WEJANGAN-WEJANGAN KI AGENG SURYOMENTARAM

  UKURAN KEEMPAT  

Hal. 4/7

Rasa benar sebagai penghibur

Di sini ada kesukaran dalam perkembangan ukuran keempat, yakni perkembangan rasa untuk menghayati rasa orang lain. Merasa salah itu mengandung rasa berkorban amat besar bagi rasa "merasa benar". "Merasa benar" inilah yang menjadi gangguan dalam perkembangan ukuran keempat dalam pergaulan.

Rasa salah ini rasanya tidak enak, sebab rasa ini ialah rasa keinginan yang tidak tercapai, dan oleh karena itu menimbulkan rasa susah. Bila disertai idam-idaman, maka rasa "merasa salah" ini menjadi rasa celaka. Jadi "merasa salah" yang disertai idam-idaman adalah rasa celaka.

Untuk menutupi rasa celaka, biasanya orang mencari pelipur atau penghibur. Padahal celaka itu hanyalah rasa/merasa salah. Maka hiburan itu dalam rasa hanyalah rasa "merasa benar", meskipun wujudnya bermacam-macam.

Agar hal di atas menjadi jelas, perlu diberi contoh. Orang yang baru saja habis berselisih dengan siapa pun, biasanya akan membeberkannya pada teman-temannya. Pembeberan itu bermaksud mencari dukungan supaya rasa benarnya diperkuat.

Proses rasa itu sebagai berikut: Perselisihan itu tidak enak rasanya. Rasa tidak enak itu bersamaan dengan rasa "merasa benar" yang disertai kegelisahan. Untuk menutupi rasa tidak enak itu, orang mencari penghibur, dengan maksud untuk memperkuat rasa benarnya.

Jadi hiburan itu tidak lain adalah rasa bahwa dirinya benar. Sedangkan ukuran keempat menyebabkan orang merasa salah dalam suatu hubungan yang tidak enak. Maka berkembangnya ukuran keempat melenyapkan rasa diri-benar dalam hubungan yang tidak enak.

Bila sebelum ukuran keempat berkembang, ada orang mengalami kesusahan tanpa mempunyai hiburan, maka kesusahan semacam itu tentu saja hebat. Tidak heranlah kalau orang yang susah itu lebih suka menyalahkan para tetangganya daripada merasa diri sendiri yang salah.

Bila dalam hubungan tidak enak itu, rasa "merasa salah" menjadi subur, timbullah rasa tidak mungkin salah yaitu "Yang salah bukanlah aku, melainkan Kramadangsa". Rasa yang tidak bisa salah ini senang dan bahagia.

Timbulnya rasa tidak mungkin salah, membuat orang dapat meneliti kesalahan diri sendiri dan menghayati rasa orang lain. Dari sini mulai terbukalah dunia rasa yang tadinya tertutup oleh kepentingan sendiri. Dunia rasa itu baru bagi yang baru saja mengalami, maka memerlukan penyelidikan.

Penyelidikan itu berupa penelitian proses perkembangan rasa yang menunjukkan kesalahan diri sendiri. Dalam penyelidikan itu terdapat dua macam rasa, yaitu rasa tidak enak karena merasa salah dan rasa enak karena mengetahui kesalahan yang sudah "bukan aku". Jadi bahan penyelidikan itu ialah rentetan rasa salah.

Di sini terdapat kesulitan berupa pendapat seolah-olah ukuran keempat ini melemahkan jiwa orang-perorang. Pendapat ini keliru, karena berkembangnya ukuran keempat terjadi setelah jiwa orang itu kuat. Dan kekuatan jiwa orang-perorang disebabkan oleh kemajuan ukuran ketiga. Kemajuan ukuran ketiga membuat jelas perbedaan antara diri sendiri dan orang lain.

Ada perkembangan rasa dari ukuran keempat namun tidak disengaja, seperti yang digambarkan dengan ungkapan "Ikut-ikutan tanpa tahu permasalahannya" (dari bhs. Jawa: "Atut grubyug ora weruh ing rembug"). Jalan rasa di atas tanpa keinsafan dan tanpa ukuran ketiga. Maka perkembangan rasa itu dilahirkan dari jiwa yang lemah.


Hosted by www.Geocities.ws

1