlah hal berikut ini:


Pertama, Pembelajaran Kokurikuler atau projek tidak mengambil jam dari pembelajaran intrakurikuler sebesar (20% - 30%) melainkan menambah sebesar (20% - 30%) dari total jam pembelajaran intrakuriler yang ada di struktur kurikulum di madrasahnya. (Tapi boleh berimprovisasi!) Kedua, Pembelajaran projek dilaksanakan setelah jam intrakurikuler, bisa terintegrasi di intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Ketiga, Pembelajaran projek boleh berbasis integrasi mata pelajaran (bagi madrasah yang sudah mampu) dan atau tidak berbasis mata pelajaran. Keempat, Kurikulum kemenag menyusun tema sendiri sebanyak 10 tema dan dintegrasikan dengan tema yang ada di kemendikbud ristek. Kelima, Pada pembelajaran projek kurikulum kemenag selain menggunakan dimensi, elemen, dan sub elemen, juga menggunakan istilah nilai, dan sub nilai dari 10 tema tersebut. Keenam, Penyusunan dokumen Kurikulum Operasional Madrasah (KOM) didasarkan pada perspektif ibadah kepada Allah SWT, hubungan guru peserta didik diikat dengan mahabbah fillah, pandangan ainurrahmah, hati Nurani sebagai sasaran utama, dan akhlak di atas ilmu pengetahuan. Ketujuh, Kemendikbudristek menggunakan istilah P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) di kemenag RI menggunakan P2RA (Profil Pelajar Rahmatan lil 'alamiin)


Fokus Pemulihan Pembelajaran, Kemendikbudristek Sosialisasikan Opsi Penerapan Kurikulum Prototipe 24 Desember 2021




Kurikulum prototipe merupakan kurikulum pilihan (opsi) yang dapat diterapkan satuan pendidikan mulai tahun ajaran (TA) 2022/2023. Kurikulum prototipe melanjutkan arah pengembangan kurikulum sebelumnya (kurtilas). Jika melihat dari kebijakan yang akan diambil para pemangku kebijakan, nantinya sebelum kurikulum nasional dievaluasi tahun 2024, satuan pendidikan diberikan beberapa pilihan kurikulum untuk diterapkan di sekolah.

Kurikulum prototipe diberikan sebagai opsi tambahan bagi satuan pendidikan untuk melakukan pemulihan pembelajaran selama 2022-2024. Kebijakan kurikulum nasional akan dikaji ulang pada 2024 berdasarkan evaluasi selama masa pemulihan pembelajaran.

Karakteristik Utama Kurikulum Prototipe

Kementerian Pendidikan dan kebudayaan telah merancang Kurikulum prototipe ini agar dapat mendorong pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa. Kurikulum ini diharapkan dapat memberi ruang lebih luas pada pengembangan karakter dan kompetensi dasar.

Kurikulum prototipe memiliki beberapa karakteristik utama yang mendukung pemulihan pembelajaran. Berikut ini karakteristik utama dari kurikulum prototipe ini:

  1. Pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan karakter (iman, taqwa, dan akhlak mulia; gotong royong; kebinekaan global; kemandirian; nalar kritis; kreativitas).
  2. Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.
  3. Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan murid (teach at the right level) dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.

Pengembangan Karakter Kurikulum Prototipe

Seperti kita ketahui bersama bahwa Kurikulum 2013 sudah menekankan pada pengembangan karakter, namun belum memberi porsi khusus dalam struktur kurikulumnya. Dalam struktur kurikulum prototipe, 20 sampai 30 persen jam pelajaran digunakan untuk pengembangan karakter Profil Pelajar Pancasila melalui pembelajaran berbasis projek. Pembelajaran berbasis projek penting untuk pengembangan karakter karena:

  • Memberi kesempatan untuk belajar melalui pengalaman (experiential learning)
  • Mengintegrasikan kompetensi esensial yang dipelajari peserta didik dari berbagai disiplin ilmu
  • Struktur belajar yang fleksibel

Karakteristik dan Penerapan Kurikulum Prototipe di Sekolah

Tingkat PAUD

  • Kegiatan bermain sebagai proses belajar yang utama Penguatan literasi dini dan penanaman karakter melalui kegiatan bermain-belajar berbasis buku bacaan anak
  • Fase Pondasi untuk meningkatkan kesiapan bersekolah
  • Pembelajaran berbasis projek untuk penguatan profil Pelajar Pancasila dilakukan melalui kegiatan perayaan hari besar dan perayaan tradisi lokal

Tingkat Sekolah Dasar (SD)/Sederajat

Penguatan kompetensi yang mendasar dan pemahaman holistik:

  • Untuk memahami lingkungan sekitar, mata pelajaran IPA dan IPS digabungkan sebagai mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS)
  • Integrasi computational thinking dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPAS
  • Bahasa Inggris sebagai mata pelajaran pilihan Pembelajaran berbasis projek untuk penguatan profil Pelajar Pancasila dilakukan

Tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Sederajat

  • Penyesuaian dengan perkembangan teknologi digital, mata pelajaran Informatika menjadi mata pelajaran wajib
  • Panduan untuk guru Informatika disiapkan untuk membantu guru-guru pemula, sehingga guru mata pelajaran tidak harus berlatar belakang pendidikan informatika
  • Pembelajaran berbasis projek untuk penguatan profil Pelajar Pancasila dilakukan minimal 3 kali dalam satu tahun ajaran

Tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sederajat

  • Lebih fleksibel untuk disesuaikan dengan minat siswa, karena pilihan pada level mata pelajaran (bukan program peminatan/ penjurusan).
  • Di kelas 10 pelajar menyiapkan diri untuk menentukan pilihan mata pelajaran di kelas 11. Mata pelajaran yang dipelajari serupa dengan di SMP.
  • Di kelas 11 dan 12 pelajar mengikuti mata pelajaran dari Kelompok Mapel Wajib, dan memilih mata pelajaran dari kelompok MIPA, IPS, Bahasa, dan Keterampilan Vokasi sesuai minat, bakat, dan aspirasinya.
  • Pembelajaran berbasis projek untuk penguatan profil Pelajar Pancasila dilakukan minimal 3 kali dalam satu tahun ajaran, dan pelajar menulis esai ilmiah sebagai syarat kelulusan.

Tingkat Sekolah Menengah Kejuaruan (SMK)/Sederajat

  • Dunia kerja dapat terlibat dalam pengembangan pembelajaran)
  • Struktur lebih sederhana dengan dua kelompok mata pelajaran, yaitu Umum dan Kejuruan. Persentase kelompok kejuruan meningkat dari 60% ke 70%)
  • Penerapan pembelajaran berbasis projek dengan mengintegrasikan mata pelajaran terkait. Praktek Kerja Lapangan (PKL) menjadi mata pelajaran wajib minimal 6 bulan (1 semester). )
  • Pelajar dapat memilih mata pelajaran di luar program keahliannya)
  • Alokasi waktu khusus projek penguatan profil pelajar Pancasila dan Budaya Kerja untuk peningkatan soft skill (karakter dari dunia kerja)

Tingkat Sekolah Luar Biasa (SLB)/Sederajat

  • Capaian pembelajaran pendidikan khusus dibuat hanya untuk yang memiliki hambatan intelektual.
  • Untuk pelajar di SLB yang tidak memiliki hambatan intelektual, capaian pembelajarannya sama dengan sekolah reguler yang sederajat, dengan menerapkan prinsip modifikasi kurikulum.
  • Sama dengan pelajar di sekolah reguler, pelajar di SLB juga menerapkan pembelajaran berbasis projek untuk menguatkan Pelajar Pancasila dengan mengusung tema yang sama dengansekolah reguler, dengan kedalaman materi dan aktivitas sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan pelajar di SLB.

Kalender Pendidikan

Kalender Pendidikan 2022/2023


Website Kurikulum Merdeka Kemdikbudristek

Website Kurikulum Merdeka s.id/kurikulum-merdeka


Sumber Lengkap Tentang Kurikulum Merdeka Kemdikbudristek

Sumber Lengkap Kurikulum Merdeka https://linktr.ee/k_merdeka




Regulasi, Panduan, Kurikulum Merdeka Lengkap

Regulasi dan Panduan Kurikulum Merdeka Lengkap


Coaching Clinic, Platform Merdeka Mengajar dan IKM

Coaching Clinic Platform Merdeka https://s.id/pmm-ikm


Pelatihan WI BDK Semarang

Materi Pelatihan WI BDK Semarang