serba neka
DUNIA DANGDUT


DAFTAR ISI
dangdut koplo
gelar diskusi Inul
goyang taklukan
bahasa tubuh
goyang masa ke masa
menggoyang rezeki
jangan jauh-jauh dari Inul
Forum Inulitas
Webmaster

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0302/09/latar/121685.htm

Menggoyang Rezeki, Menghibur Rakyat
Minggu, 09 Februari 2003 


DENGAN sebuah goyang di televisi, penyanyi dangdut Inul Daratista menjadi bintang dalam "semalam". Setelah muncul di acara Laris Manis di SCTV awal Januari lalu, puluhan media menulis sosoknya. Dia juga dikontrak sebagai bintang iklan dan pembawa acara televisi. Begitulah industri hiburan visual menyambar potensi seseorang yang kira-kira laku dijual.

Dangdut makin melebar, mulai dari panggung hiburan, rekaman, sampai televisi. Dangdut bahkan telah menjadi acara wajib di semua stasiun televisi negeri ini.

"Dangdut sekarang sudah dilihat sebagai alternatif acara untuk memenangkan persaingan. Dulu mereka alergi karena dangdut dianggap kampungan. Namun, nyatanya kini dangdut mampu menghimpun rating banyak dan dapat meraih iklan," kata Alex AC salah seorang produser acara dangdut di TPI.

Cobalah menonton televisi pukul delapan pagi dan Anda akan disuguhi dangdut. TPI menampilkan In Dangdut sedangkan SCTV menayangkan Sik Asik. Kedua acara yang diisi dengan klip video itu dicirikan dengan munculnya penyanyi-penyanyi segar dengan goyang segar pula.

Belakangan dua acara tersebut dimeriahkan oleh nama-nama seperti Nunung Alvi, Ade Nurul, Aning Denadha, Nova Kharisma, Rana Rani, atau juga Aas Rolani, Swanti Ramtidhan, sampai Inul.

Jika daftar sedikit diperpanjang, tampaklah barisan pedangdut seperti Yunita Ababiel, Cucun Novia, Lusi Apriani, Gina, Sheilla Dara Manis, Nita Thalia, Niken Arisa, Yulia Citra, Mala Madia, Yati Sentanu, Rosa Amelia, Shintania, Yenita Vera, Thita Rosa, Eva Tamara, Evie Maria, Mia Violina, Okky Ardila, Ayu Almira, Rossi Milenia, Gadis Milenium, Trisna Levia, Ika Bella, Kembar Srikandi, dan masih banyak lagi.

Boleh jadi, nama-nama itu terdengar asing bagi mereka yang mengenal dangdut sebatas bintang-bintang seperti Elvie Sukaesih, Ikke Nurjanah, atau Iis Dahlia, misalnya. Namun, itulah deretan biduan yang memang dibutuhkan blantika musik dangdut, termasuk stasiun televisi.

Banyak penyanyi dangdut yang belum sempat naik ke kelas "bintang" serupa Inul atau Kristina yang kini menjadi maskot acara Diva Dangdut di TransTV. Menyebut beberapa saja, misalnya Cucun Novia (20), Gina Sheilla (21), atau juga Lusi Apriani yang Rabu (5/2) pekan lalu ikut mengisi acara Pro Dangdut di TVRI. Toh mereka masih dapat penghidupan dari dangdut.

Mereka semua merintis karier dari bawah, mulai dari tingkat hajatan kampung sampai kemudian menembus studio rekaman dan muncul di televisi. Naga-naganya kesempatan menuju kelas bintang itu terbuka dengan makin luasnya lahan dangdut di televisi.

TPI yang sejak awal menancapkan citra diri sebagai televisi dangdut itu mempunyai tujuh acara dangdut. Di antaranya adalah acara harian Kuis Dangdut yang dibawakan Jaja Miharja sampai acara tahunan Anugerah Dangdut TPI (ADTPI) yang telah lima kali digelar. Ada juga acara bulanan Dangdut Pesisir untuk mewadahi dinamika pertumbuhan dangdut lokal sejenis Cirebonan.

Stasiun televisi lain yang semula tidak memasukkan dangdut sebagai mata acara kemudian beramai-ramai memasang dangdut. RCTI mempunyai Joged yang mengemas dangdut dengan katakanlah elegan, atau setidaknya mengeluarkan dangdut dari ekosistem musikalnya. Misalnya dengan menampilkan bintang tamu dari musisi non-dangdut.

SCTV mempunyai acara harian Sik Asik. Ada juga Laris Manis yang memasukkan dangdut sebagai musik utama selain jenis musik lain. Di Indosiar ada Dangdut Ria, sedangkan di Lativi terdapat Kawasan Dangdut. ANteve memesang Dendang Dangdut, Karaoke Dangdut, dan Dangdut-AN. Trans TV mengandalkan Digoda dan Diva Dangdut. TVRI yang menampilkan tayangan langsung Pro-Dangdut yang digelar di depan halaman Gedung TVRI Senayan, Jakarta.


Persaingan makin ketat dan masing-masing stasiun televisi ingin tampil beda. TPI kini mencoba menginternasionalkan dangdut. Mereka membawa artis pemenang ADTPI seperti Elvie Sukaesih sampai Ikke Nurjanah ke Malaysia. Rekaman acara tersebut ditayangkan dalam serangkaian acara yang disuguhkan sampai akhir Februari ini.

"Sebagai stasiun yang memulai dangdut, TPI tetap bertahan di market itu," kata Agus Sjafrudin, direktur pemasaran TPI.

Pasar yang disebut Agus itu memang basah dan belakangan juga dimasuki stasiun televisi lain. Acara Laris Manis di SCTV misalnya, dulu 20 persen suguhan pop dan sisanya dangdut. Kini acara itu hampir 100 persen menampilkan dangdut.

SCTV dengan cerdik memungut "diva" dandut lokal seperti Inul itu dan menyuguhkannya pada acara Laris Manis, 8 Januari lalu. Munir, produser Laris Manis sebenarnya sudah lama menangkap fenomena goyang Inul. Setidaknya goyang Inul itu telah beredar via VCD yang dijual di kaki lima.

"Dari suara sebenarnya Inul itu biasa saja, tapi dia spektakuler. Dia menggabungkan gerakan senam dengan dangdut. Sebenarnya dia tidak seronok karena ditunjang pakaian sopan. Penampilan panggung dia bagus, komunikatif, dan gerakannya bisa menarik massa," kata Munir.

Kini SCTV tengah menyiapkan inul-inul lain. Begitu dahsyatnya Inul sehingga kini dia telah diambil sebuah stasiun televisi untuk dipasang sebagai semacam maskot acara, alias host. 

Pembawa acara dari bintang dangdut telah dilaksanakan TransTV dengan Diva Dangdut. Acara puspa ragam itu menggunakan Kristina sebagai host. Acara berdurasi 60 menit itu menyuguhkan dangdut dengan kesan elegan, mewah. Artis ditampilkan dengan gaya "sensual tapi berkelas."

Pesona ragawi memang menjadi hal penting dalam tayangan dangdut di televisi, selain kualitas musik. Itulah mengapa pengelola acara dangdut di televisi mengaku memilih pembawa acara yang memiliki daya tarik visual. Sebut saja pembawa acara dangdut seperti Shinta Bella, Sarah Azhari, sampai Kristina. Satu lagi adalah Inul yang masih dalam rencana. Bintang dangdut diarahkan untuk tampil semenarik mungkin. "Kalau penyanyinya diam tegak lurus nanti tidak ada yang nonton," kata Agus Sjafrudin dari TPI.

Namun, tambah Agus, pihaknya tetap menjaga batas-batas penampilan supaya tidak mendatangkan reaksi dari penonton yang majemuk itu. Para pengelola acara dangdut televisi pada umumnya menjaga agar visualisasi tidak memberi kesan norak. Selain mengundang protes, kesan norak dan kampungan dikhawatirkan akan membuat enggan pemasang iklan.

Untuk menampilkan Inul, misalnya, produser Laris Manis harus berhati-hati mengontrol bidikan kamera ke arah Inul yang sedang beraksi.

"Kalau angle salah sedikit saja kesannya jadi jorok. Apalagi kalau diambil frontal, wah itu sudah ngeseks. Kalau ada kamera nakal yang mengambil dari low angle, itu lebih parah lagi. Hal-hal seperti itu saya jaga benar," kata Munir.


POPULARITAS via layar televisi tidak selalu berbanding lurus dengan popularitas di radio. Sosok Inul yang goyangnya menjadi pembicaraan orang itu ternyata belum "bergoyang" di radio. Lagu Mbah Dukun versi Cirebonan yang dibawakan Inul di televisi itu tidak masuk dalam sepuluh besar lagu populer di radio CBB Jakarta. Radio bergelombang 107.55 yang membanggakan diri sebagai bandar dangdut Jakarta itu memasang lagu Rana Rani berjudul Mengapa di urutan teratas pada peringkat popularitas. Di bawahnya berturut-turut terdapat nama Ine Sinthya dengan lagu Sesal, kemudian Yunita Ababil (Terguncang), Evie Tamala (Asmara), sampai urutan ke sepuluh ada nama Aksai dengan lagu Ikan Liar.

Demikian pula Radio Muara FM 88.3, Jakarta yang juga menyebut diri sebagai radio dangdut itu belum pernah memutar lagu Mbah Dukun versi Inul. Urutan lima teratas dari daftar sepuluh besar radio Muara hampir sama dengan peringkat popularitas di CBB. Tersebutlah lagu-lagu dari penyanyi Yunita Ababil, Evie Tamala, dan Rana Rani. Salah satu alasannya, menurut Hendra, perancang musik radio Muara, Mbah Dukun Inul yang dibuat versi Cirebonan itu belum bisa ditawarkan ke pendengar Muara yang majemuk.

"Lebih dari itu, format radio itu berbeda dengan televisi. Orang selama ini lebih kenal lagu dari radio dulu, misalnya Kristina yang terkenal dengan Jatuh Bangun. Inul belum ada respons dari pendengar. Kalau lagunya kita tawarkan, mungkin belum ada pendengar yang meminta," kata Hendra.


Di kedua radio dangdut terkenal di Jakarta itu nama-nama seperti Elvie Sukaesih, Camelia Malik, Ikke Nurjanah, Cici Paramida, Evie Tamala, Iis Dahlia, dan belakangan ada Kristina, masih tergolong penyanyi papan atas. Artinya lagu-lagu mereka, masih sering diminta pendengar.

Pengelola radio dan televisi rupanya sepakat bahwa pada akhirnya yang menentukan keberadaan seorang penyanyi dangdut adalah kualitas suara dan lagu. Hendra Sentanu dari radio Muara mengamati bahwa perputaran popularitas di blantika dangdut itu sangat cepat. Lagu yang tidak berkenan di telinga publik akan cepat hilang. Publik kini juga menilai sebuah lagu dari lirik dan kualitas musik.

"Lirik yang disukai itu yang mudah dihafal dan dimengerti, serta tidak kampungan. Jadi bukan cuma jogetnya saja."

Pendapat serupa diungkapkan Alex AC, produser dangdut TPI. Dia mengakui bahwa dangdut identik dengan goyang pinggul, wanita, dan baju gemerlap. Namun, pengalamannya selama ini membuktikan bahwa aspek fisik itu sifatnya sementara.

"Dulu Lilis Karlina itu bergoyang sexy. Tapi lama-lama capek juga goyang begitu terus. Inul saya yakin juga akan begitu."

Sebarisan penyanyi dangdut dalam catatan Alex memang pernah berkesan sensual.

"Pada akhirnya yang menentukan eksistensi penyanyi dangdut itu kualitas suara dan lagu. Mereka tidak bisa mengandalkan goyang saja. Pada awalnya penonton memang akan suka, tapi lama-lama mereka akan bosan juga."

Goyang atau tanpa goyang, di radio, televisi, di hajatan kampung atau di pasar malam, dangdut terbukti menjadi hiburan rakyat. (LOK/XAR)

Forum Inulitas

Hosted by www.Geocities.ws

1