Sejumput
Rindu Buat Bunda di Hari Lebaran
oleh edi santana
Bunda, apa kabarmu? Kabar
yang aku nanti di setiap pagi hanyalah semoga bunda baik-baik
saja di sana. Usah pikirkan uban yang makin banyak usil menyeruak,
sebanyak itulah kerinduan hadir untukmu.
Bunda, mungkindalam lebaran
kali ini aku tak bisa datang bersama mantu dan cucu-cucumu.
Bukan tiada ingin berkumpul dengan mu di hari agung ini, tapi
keadaan yang benar-benar memaksa. Mantumu rindu merasakan
lezatnya olahan tanganmu, ia kadang cemburu bila aku membandingkan
masakannya dengan buatan bunda. Aku rindu suasana rumah yang
selalu kau hadirkan kedamaian. Dan dua cucumu rindunya kian
menebal, terbayang di pelupuk mata mereka tanganmu akan terkembang
memeluk dan membawa mereka ke pangkuan mu. Kuping mereka rindu
akan dongeng-dongengmu.
Bunda, lima bulan lalu
kami telah pindah. Kini rumah yang baru telah luas, halamannya
juga lebar. Aku pikir suatu saat bunda pasti tiada bosan lagi
bermalam di sini, biarlah halaman itu menanti jamahanmu. Pasti
akan kau hadiahkan pada kami pagi yang indah. Dari balik jendela
kamarku di lantai dua, aku akan menatap bulir-bulir embun
pada kelopak-kelopak bunga. Mereka membagi kasih yang kau
racuni pada kehidupannnya. Sungguh damai ada di setiap belaian
kasihmu.
Sebelumnya aku minta maaf
tiada kabar akan kepindahan kami. Kami disibukkan olehnya.
Pusing memikirkan perabotan-perabotan yang pantas untuk ruang
tamu. Perabotan yang lama tiada patut dikurung megahnya rumah
bergaya Eropa ini. Otomatis semua harus disesuaikan agar layak
bersanding. Istrikulah yang paling berjasa dalam menatanya.
Begitu juga dengan luasnya
garasi mobil yang tersedia. Kami terpaksa menambah tiga mobil
lagi. Kijang yang lama tiada kontras bila berbaring di halaman.
Kami memilih tiga mobil Eropa terbaru. Walau perawatannya
sangat manja, tapi sungguh anggun berjalan. Bunda pasti tiada
bisa berkelit bila kuajak berpesiar di Jakarta, ketakutan
muntah di jalan takkan terjadi. Dan tentang mobil ini, maafkan
aku lupa mengabarinya. Karena kembali kami dibingungkan untuk
memilih warnanya, semua tampak sama indahnya. Untung istriku
punya selera bagus. Jadilah kami pilih yang berwarna merah,
hitam dan biru.
Mungkin di lebaran kali
ini bunda akan dipasung sepi tanpa kehadiran kami di sisi
mu. Kami pun merasakan hal yang sama, tapi tak eloklah bila
kami meninggalkan rumah dan mobil-mobil itu. Kejahatan di
Jakarta hadir di setiap detiknya. Kami terpaksa harus menjaganya
sendiri, karena tiga pembantu, dua tukang kebun dan dua satpam
pada mudik. Rumah dan isinya tak aman bila ditinggalkan.
Di lebaran kali ini mungkin
kami akan menghabiskan waktu hanya di rumah, menikmati acara-acara
TV, yang bertambah bagus gambar dan suaranya dari perangkat
audio terbaru yang komplit di ruang khusus home theatre kami.
Dan sepanjang hari cucu-cucumu dapat berenang di kolam buatan
di dalam rumah, membayangkan kali di belakang rumah kita dulu.
Tiada lupa aku sempatkan membersihkan mobil-mobil sambil berkaca
di bodinya.
Bunda, aku tiada bisa
kirimkan apa-apa untuk beli bajumu. Sudah sebulan rekeningku
dibekukan dan aku tak boleh melakukan transaksi apapun. Bapak-bapak
itu ingin memeriksanya, katanya ada aliran dana yang salah
alamat. Bukankah yang telah masuk ke kantung kita tanpa paksaan
adalah milik kita? Itu pemberian bosku, karena kemarin rekening
istriku telah aku pinjamkan pada beliau. Ia ingin menitipkan
sementara uangnya.
Bunda, aku tak bisa pulang
ke tempat kelahiranku. Aku sedang dalam pengawasan, mereka
katakan tahanan kota. Mungkin di luar kota tak aman. Tapi
sebenarnyapun aku sedang menanti bosku yang hilang entah kemana,
semenjak ia dicurigai punya banyak uang. Bukankah kita bekerja
untuk mencari uang? Tapi aku masih merahasiakan titipan itu.
Berjaga-jaga jikalau beliau membutuhkannya.
Bunda, sejumput rindu
aku hadirkan bagimu. Biarlah masa mempertemukan kita kelak
entah kapan, karena mungkin aku akan dipindahkan ke sebuah
pulau yang menurut mereka lebih aman bagiku. Mohon maaf lahir
dan bathin. Sembah sujudku bagimu. Jangan engkau ingkari aku
anakmu, aku cinta mu, bunda.
Dari yang telah lama menghilang,
Anakmu
3desember2002
>> Solilokui
|