Arti
Seorang Sahabat
(noname, dari milis eph)
Quotes: "A GENUINE
FRIEND cares without CONDITION, gives without HESITATION,
understands without EXPLANATION, and remember even without
COMMUNICATION"
Sahabat, kuberanikan diri
menulis surat terbuka ini dengan penuh kecintaan,
karena teringat pandangan seseorang bahwa "kasih sayang
itu perlu
diungkapkan". Dan kusampaikan dengan format terbuka agar
sahabat-sahabat
yang lain dapat ikut menikmati indahnya persahabatan kita.
Ketika kukenal dirimu
pada akhir Februari 2002 lalu, aku tak ingin memiliki
penilaian apapun karena keberadaanmu baru kukenal lewat pandangan
beberapa
teman. Ah, engkau tampaknya begitu dicintai para akhwat dan
dihormati para
ikhwan, yang menganggapmu sebagai seorang kakak bagi mereka.
Aku berpikir,
bagaimana bisa ya...
Maka aku tertarik untuk
berinteraksi denganmu lebih jauh. Ternyata kian hari
kian kudekat denganmu, Maha Suci Allah yang telah menganugerahkanmu
dalam
kehidupanku. Engkau adalah figur yang patut diteladani. Sebagai
seorang
muslimah kau tak putus mengejar cinta-Nya; sebagai seorang
istri kau amat
memuliakan suami dan segala kehormatannya; sebagai seorang
ibu kau
memberikan segenap hidupmu untuk permata hatimu.
Dalam kehidupan sosialmu,
kau tak terbatasi statusmu sebagai seorang ibu
rumah tangga, karena kau tetap peduli dengan lingkungan sekitarmu.
Berdiam
di rumah tidak berarti tak bisa berkiprah. Kau bagi wawasanmu
yang luas
melalui dunia maya, menjadi tempat curahan hati yang dapat
dipercaya,
membantu menyelesaikan permasalahan sahabat-sahabatmu yang
sedang berduka.
Hmm, dari mulai masalah keluarga, pribadi, masalah persahabatan,
sampai yang
mogok makan pun kau tangani dengan sepenuh hati (ehm, kala
itu dibantu
seorang sahabat yang lain juga ya, yang berperan pentiiing
sekali ^_^).
Dan kukenang juga beberapa
episode dari kedekatan kita. Mungkin kau ingat
ketika rumahmu kusambangi. Sejak pertama kulangkahkan kaki
di beranda,
kesejukan suasana telah terasa. Seberkas senyum dan rangkulan
adalah ucapan
selamat datang yang indah darimu, dan betapa kita menikmati
obrolan ringan
plus acara makan siang kala itu. Pun kurasakan ketulusan ketika
engkau dan
segenap keluargamu mengantarkanku pulang malam itu.
Satu hal terus terkenang
hingga saat ini. Kala itu, di tengah kepenatanku
menghadapi aktivitas sehari-hari yang menyita pikiran dan
tenaga, kau
cerahkan dengan lantunan sebuah lagu dari compact disk yang
sengaja kau
putarkan untukku lewat telepon (I WILL - versi Art Garfunkel,
begitu
akustik!). Suatu sentuhan yang amat manis... bagaimana bisa
kau menjadi
seseorang yang begitu manis....?
Tentu saja sebagai seorang
manusia tak lepas dirimu dari ketidaksempurnaan.
Namun kau selalu berusaha memberikan yang terbaik dari hidupmu.
Dalam format
persahabatan banyak hal kau persembahkan. Engkau tak pernah
mengajari,
karena kau hanya berusaha membantu seseorang untuk menemukan
jati diri.
Setiap teguran kau tujukan untuk membuka mata dan hati. Bahkan
kucermati
kadang kesedihanmu tidaklah sebagai akibat terganggunya kepentinganmu,
melainkan karena kasih sayangmu yang mendalam terhadap sahabat-sahabat.
Sahabat, darimu kubanyak
tentang kehidupan, terutama...pengorbanan... Bahwa
menyayangi adalah memberi dan mengerti... bahwa hidup adalah
untuk
membahagiakan orang-orang yang disayangi...
Namun, ada suatu hal yang
secara khusus ingin kusampaikan. Ingatkah
pembicaraan kita mengenai titik akhir perjalanan manusia?
Maka lewat surat
ini ingin kuungkapkan, bahwa kematian memang suatu muara.
Hanya saja kita
tak tahu kapan waktunya kan menjelang. Tidaklah tentu siapa
di antara kita
yang akan mendahului. Semoga saja, dengan adanya kesadaran
tentang hal ini,
kita dapat memanfaatkan tiap detik sebagai ibadah.
Sahabat, terakhir ingin
kuungkapkan rasa terima kasih. Telah kau berikan
kesempatan untukku mengenalmu. Mengenal keindahan suasana
keluarga yang kau
bangun bersama pendamping hidupmu. Mengenal pikiran dan perasaanmu
yang
begitu terbuka menerima kompleksitas realita.
Semoga ukhuwah kita senantiasa terjaga hingga ke surga.
Wassalam,
-sahabatmu-
>> Solilokui
|